9. Pentingkah Reinkarnasi?

1.1K 186 7
                                    

Banyak typo dan kata-kata acak. Tapi kasih vote yak!! Angg!( ͡°з ͡°)

***

"Bagaimana kalau kita mengambil pelayan?"

Tanya Gajah Mada melihat Sekar yang sedang memasak. Memasak memang bukan keahlian Sekar, tapi ia tahu caranya memasak. Saat ia berada dikerajaannya, kadang ia melihat Sari memasak. Walau hampir tak pernah memasak, setidaknya ia tahu caranya.

"Tidak usah Kang Mas. Kalau menggunakan pelayan, aku jadi bosan dan tidak tahu harus melakukan apa." Ucapnya.

Gajah Mada mendekat. Menghampiri Sekar yang sibuk mengulek sambal. Cabai hijau yang di ulek kelihatannya sangat susah di haluskan, sampai Sekar harus menggunakan tenaga ekstra. Melihat Gajah Mada mendekat, Sekar tidak merasa terganggu, tapi mempercepat ulekannya barang kali Gajah Mada sudah tidak sabar mencicipi masakannya.

Mata Gajah Mada senantiasa memperhatikan tangan Sekar yang cantik dan halus itu bergerak cepat. Ia semakin mendekatkan wajahnya ke ulekan sampai akhirnya,

"Oh!" Sekar terkejut dengan pekikan serak Gajah Mada.

Gajah Mada memegangi matanya yang terciprat cabai. Karena terlalu bersemangat, cabai yang Sekar ulek malah menciprat mengenai Gajah Mada. Wajah Gajah Mada memang sangat dekat dengan ulekan. Niatnya ingin mengamati, tapi malah matanya yang menjadi sasaran.

Buru-buru Sekar meletekan ulekannya sembarang diatas cobekan. Mendekati Gajah Mada dengan khawatir dan bertanya, "Maaf Kang Mas, aku tidak sengaja. Kau tidak apa-apa?" Tuturnya.

Sekar mengangkat tangannya dan menarik tangan Gajah Mada yang menutupi matanya sambil menguceknya sesekali.

"Jangan dikucek!"

Saat tangan Gajah Mada lolos dari wajahnya, barulah Sekar dapat melihat mata Gajah Mada yang memerah. Air matanya mulai merembes terlihat menyakitkan. Sekar tahu, itu pasti sangat perih.

"Aku tidak apa-apa." Kata Gajah Mada. Namun siapa yang percaya? Matanya merah dan berair. Berkedip-kedip dan menahan gemetar perih. Siapapun pasti tahu betapa menyakitkannya itu.

Sekar berdiri mengambil kendi secara acak. Ia pergi mengambil air dengan cepat. Bahkan ia sampai berlari. Rasa khawatirnya membuncah seiring dengan langkah kakinya. Dengan cekatan, ia menganbil air secukupnya.

"Ini,"

Sekar menyodorkan kendi didepan Gajah Mada. Karena Gajah Mada masih menutupi wajahnya dengan tangan, Sekar tidak sabar langsung menundukkan kepala Gajah Mada. Diusapnya pelan mata Gajah Mada lembut.

Ia menyendok air, mengumpulkannya dalam satu tangan, "Tolong kedipkan mata Kang Mas!" perintahnya.

Gajah Mada menurut. Ia mengedipkan matanya dalam genangan air di tangan Sekar.

Rasa nyaman membuat Gajah Mada lega. Matanya sudah tidak terlalu perih. Masih merah, tapi rasanya membaik dengan cepat.

Sekar juga merada lega melihat Gajah Mada sudah santai dan tidak menutupi matanya lagi. Walau matanya masih merah, itu akan hilang sebentar lagi. Mungkin karena air mata yang keluar banyak, mata Gajah Mada juga agak sedikit bengkak. Terlihat menyedihkan membuat Sekar merasa semakin bersalah.

Tapi sebenarnya, ini adalah pertama kalinya ia melihat Gajah Mada menangis. Sepetinya, air mata Gajah Mada sangat langka sampai-sampai hanya beberapa orang yang melihatnya. Sekar jadi penasaran, seperti apa Gajah Mada jika menangis karena perasaan, bukan karena perih dimata?

"Maaf Kang Mas. Harusnya aku lebih hati-hati." Sesal Sekar.

Gajah Mada hanya mengangguk sambil bergumam. "Tidak apa-apa."

GAJAH MADA ; Megat RosoWhere stories live. Discover now