Bab 25

6.9K 1.1K 53
                                    

"...berhentilah menyalahkan diri sendiri, kau bisa menganggapnya sebuah pelajaran dan berusaha agar tidak terulang lagi." -Alicia.

**********************

Alicia memandangi laki-laki beriris merah itu, ia teringat sebuah bait novel tertulis untuk pria itu.

Pria itu luar biasa tampan. Rupanya tampak menakjubkan dengan latar belakang taman mawar, seolah mereka adalah sebuah harmoni. Bahkan penerangan temaram malam membuatnya semakin indah, sedikit cahaya bulan menampilkan kesan misterius padanya, hembusan angin meniup lembut rambutnya yang hitam gelap. Di bawahnya, dua bola mata merahnya bersinar tenang, menyimpan banyak rahasia yang tak tertebak. Tubuh tegap dan tinggi dengan postur ideal, seluruhnya tidak salah menyebutnya sebuah karya seni.

Alicia terpana oleh pemandangan yang tengah ia lihat.

Pria itu membuka mulutnya kembali "Hei, aku bertanya siapa kau?"

Alicia langsung tersadar dan mulai berbicara "siapa saya? sepertinya anda suka bercanda ya?"

Pria itu menatap dengan raut terganggu "apa maksudmu?"

"maksud saya, anda tidak mungkin tidak mengenali saya setelah anda mematai-matai saya kan?"

Pupil pria itu melebar sesaat, kemudian datar kembali.

"kau tahu jika kau mengatakan pernyataan berbahaya seperti itu, aku bisa mengajukan tuntutan padamu kan?"

"saya tidak masalah mengenai pengajuan tuntutan."  Alicia kemudian melemparkan benda kecil ke pria itu.

Laki-laki bersuara bariton itu memeriksa benda itu, sebuah kancing dengan lambang keluarga Ravenell, bunga Petunia hitam.

"Saya menemukannya di kebun mansion saya, sepertinya ada seseorang dari keluarga Ravenell yang kehilangan kancing jasnya saat mengendap-endap dekat taman bunga."

Laki-laki beriris merah itu lalu tersenyum miring.

"sepertinya aku tertangkap basah."

Alicia memasang wajah tenang "jadi, apakah tuan Duke masih ingin mengajukan tuntutan?"

"baiklah, kau menang, Alicia Foster, atau harus kupanggil Eleven dari Death Crow?"

"saya tidak mempermasalahkan sebutan untuk saya. Yang Mulia pangeran Ketiga sekaligus Duke Allendis Ravenell, atau harus saya panggil dengan Tuan Nero sang Penguasa Underworld juga?"

Sebuah rahasia besar ia adalah penguasa dunia bawah yang sebenarnya. Nero adalah alias yang dipakainya untuk menyamarkan identitas. Orang yang bahkan tidak berani disentuh Carlos dan death crow, orang-orang sering berkata ia seperti malaikat maut yang siap menghabisi siapapun yang masuk dalam daftar hitamnya.

'semua rahasianya tertulis jelas di dalam novel.'

Mereka saling berpandangan, memasang seringai di wajah mereka masing-masing.

Tokoh favorit Alicia dalam novel, Allendis Ravenell.

Anak ketiga dari Raja Finley Carswell dan selir kedua Victoria Ravenell. Meskipun termasuk keluarga kerajaan, karena warna rambut dan matanya berbeda dari keturunan raja, Allendis didiskriminasi bahkan oleh ayah dan ibunya sendiri. Ibunya memiliki warna rambut hitam tapi tidak dengan iris merah, ia menganggap darah dagingnya sendiri anak terkutuk. Allendis yang berbeda dikucilkan oleh keluarga istana kemudian dibawa pulang ke kediaman Ravenell oleh sang kakek, Duke Vincent Ravenell. Kakek Allendis adalah orang yang keras, ia mengajari Allendis untuk menjadi kuat, tidak untuk terpuruk karena pendapat orang lain. Allendis mengasah kemampuannya, tetapi tidak menunjukkannya dan menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkannya. Laki-laki beriris ruby itu kemudian menjadi Duke muda menggantikan kakeknya yang sudah tua.

Azure I (END)Where stories live. Discover now