81. Dua Penjaga Bayangan

446 76 7
                                    

Sepanjang perjalanan pulang, Sekar masih saja teringat dengan ucapan Sarah kepadanya.

"Kau memang tak menyadarinya atau kau hanya berpura-pura tak mengetahui?"

"Apa maksudmu?"

"Orang-orang yang mengawasimu. Jangan bilang kau memang tidak tahu?"

"Apa yang kau maksud! Siapa yang mengawasiku?"

"Kau mungkin tidak menyadarinya, Sekar. Ada beberapa orang yang mengikutimu dan mengawasimu."

Pernyataan dari Sarah itu selalu berulang dan mengulang. Pandangan Sekar yang awalnya santai juga jadi was-was tak terarah. Kenapa ia tidak mengajak Karti bersama saja tadi? Kenapa ia harus pergi sendiri?

Siapa orang-orang yang mengawasinya sebenarnya? Apakah benar jika ia memang telah diikuti sejak awal? Lalu kenapa dia tidak menyadarinya?

Tapi yang paling penting, apa tujuan mereka mengikuti Sekar?

Sekar menoleh ke kanan dan kiri. Jalanan ini sangat sepi. Jika memang orang itu berniat jahat kepadanya, bukankah berarti ia akan di habisi sekarang?

Tidak. Bukan seperti itu, seharusnya ia sudah di serang saat ia berangkat jika mereka memang berniat membunuhnya. Saat itu jalanan lebih sepi dan masih sedikit orang berlalu lalang. Harusnya bukan pembunuh 'kan?

Sambil menahan rasa gugup dan takut di dada, Sekar menghentikan langkahnya. Ia kemudian berbalik.

Entah memang benar ada orang yang mengikutinya atau tidak, Sekar berkata dengan lantang. "Keluarlah! Aku tahu kalian mengikutiku." Teriaknya.

Setelah menghirup nafas dalam-dalam untuk mengurangi rasa gugupnya. Tapi kemudian, Sekar tidak mendapati apa-apa kecuali daun-daun di sekitarnya yang bergoyang terkena angin. Lalu setelah itu, keadaan menjadi sepi.

Sekar terkekeh. Rupanya ini hanya sekedar gurauan yang Sarah berikan kepadanya. Bodoh sekali Sekar terperangkap gurauan yang tak masuk akal itu.

Sekar benar-benar berpikir yang diucapkan Sarah adalah nyata karena ekspresinya yang sangat serius saat dia mengatakannya.

Karena Sarah adalah seorang pencuri, Sekar pikir dia sangat peka dengan hal-hal seperti ini. Itu sebabnya ia mempercayainya.

"Arghhh!!" Jerit Sekar kencang.

Saat ia berbalik, ia mendapati dua orang dengan pakaian hitam sedang berlutut di depannya. Pedang berada di punggung mereka dengan gagang yang di pegang erat.

"Salam hormat Yang Mulia. Sebuah kecerobohan bisa di temukan dengan mudah oleh Yang Mulia sendiri. Maaf kami telah membuat panjenengan tidak nyaman." Ucap salah seorang dari dua orang itu.

Sekar terkejut dan tidak bisa mengatakan apapun lagi. Ia memegang dadanya erat-erat yang masih saja berdetak cepat menggila.

"Apa-apaan ini? Aku benar-benar telah diikuti?" Gumamnya yang tidak bisa di dengar dua orang itu.

Tapi ternyata ketajaman telinga orang-orang terlatih memang mengerikan. Tidak di sangka, mereka mendengarnya

"Kami adalah penjaga yang Yang Mulia Mahapatih perintahkan untuk menjaga panjenengan."

"Kang Mas yang memerintah kalian?" Tanya Sekar dengan alis mengkerut dalam.

Kenapa Gajah Mada mengawasinya? Dia bahkan meminta dua orang sekaligus.

Ah.. Kutukan Paduka Sori mungkin menjadi pukulan terberat baginya. Ia pasti takut kalau sesuatu benar-benar terjadi kepada Sekar. Itu sebabnya ia memerintahkan seseorang untuk mengikutinya.

GAJAH MADA ; Megat RosoWhere stories live. Discover now