Side Story : Rubeus Angius (Part VII)

96 25 2
                                    

Allendis menutup buku tebal yang baru saja selesai ia baca. Mengedarkan pandangannya ke sekitar, ia tak menemukan Fred yang tadi mencoba untuk membaca buku miliknya. Namun temannya itu bukan orang yang tahan membaca buku rumit dan duduk dalam waktu lama, bukan hal aneh jika ia pergi setelah bosan.

Setelah berjalan beberapa saat, Allendis melihat Fred yang tengah memunggunginya. Ia berniat mengejutkannya namun remaja bersurai hijau tampak sedang fokus pada sesuatu. 

"tunggu sampai Allendis melihat ini."

"melihat apa?"

"hei, jangan tiba-tiba muncul di belakangku seperti itu!" Fred yang kaget langsung menoleh kesal

"aku ingin mencarimu dan tanpa sengaja melihatmu. Lalu, apa yang sedang kau lakukan?"

Fred langsung teralihkan, dia membuka tangkupan kedua tangannya "oh aku hampir lupa, lihat apa yang kutemukan!"

Tampak seekor burung kecil di atas telapak tangannya, bulunya keabuan dengan titik coklat di sekitar sayap dan sisi kepalanya.  Matanya bulat hitam sempurna seperti menatap balik mereka.

"kenapa dia tidak terbang?" Allendis memperhatikan burung mungil itu hanya terdiam.

"kupikir sayapnya patah atau terluka, aku menemukannya di atas tanah. Apa kau menyimpan kotak obat yang dibawa Duke waktu itu?"

Mereka berdua membawa burung kecil itu ke kamar, Allendis segera mengambl kotak obat dan memberikannya pada Fred.

"memangnya kau tahu cara merawat burung?"

Fred menggeleng "sebenarnya aku hanya tahu cara memanah mereka, apa kau tidak punya ide?"

Anak laki-laki bernetra merah terdiam sejenak "aku tidak yakin apakah obat manusia bisa dipakai untuk hewan terlebih spesies yang berbeda jauh. Namun jika sayapnya patah, kita harus memberinya penyangga agar mengurangi beban pada tulangnya." 

Allendis pergi keluar sebentar sebelum kembali dengan beberapa ranting kecil di tangannya. Ia kemudian mengambil perban dan gunting, dengan telaten memotongnya menjadi lebih kecil dan mengikatnya bersama rantng di kedua sayap burung abu-abu itu.

"Fred tolong ambilkan beberapa barang untukku."

Ia mengangguk dan membawa kotak kecil, botol kaca, roti dan beberapa biji-bijian.

"memangnya tidak apa-apa memberikan air suci pada Tutu?"

"Tutu?" Allendis mengerutkan dahi.

"bukankah lucu? itu nama yang kuberikan."

Allendis ingin mendebat namun memilih untuk ikut setuju. Ia kemudian meletakkan burung itu ke dalam kotak yang diberi alas kain, di sisinya beberapa biji dan roti setelah meminumkannya air suci dari gereja.

 "aku tidak yakin dengan obat ataupun salep luka tapi air suci memiliki kekuatan untuk menyembuhkan. Baik manusia, hewan, ataupun tumbuhan."

Fred mengangguk "hmm, itu masuk akal."

Tak tak

Perhatian Allendis dan Fred seketika terganti oleh suara dari kaca jendela. Tampak kerikil kecil sengaja dilempar oleh seseorang.

"kakek?"

Dari bawah Duke Vincent Ravenell melambaikan tangan "hei bocah-bocah, turun dan sapa kakek kalian dengan benar."

Vincent langsung mengacak rambut dua orang remaja laki-laki itu, seperti belum puas ia mengangkat dan memutar tubuh mereka beberapa kali.

"ugh, aku merasa mual." 

Azure I (END)Where stories live. Discover now