96. Pentingnya Keselarasan

402 53 7
                                    

2 Bulan kemudian

***

"Jadi, kita harus bagaimana?" Tanya Sekar menatap Gajah Mada penuh pertanyaan menggunung.

Gajah Mada tertawa saat melihat wajah tanda tanya dan alis yang mengkerut menghasilkan lipatan kecil dengan jumlah banyak. Mata itu seperti kelinci kecil di tengah hutan yang terlantar. Dan menurut Gajah Mada, itu lucu.

"Kenapa malah tertawa? Seriuslah, Kang Mas!" Sekar merengek.

Rengekan kecil ini mungkin menggelikan bagi sebagian orang, tapi tidak dengan Gajah Mada. Menurutnya, ini sangat menggelitik hatinya. Sekar yang menggunakan nada ini seakan ia tengah bermanja dengannya.

"Lalu?" Tanya Gajah Mada ringan.

"Setidaknya jangan terlalu jauh dari perhitungan awal. Lebih baik, jangan sampai terlewat setengah bulan." Sekar menegaskan.

Gajah Mada berpikir. Dua hari kedepan harusnya tepat, tapi itu bukan hari yang baik. Tiga hari ke depan, itu tepat di hari kematian Hayam Wuruk. Dan lima hari kedepan, tidak.. tidak.. lebih baik memilih hari lain.

Gajah Mada menatap Sekar yang tengah menunggu jawabannya dengan mata anjing. Gajah Mada tersenyum seketika.

Ia mengelus surai rambut Sekar dan menjawab, "Sepekan lagi. Sepekan lagi, Sekar, kita akan mengadakan empat bulanan si kecil." Katanya mengelus perut Sekar.

Perut Sekar belum terlalu menonjol. Saat mengenakan jarik, hanya sebatas menggembung saja. Mungkin jika ia berjalan di tengah kerumunan, tidak ada yang tahu kalau ia sedang hamil.

Tapi itu hal yang biasa. Kadang-kadang banyak kasus dimana orang-orang hamil memiliki perut yang kecil dan rata.

Sebagian dari mereka akan terlihat ketika mereka sudah melakukan empat bulanan. Entah bagaimana, tidak tahu persis, tapi memang begitu bagi sebagian orang.

Tapi bagi mereka yang sudah mempunyai perut besar sebelum masa hamil, tidak perlu di pertanyakan lagi. Itu pengecualian.

Sekar mengangguk dan tersenyum lembut. "Kalau begitu, aku akan melakukan persiapan yang bisa di lakukan dari sekarang." Katanya.

"Heh?" Gajah Mada menyergit.

"Apa?" Sekar tidak mengerti, jadi dia menaikkan alisnya bertanya.

"Sudah ku bilang jangan terlalu banyak bergerak, kau bisa lelah. Aku akan meminta orang untuk mempersiapkannya." Gajah Mada memperingati.

"Tidak... Ini tidak akan melelahkan. Aku hanya akan mengatur berbagai hal dan melihat persiapan labu dan lainya." Sekar mengelak.

"Bukankah itu sama saja?" Gajah Mada berpikir.

"Tidak sama. Aku hanya akan duduk dan memeriksa beberapa hal. Bukannya berkeliaran ke sana kemari." Jelas Sekar.

Gajah Mada menghela nafas. Ia menyerahkan segelas teh lebih dekat ke Sekar dan akhirnya menjawab setelah sekian lama, "Baiklah. Aku akan meminta seseorang menemanimu agar kau tak mengingkari ucapanmu."

Sekar mengangguk. Lalu dia bertanya, "Apakah hadiah kita sudah sampai?" Tanyanya.

Gajah Mada mengikis jarak kedua alisnya. Bibirnya mengerucut dan menghitung hari. "Belum. Besok mungkin akan sampai." Katanya.

"Oh.." Balas Sekar.

Beberapa hari lalu, mereka mendapat kabar tentang pernikahan Bagas. Sekar tidak berharap kalau pernikahan itu akan tetap dilangsungkan. Dia pikir, mungkin pada akhirnya kesalahpahaman akan terbongkar kebenarannya. Walaupun dia tidak tahu kesalahpahaman macam apa dan kebenaran seperti apa yang sebenarnya terjadi.

GAJAH MADA ; Megat RosoWhere stories live. Discover now