2. Majapahit

1.7K 236 7
                                    

Maaf, belum di revisi. Jadi acak-acakkan.

****

Kerajaan Taring sedang sangat sibuk. Dayang-dayang berlalu-lalang dengan tergopoh-gopoh. Mereka bahkan lupa untuk makan.

Para prajurit bersiap-siap menyambut rombongan yang akan datang. Tidak seperti biasanya, mereka berdandan serapih mungkin. Wajah yang biasanya hitam legam dan berminyak sudah mereka bilas dengan air jeruk, membuat mereka tampak lebih segar. Sebelumnya mereka juga berlatih sangat keras sehingga badan mereka tidak membuat malu kerajaan Taring. Bagaimana mungkin Taring memiliki prajurit yang kurus dan hanya tampak tulang?

Raja Sundra sendiri tengah mengatur hal-hal kecil. Seperti, apa saja jamuan yang di hidangkan di meja, siapa saja yang boleh bicara nanti, dan apa saja yang akan mereka bahas.

Beberapa hari lalu, ada seorang gamel1) dari kerajaan Majapahit. Dia bilang Majapahit baru saja mengadakan perjalanan ….. dan mereka beberapa hari lagi akan melewati kerajaan Taring.

Menimbang hubungan baik anatara kedua kerajaan, dan mereka juga lelah butuh istirahat, maka mereka berencana untuk mampir ke kerajaan Taring.

Setelah menyampaikan dhawuh raja, gamel itu pergi kembali ke rombongannya yang masih berada di jalan. Mereka mungkin sedang bermalan di hutan.

Itulah sebabnya kerajaan ini sangat sibuk. Kedatangan tamu dari Majapahit, adalah hal yang luar biasa. Mereka juga sangat ingin bertemu dengan raja terkenal, prabu Hayam wuruk, dan mahapatihnya, Gajah Mada.

Dua orang yang sangat terkenal di antero tanah jawa. Majapaphit tidaklah lengkap jika kedua nama itu tidak bersanding satu.

Namun, sudah dua hari semenjak gamel itu tiba disini, belum ada tanda-tanda mereka tiba. Agaknya mereka sedang berada dalam masalah yang menghalangi mereka, sehingga mereka terlambat tiba.

“Sekar, kamu mbokya jangan makan dulu. Bantuin Kang Masmu mengatur makanan sana! Atau, kamu bisa mengatur pertunjukan untuk nanti. Sepertinya rombongan Majapahit akan tiba hari ini.” Ucap sang ratu.

Sekar menghela nafasnya. Tapi ia tetap pergi untuk menyiapkan pertunjukan nanti. Ia menghampiri Asih, seorang guru tari yang dulu mengajarinya. Namun, karena Sekar tidak suka dengan tari, maka dia sudah tidak pernah mengajarinya lagi.

“Mbak Asih, sudah siap tariannya? Ibu sampun ndawuhi Sekar kangge mreksani kesiapane, niku.” Ucap Sekar kepada Asih.
(Mbak Asih, sudah siap tariannya? Ibu sudah menyuruh Saya untuk melihat kesiapannya tuh.)

Asih memakai pakaian berwarna emas dan sanggul yang di hiasi perhiasan khas penari. Sepertinya hari ini ia akan ikut menari, tidak seperti biasanya yang hanya menonton dan mengarahkan para penari saja.

Lagi pula, ini adalah tamu spesial, jadi mungkin Asih ingin menunjukan bakatnya dan keluwesannya dalam hal menari. Mempersembahkan penari terbaik dan berpengalam adalah ide yang terbaik agar tamu bisa terhibur.

“Oh, sampun Ndoro putri. Nopo njenengan badhe tumut? menawi njengan badhe tumut, mboten nopo-nopo. Mangke kulo ajari. Wong romongannya saja belum datang. Tasih enten wektulah.”

(Oh, sudah tuan putri. Apa kamu mau ikut? Kalau kamu mau ikut, tidak apa-apa, nanti saya ajari. Wong rombongannya saja belum datang. Masih ada waktulah.)

Sekar menggeleng brutal. Wajahnya menggambarkan kalau ia benar-benar tak mau.

Setelah berbincang dengan Asih, Sekar mulai melihat sendiri kesiapan tarian yang nanti akan dipertontonkan. saat ia sedang melihat-lihat, itu adalah saat yang tepat saat penari selesai memakai kostum yang nanti di gunakan.

GAJAH MADA ; Megat RosoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang