13. Cemburu

1.1K 165 7
                                    

Sorry acak-acakkan ya...

***

Akhir dari perjalanan mereka adalah tempat latihan Gajah Mada. Seperti yang kebanyakan orang tahu, umumnya, tempat itu bukanlah tempat yang bisa dikunjungi hanya untuk sekadar jalan-jalan.

Tapi di sini, di Majapahit, tempat ini menjadi tempat banyak perempuan melihat bagaimana kegagahan para pria yang berlatih dari pinggir lapangan.

Untuk mencuci mata, mereka duduk dan menonton para pria.

Tidak semata-mata hanya untuk memuaskan jiwa kecentilan seorang wanita, mereka memiliki banyak alasan saat mereka mencuri pandang.

Pertama, lokasi pinggir lapangan sangat bagus. Udara yang segar dan alami. Pohon-pohon yang tertanam rapi dipinggir lapangan, dan pendopo kecil yang dikhususkan memang untuk mereka.

Mereka yang sudah memiliki berkeluarga akan menunggu suami mereka dengan membawakan makanan, dan yang masih lajang akan melihat para pria beristirahat.

Untuk para pria lajang, mereka akan menunggu jatah makanan yang memang sebenarnya sudah di siapkan istana. Tapi biasanya makanan jatah itu tidak terlalu enak, itukah sebabnya mereka yang sudah berkeluarga lebih memilih memakan makanan istri mereka.

Sekar kini duduk di salah satu pendopo yang hampir paling ujung. Ke dua dari kanan jika menghadap ke lapangan.

"Kenapa banyak wanita disini?" Tanya Sekar kepada Suryati.

Suryati hanya menjawab sekilas, "Disini memang tempat wanita sering berkumpul." Jawabnya.

Sekar mengangguk halus. Ia menatap cermat Suryati yang saat ini menengadahkan wajahnya melihat matahari. Ia bergumam, "Sebentar lagi mereka akan istirahat," Katanya.

Tanpa sempat Sekar menanggapi, dia sudah pergi dari hadapannya. Meninggalkan Sekar yang melihatnya dengan penasaran dan bingung.

Sekar menghela nafas. Kenapa gadis ini selalu aneh. Ia tidak terlihat sebagai pelayan biasa. Ia terlihat sopan, namun juga menyebalkan. Ia lembut, tapi kadang juga tatapan matanya membuat Sekar tidak suka dengannya.

Matanya bergulir melihat orang-orang yang sedang berlatih. Sampai matanya melihat orang yang sudah menjadi keluarganya.

Ia agak jauh dari para prajurit yang berlatih. Dengan pedang yang ia genggam disamping tangannya yang terkulai, ia terlihat gagah. Terlihat paling mendominasi disana. Di depannya ada Dwi Prapaja yang yang sedang mengarahkan pedang kepadanya. Dan satu lainya adalah seorang yang Sekar tidak tahu.

Mata Sekar mengamati mereka. Dari mulai Dwi Prapaja yang dengan bersemangat menyerang Gajah Mada yang santai menanggapinya sampai kekalahan Dwi Prapaja yang di akhiri uluran tangan sang Mahapatih sebagai simbol damai. Tentu saja itu pura-pura.

Tampaknya Gajah Mada tidak tahu kalau Sekar akan datang. Saat matanya memindai pinggir lapangan, ia menyipit ke arah Sekar. Memperhatikan dengan baik sebelum akhirnya tersenyum. Senyum yang mampu membuat beberapa orang memekik tertahan.

"Kau datang?" Ucap Gajah Mada tanpa suara. Gerak bibirnya yang luwes dan jelas membuat Sekar bisa mengerti walau dari jarak yang lumayan jauh. Sekar mengangguk. Tersenyum sedikit yang dibalas dengan senyuman hangat Gajah Mada.

Gadis-gadis di pendopo samping mulai menoleh kearahnya. Paham kalau senyum yang menawan itu ternyata untuk seorang wanita berpakaian merah yang duduk seorang diri. Mereka mulai berbisik samar. Sekar memutar matanya malas.

Tak lama kemudian, Suryati datang membawa sesuatu yang dibungkus dengan kain. Menentengnya di kedua tangan. Terlihat berat, namun tidak terlalu berat sepertinya.

GAJAH MADA ; Megat RosoWhere stories live. Discover now