Bab 74

1.2K 262 24
                                    

"Saat kita bertemu lagi mungkin kita tidak bisa saling menyapa sedekat ini." -Reynard.

*************

Tiga hari kemudian, Death Crow dan Carlos tiba di kota Darcia. Alicia mengundang mereka ke vila keluarga Ravenell. Eris dan Hilda juga tiba di vila sehari sebelum grup Carlos.

Kabar mengenai kasus penculikan oleh pangeran kedua langsung menyebar luas seperti kobaran api di padang kering. Topik itu bahkan lebih hangat ketimbang pertunangannya dengan Allendis dulu. Ia bahkan yakin, seorang petani di pinggir wilayah tahu mengenai skandal Fincencius Carswell.

Rakyat secara terang-terangan mendesak untuk melakukan sidang terbuka. Raja sekalipun akan kesulitan menutupi hukuman yang akan diterima putranya.

Setelah itu, Richard Keittenberg mengundang Allendis dan orang yang turut membantu menyelesaikan kasus penculikan ke tempat rekreasi milik keluarga Keittenberg.

Salah satu bisnis terkenal dari wilayah selatan itu menyediakan fasilitas hotel bintang 5, pantai pribadi, bahkan sumber air panas yang terhubung dengan mineral laut dan belerang bawah tanah.

Tanpa berpikir dua kali Alicia menyetujuinya. Ia juga mengajak seluruh pelayannya dan grup Carlos untuk turut serta.

Disinilah ia berada, meluruskan kaki di pinggir pantai bersama tumpukan buku-buku dan segelas minuman dingin. Cuaca wilayah Selatan cukup hangat untuk pergi ke pantai di tengah musim dingin, lagipula dengan kekuatannya ia bisa mengurangi atau menaikkan suhu tubuhnya. Alicia tersenyun puas.

'inilah yang namanya hidup.'

Alicia sudah memerintahkan Reon, Eris dan Hilda untuk menikmati waktu mereka. Awalnya mereka sempat menolak, tapi nonanya itu berganti strategi. Pelayan dan ksatrianya akan sibuk beberapa saat untuk pergi mencari kerang atau bebatuan indah di sepanjang pantai.

Ia tidak tertarik bergabung dengan anggota death crow yang tengah asyik bermain voli pantai dan berenang atau pasangan tokoh utama Arabella dan Richard yang membangun istana pasir. Sebuah zona kecil untuknya menikmati pemandangan pantai, merilekskan tubuhnya, serta tenggelam bersama buku-buku yang telah lama ingin ia baca.

"kalau kau kesini hanya untuk membaca buku, lakukan saja di rumah."

Alicia mendengus, mencoba mengabaikan ucapan menyebalkan dari pria beriris merah itu. Orang itu tampak belum puas mengganggu Alicia dan mengambil satu persatu buku Alicia.

"'teknik penempaan besi', 'perencanaan wilayah dan tata kota', 'sejarah pembentukan tiga negara besar' dan 'ensiklopedia umum benua'. Mengerikan melihatmu membaca buku seperti ini untuk bersantai. Kau bahkan lebih parah dari para Keittenberg itu."

Gadis yang mulai merasa terusik itu berusaha mengambil kembali buku-buku miliknya, tapi Allendis yang lebih tinggi darinya mengangkat buku lebih jauh.

"Argh, apa masalahmu?"

Allendis tiba-tiba berhenti dan langsung memberikan buku-buku pada Alicia. Gadis itu tak bisa menutupi ekspresi curiganya.

Firasatnya semakin membesar saat Allendis meletakkan kursi panjang baru di sebelahnya.

"nah... bacakan aku sebuah buku."

"hah?"

"buku apapun, kau boleh memilihnya sendiri."

Alicia terbelalak tak percaya "memangnya kau pikir aku akan melakukannya?"

Allendis pasti sudah naik level kegilaannya sampai berpikir bahwa ia akan membacakan sebuah buku seperti seorang ibu yang pergi mengantarkan tidur anaknya.

Azure I (END)Where stories live. Discover now