46. Permintaan

786 144 23
                                    

Gajah Mada berjalan beriringan bersama Sekar. Sekembalinya mereka dari sesi jalan-jalan itu, sepertinya banyak yang berubah diantara mereka. Tidak banyak. Tidak kentara juga. Namun...

"Kang Mas pasti lapar bukan?" Sekar bertanya.

"Kalau iya, apa yang akan kamu lakukan?" Gajah Mada tersenyum.

Sekar menaruh jari telunjuknya di atas dagu. "Aku tahu kalau Kang Mas tidak suka makanan yang orang-orang sini buat. Mari kita menemui Karti dan memintanya memasak makanan yang enak," Ujar Sekar.

Gajah Mada mengangguk. Menaruh tangannya untuk membenarkan helaian rambut Sekar yang menjuntai keluar. "Aku akan memakan apapun asal bersamamu." Tanggapnya.

Sekar merona. Pipinya semerah apel. Namun ia mengangguk dan tersenyum manis. Persis kelinci putih kecil yang baru berumur dua bulan. Gajah Mada semakin mengelusnya sayang.

Suara seseorang menghampiri mereka membuat Sekar menampik tangan Gajah Mada. Lalu melihat ke arah dimana seorang prajurit berjalan ke arah mereka.

Gajah Mada menarik tangannya yang menggantung disisi Sekar. Lalu menatap marah siapa saja yang menganggu kesenangannya.

Saat prajurit itu sampai di depan mereka, ia diam untuk sementara waktu dan mengatur nafasnya. Lalu mulai berbicara.

"Gusti Mahapatih, Panjenegan..." Ucapannya terhenti. Lalu ia melihat Sekar dengan sepintas.

Gajah Mada ingin menegurnya dan mengatakan kalau Sekar bukan orang asing, namun prajurit itu sudah melangkah ke arahnya dan membisikkan sesuatu di telinganya. Gajah Mada menyergit.

"Kawulo pamit undur diri."

Sekar yang melihat raut tidak senang muncul di wajah Gajah Mada ikut menyergitkan alisnya tinggi.

"Ada apa?" Sekar bertanya dengan cemas. Nampaknya, yang dikatakan prajurit tadi bukanlah hal yang baik.

Gajah Mada tersenyum dan menggeleng. Ia menepuk rambut Sekar dan berkata, "Kau makanlah bersama Karti. Aku ada urusan yang harus ku urus." Ucapnya.

Sekar ingin bertanya. Namun sepertinya masalah ini harus segera di selesaikan, jadi ia tidak ingin menunda Gajah Mada. Sekar mengangguk. Tersenyum dan pergi meninggalkan Gajah Mada sendiri.

Setelah Sekar pergi, Gajah Mada mulai menutup senyumnya. Wajahnya keruh dan sangar.

Ia berjalan ke sebuah ruangan. Tanpa mengetuk ataupun memberi salam, ia masuk dengan wibawa yang tinggi. Semua orang di dalam ruangan berdiri menyambut kehadirannya.

"Mahapatih," Ucap mereka serempak.

Di sana, berjejer para Tumenggung, bala, dan lainya yang menunduk merasa bersalah saat Gajah Mada masuk.

Gajah Mada tidak memperdulikan sapaan lalu mereka. Ia berkata, "Kalian memanggilku. Semoga saja ini bukan hal sepele yang akan kalian katakan padaku. Karena aku tidak ingin mendengar omong kosong saat ini."

Setelah Gajah Mada mengatakan hal ini, seluruh orang dalam ruangan semakin sunyi. Mereka takut untuk bersuara. Sampai akhirnya, seseorang diantara mereka memulai pembicaraan. Berbicara hal yang membuat mereka memanggil Gajah Mada secara diam-diam.

"Ampun Mahapatih. Karena kami tak sopan untuk memanggil panjenengan." Ia berhenti sebentar. Terlihat ragu untuk mengatakan niat aslinya.

"Mahapatih.. Sebenarnya kami sedang mengemban perintah dan sebuah tanggung jawab. Kedatangan kami ke kerajaan ini bukan semata-mata hanya kunjungan. Yang Mulia Hayam Wuruk ingin mengambil alih kerajaan ini untuk dikembangkan. Karena ia tahu, kalau tanah ini terlalu sempurna untuk raja yang tidak kompeten. Kami datang ke sini dengan dalih menarwarkan perjanjian pertukaran wilayah. Rencana kami, adalah menahan kerajaan ini untuk tidak curiga kepada kami sebelum tentara yang senopati Wage pimpin sampai disini. Namun, Wironggo terus mendesak pertukaran wilayah, sedangkan tentara kita belum sampai disini."

Ia mendesah dengan keras. "Yang Mulia Hayam Wuruk memerintahkan kami untuk melakukan penyerangan sekarang dan menahan mereka semua sebelum tentara kita datang. Tapi kami tidak akan bisa melakukannya. Kami tidak akan bisa menahan mereka. Selain kalah jumlah kami juga tidak bisa melindungi istri kami tanpamu."

"Maka itu Mahapatih. Kami memanggil panjenengan kesini untuk memohon kepada panjengan untuk memperkuat pertahan kami. Bergabung bersama kami untuk menahan mereka sesaat. Kami juga tidak bisa meminta Dwi Prapaja untuk ikut serta karena dia adalah orangmu. Maka itu, kami memohon kepadamu dengan hormat."

Di akhir permohonan itu, ia menunduk dalam. Begitu juga beberapa orang disana. Seakan mereka sedang meminta belas kasihan kepada Gajah Mada.

Gajah Mada tersenyum miring. Suara tawanya yang sumbang seakan membenamkan wajah mereka ke dasar kotoran yang bau. Mereka mulai gelisah mendengar jawaban Gajah Mada.

"Kalian adalah orang-orang yang ditunjuk Yang Mulia Raja Hayam Wuruk. Jika kalian memang mampu, lakukan! Jika tidak, untuk apa kalian menerima ini sedangkan kalian sendiri tidak mampu?"

Gajah Mada bahkan mengakui bagaimana berani mereka meminta bantuan kepada Gajah Mada. Sekarang, apa bila Gajah Mada memang membantu mereka, apa yang akan dikatakan Hayam Wuruk nanti?  Apakah Hayam Wuruk tidak akan mengira kalah Gajah Mada hanya akan menghancurkan rencana seperti yang ia lakukan bertahun-tahun lalu?

"Tapi kami tidak bisa menolak Yang Mulia Hayam Wuruk. Sedangkan kami kelawahan dengan perintahnya. Orang-orang ini, walau merasa bodoh, kami hanya bisa meminta Mahapatih untuk membantu orang-orang ini." Seseorang yang lebih tua berbicara.

Mungkin ia mengira kalau usianya  bisa membuat Gajah Mada luluh. Tapi Gajah Mada tidak lupa siapa mereka. Apa mereka pikir Gajah Mada lupa wajah-wajah yang menghinanya dan membuat Sekar tidak nyaman di awal penyambutan Sekar di Majapahit sebagai istrinya? Tidak. Gajah Mada tidak akan pernah lupa.

Walaupun mereka  bukan orang-orang itu sekalipun, Gajah Mada tidak akan mengiyakan permintaan mereka. Dirinya bertanggung jawab hanya menjaga Sekar. Hal yang mereka sebutkan bukan tugasnya, jadi ia tidak peduli.

Mereka menangkupkan kedua tangan mereka dan memohon. Beberapa mulai berlutut dan yang lainya mengikuti.

Sekarang, mereka seperti tahanan yang akan dihukum mati. Sedangkan Gajah Mada adalah algojo yang nantinya memotong leher mereka. Apa mereka memang sangat berbakat untuk terlihat seperti korban? Gajah Mada tidak melakukan apapun, tapi jika seseorang melihat ini, mereka akan berpikir kalau Gajah Mada sedang menindas mereka.

"Bangun!" Gajah Mada memerintah.

Mereka semua bangun dengan perasaan senang dan bangga. Mengira  Gajah Mada bersedia untuk membantu mereka. Senyum mulai menyebrang di mulut mereka. Namun mereka tahan untuk tidak bersikap konyol di hadapan Gajah Mada.

"Dimana wajahku jika aku tetap membantu kalian sedangkan Raja sendiri tidak menginginkan keikutsertaanku."

Ketika Gajah Mada mengatakan ini, raut mereka berubah. Mereka mulai tegang.

Sebelum mereka dapat berbicara, Gajah Mada sudah menambahkan, "Bukankah Dia(Hayam Wuruk) membawaku kesini tanpa mengikut sertakan aku dalam rencana ini karena Yang Mulia ingin melihat betapa ia mengagumi kehebatan kalian?"

Ia menjeda ucapannya.

"Atau.. Untuk menunjukan betapa aku tidak dibutuhkan dalam kerajaan Majapahit?" Ucapnya yang membuat semua orang bungkam tanpa  berani bicara lagi.

****
Update terakhir

***
12 Juni 2022

GAJAH MADA ; Megat RosoWhere stories live. Discover now