35. Wironggo

733 127 6
                                    

Suara genderang drum mengiringi masuknya rombongan mereka. Dari jauh, Sekar sudah melihat penyambutan yang meriah yang diadakan kerajaan Adibaya ini.

Kontras, tanah mereka sangat luas. Dari perbatasan menuju ke Istana saja sangat jauh. Hampir sebesar Majapahit. Kontras dengan kerajaan Sekar yang kecil.

Tapi bisa dikatakan kalau kerajaannya mungkin lebih maju dari ini. Dari segala sisi.

Contohnya dalam hal ekonomi. Sebagian orang di kerajaannya bekerja sebagai petani. Tapi tidak lebih dari tujuh puluh perseratus. Banyak juga yang menjadi pedagang.

Tapi disini, Sekar sama sekali tidak melihat ada pasar sejauh ini. Rumah yang mereka lalui sangat sederhana. Lebih sederhana dari orang-orang di kerajaannya. Ini mungkin tergolong kandang jika dikerajaannya. Apa lagi jika dibandingkan masyarakat majapahit.

Karena tanah yang terlalu luas, jarak dari rumah satu ke rumah lainya sangat jauh. Jauh dari kesan ramai khas desa. Ia juga tidak melihat satu orangpun di perjalanannya setelah masuk ke perbatasan ini. Mungkin mereka berkumpul untuk menyambut rombongan Majapahit. Dan terbukti, mereka semua berkumpul disini.

Sekar pikir, Gajah Mada adalah yang paling narsis dengan memamerkan badannya setiap waktu. Tapi Sekar salah!

Ternyata, wawasan sekar terlalu dangkal. Para pria di kerajaan ini bahkan hanya menggunakan penutup kaki diatas lutut. Memamerkan paha yang terlihat setengah. Tanpa celana sutra tipis seperti yang Gajah Mada sering pakai. Sekar ragu apakah mereka memakai celana di dalam kain itu?

Dan kini, ia melihat para penari laki-laki yang masih bisa dianggap muda ini menari hanya dengan menggunakan celana dalam!

Tarian apa ini! Sekar benar-benar tercengang.

Melihat raut wajah terkejut Sekar, Gajah Mada tertawa lirih di belakangnya. Ia memajukan badannya dan bertanya, "Menurutmu, apakah aku lebih baik atau mereka lebih baik?" Tanyanya acak.

Sekar menunduk. Mengutuk dalam hatinya. Bagaimana Gajah Mada bisa menanyakan hal ini! Kalau boleh jujur, tentu saja Gajah Mada lebih baik. Tapi apa perlu ia menanyakan hal seperti ini dan apa perlu Sekar menjawabnya? Konyol!

Gajah Mada lagi-lagi tertawa. Kali ini agak keras membuat beberapa orang disampingnya menoleh dan terkejut melihat seorang Gajah Mada tertawa lebar. Karena musik yang kencang, orang-orang di depan tidak mendengarnya. Termasuk Hayam Wuruk.

Oh! Ya. Untuk perempuan, pakaian mereka tidak terlalu terbuka. Tapi masih lebih terbuka dari pada yang pernah ia lihat.

"Sugeng rawuh Prabu Sri Rajasanegara. Ratu trah Wilwatika. Raja penguasa tanah Majapahit. Panjang yuswo sewu warso!"

(Selamat datang Prabu Sri Rajasanegara. Raja bangsa Wilwatika. Raja penguasa Majapahit. Panjang umur seribu tahun!)

Seruan selamat datang bergema dari seorang di depan sana. Seorang dengan mahkota dan tongkat. Orang-orang di sampingnya menjaga jarak beberapa jengkal agar tidak menyentuhnya. Kecuali beberapa wanita di belakangnya. Terlihat ia sangat di segani. Sekar yakin dia adalah raja Adibaya ini.

Sekar benar. Dia adalah Wironggo. Raja di tanah Adibaya sekaligus Rajapatining Adibaya.

Kenapa begitu?

GAJAH MADA ; Megat RosoWhere stories live. Discover now