12. Suryati

1.2K 144 6
                                    


Setelah Gajah Mada pergi dari rumah, Sekar duduk diam di ruang tamu. Ia bingung melakukan apa. Pekerjaan rumah sudah beres. Ia sudah mencuci alat makan dan membersihkan ruangan. Bahkan, pakaian yang ia cuci sudah hampir kering karena panas sudah terik sedari tadi.

Agaknya, pagi yang datang begitu awal juga membuat panas matahari datang lebih awal.

Mungkin jika ia masih dikerajaanya, ia akan membaca atau menggambar. Atau berjalan-jalan. Melihat kakaknya latihan dan memperhatikan bagaimana prajurit saling bertengkar dengan tongkat bambu yang menjadi senjata. Selain untuk menuntaskan emosi, itu juga bisa menjadi sarana latihan mereka dalam peperangan satu lawan satu.

Sekar teringat dengan paviliun pribadinya. Yang sejuk dan indah. Asri dengan bunga-bunga indah tertanam. Karena berada di belakang kerajaan, disana tidak terlalu mendapat cahaya dipagi hari. Tapi selalu mendapat cahaya di sore hari, saat pergantian siang dan malam. Saat wengi melengser, di paviliun itu akan ada keindahan senja yang memukau. Keindahan matahari terbenam.

Tapi disini, ia cukup kesepian. Dengan ditemani barang-barang tak bernyawa, ia diam. Menunggu hingga sang mahapatih pulang, baru ia ada teman mengobrol. Sungguh jenuh hidupnya jika ia terus begini. Mau keluarpun ia tidak cukup berani. Selain bertemu dengan pelayan atau pejabat yang bisa saja memakinya ditengah jalan, siapa lagi yang bisa ia temui di luar sana?

"Tok.. Tok.. Tok.."

Sekar terjingkat. Siapakah itu? Mahapatih kah?

Sekar membuka pintu. Pintu dibuka, terpampanglah seorang perempuan yang kelihatannya hampir seumuran dengannya. Menatapnya hari atas hingga bawah. Lalu tertunduk dan menundukkan wajahnya dalam. Ia tersenyum kecil sedikit kecut. Terlihat sedikit dipaksakan.

Ia mencicit, "Salam Ndoro. Kulo Suryati, pelayan baru panjenengan. Pelayan tingkat kalih sing Mahapatih Gajah Mada tunjuk kangge nglayani panjenengan. Saestu kulo teng mriki."

(Salam Ndoro. Saya Suryati, pelayan baru anda. Pelayan tingkat dua yang Mahapatih Gajah Mada tunjuk untuk melayani anda. Jadi, saya disini.)

Sekar melihat Suryati. Melihat dari atas sampai bawah seperti Suryati yang melihatnya dari atas hingga bawah tadi. Tidak ada yang salah, namun sejak pandangan Sekar melihatnya tersenyum, Sekar merasa tersudutkan dan tidak suka dengan senyuman itu.

"Aku tidak pernah bilang aku butuh pelayan," Ucap Sekar. Lebih seperti bergumam.

Suryati melirik Sekar. Sedikit tersenyum dan lalu berbicara, "Tapi saya diperintahkan langsung oleh Mahapatih." Ucapnya yang membuat Sekar tidak bisa menolaknya lagi.

Dengan penuh pertimbangan, Sekar menyuruh Suryati masuk. Setelah masuk, Sekar bisa melihat Suryati yang melihat ke seluruh penjuru ruangan dengan mata yang takjub dan sedikit sedih. Ia tidak bisa membaca raut gadis itu. Gadis itu terlalu memiliki banyak emosi.

"Namamu Suryati?" Sekar bertanya.

Dengan duduk bersimpuh di lantai, Suryati mengangguk. "Nggih Ndoro."

"Apa kamu tahu, kenapa Kang Mas mengirimkan seorang pelayan untukku?" Tanya Sekar.

Suryati melirik Sekar dari balik matanya. Sedikit ada ketidaksukaan dari balik matanya yang Sekar tangkap. "Mahapatih hanya ingin panjengan tidak kesepian saat beliau pergi." Ucapnya.

"Lalu dia memerintahkanmu?" Sekar kembali bertanya.

Suryati mengangguk. Dengan senyum yang menawan, ia membenarkan. "Leres Ndoro,"

Sekar mengangguk. Merasa sedikit puas.

Namun pertanyaan Sekar masih berlanjut. "Kang Mas sendiri yang memintamu?" Tanya Sekar sekali lagi.

GAJAH MADA ; Megat RosoWhere stories live. Discover now