106.

388 46 8
                                    

"Akan kuusahakan! Akan aku kuusahakan! Katakan dimana dia berada!" Gajah Mada menarik baju yang Dwi Prapaja kenakan. Dia mencengkramnya, tapi dia tidak menyadarinya.

Begitupun matanya yang melotot. Gajah Mada kira dia menatap Dwi Prapaja dengan tatapan semangat dan penuh harap, tapi bagi Dwi Prapaja, tatapan itu penuh ambisi kuat. Kalau saja tidak ada percakapan yang terjadi sebelum ini, Dwi Prapaja pasti berpikir kalau Gajah Mada tengah menantangnya gulat.

Dwi menjawab, "Tenanglah Kang Mas! Dia tinggal di bawah gunung Wilis bagian barat. Di lereng danau Melati, sebelah timur sungai Jantur." Katanya.

Gajah Mada melepaskan cengkraman tangannya. "Yah," Gumamnya merasa sedikit senang karena tempat yang dimaksudkan tidak begitu jauh walau medan yang dilalui tidak begitu mudah.

****

Gajah Mada benar-benar tidak ingin menunda waktu lebih lama lagi. Keesokan harinya, dia sudah menyiapkan keberangkatannya untuk ke tempat sang Guru besar.

Beliau bernama Arya Paluh. Umurnya sudah sangat tua, tapi orang bilang dia masih energik.

Karena hanya Dwi Prapaja yang tahu dimana tepatnya dia tinggal dan hanya dialah orang yang mengenalnya, maka Gajah Mada membawanya ikut serta.

Tapi ini yang membuat Gajah Mada bingung.

Dalam keadaan dan medan jalan yang tidak bagus, Gajah Mada tidak mungkin membawa Sekar bersamanya. Itu juga tidak bagus untuk Sekar sendiri.

Meninggalkan Sekar sendiri tanpa pengawasan Dwi Prapaja juga membuatnya bimbang.

Terakhir kali, dari kasus racun ini, dia tahu beberapa orang bawahannya dengan mudah mungkin akan berkhianat. Dan Gajah Mada khawatir akan itu.

Tapi Gajah Mada melihat seorang anak yang berdiri di tepi sudut. Menatap Sekar seolah ingin menyentuhnya, tapi tidak berani mendekat.

Setiap dia masuk ke kamar, anak itu selalu berada di sisi Sekar dengan tangannya yang berada di ranjang dan tubuhnya duduk bersimpuh dilantai.

Gajah Mada meremas tangan Sekar. Berbisik, "Bisakah aku meninggalkanmu, Ayu?"

Beberapa pertimbangan, Gajah Mada menghitung orang-orang yang dia percaya. Membawanya ke sisi Sekar dan mengambil pengamanan penuh.

Dia tidak peduli jika tahta yang kosong membuat keributan dan apapun itu. Dia hanya ingin mementingkan Sekar saja kali ini.

Gajah Mada memerintahkan pasukan bersiap sesegera mungkin. Dia mengecup rambut Sekar dan bibir manisnya yang kini mulai pecah-pecah.

Percayalah, itu masih sangat cantik!

"Aku mencintaimu, tunggu aku kembali!" Katanya diakhir perpisahan.

"Sendhika dhwuh Yang Mulia!" Suara interup prajurit membuat Gajah Mada tersadar dan bergumam, "Buka pintunya."

Seseorang membuka pintu dan dua orang prajurit berlutut di depannya. "Yang Mulia, seorang tahanan bernama Suryati terus saja berteriak ingin menemui panjenengan. Katanya, ada sesuatu yang ingin dia katakan. Sebuah rahasia." Ucapnya.

Gajah Mada tertawa sinis. "Hah! Rahasia? Jika memang dia ingin memberitahukan sesuatu padaku, dia sudah melakukannya sebelumnya. Saat ini, aku akan pergi dan hanya ingin menggangguku."

"Siksa mereka semua dan paksa mereka bicara sampai aku pulang!" Lanjut Gajah Mada.

"Ya, Yang Mulia." Jawab mereka.

Pandangan Gajah Mada kembali mengelus rambut Sekar dengan sayang. Memeluknya ringan tanpa tangannya menindih, dan wajahnya dengan wajah Sekar hanya beberapa centi saja.

Gajah Mada menatap wajah itu yang selalu saja menutup mata indahnya. Beberapa hari lalu, dia masih bisa melihat wajah ini tersenyum. Kali ini? Semoga saja masih bisa.

Suhu badan Sekar masih dingin. Setiap suhu badannya menurun dengan drastis, Gajah Mada akan masuk ke dalam selimutnya dan memeluk tubuhnya hingga dia mulai sedikit menghangat.

Walau suhunya masih saja dingin, tapi itu akan ada dalam suhu dingin wajar yang biasa dalam masa ini.

Setiap hari, Sekar memakan makanan halus yang bisa di minumkan dengan sendok. Makanan yang dia makan juga terbatas.

Melihat ini, bagaimana Gajah Mada bisa makan? Dari kemarin, dia sama sekali tidak makan apa-apa kecuali mengisi dahaganya dengan minuman.

Gajah Mada menutup matanya. Dia menahan tangis yang ada di pelupuk mata.

Sampai Gajah Masa kemudian mengingat Kusuma dan Aji.

Yah! Semala dia pergi, mereka mungkin akan dalam bahaya mengingat mereka adalah keturunan Hayam Wuruk.

Melihat merekalah satu-satunya keluarga kerajaan yang tidak Gajah Mada usir, itu jelas bahwa Gajah Mada mungkin menyimpan mereka sebagai pewaris.

Untuk itu, Gajah Mada juga mengerahkan prajurit kepercayaannya untuk menjaga mereka.

***
4 Mei 2023

GAJAH MADA ; Megat RosoWhere stories live. Discover now