Bab 4

13.1K 1.7K 23
                                    

Reon mengetuk-ngetuk jarinya, ia menumpukan tubuhnya di tembok, tangannya menyilang. Sesekali memegang ujung pedang yang tersangkut di pinggangnya.

"ah, maaf aku jadi menangis, setelah mendengar cerita kalian aku jadi meneteskan air mata, aku jadi cengeng ya?"

Nona itu menangis untuknya? Jujur saja, ia benci dikasihani, hidupnya sudah cukup sulit untuk menerima belas kasih. Orang-orang yang meremehkannya karena latar belakangnya.

'ini kedua kalinya'

Ini kedua kalinya ia menerima pengakuan dari orang lain. Nona itu memilihnya karena ia seorang ksatria, dan bukan seorang yang menjijikkan, seorang yang rendah karena ia mantan budak.

'nona yang aneh'

Reon rasa, ia akan memperhatikan nona itu lebih lama untuk memastikannya.

Cklek

Pintu di belakangnya terbuka, waktu lima menit belum berlalu, seseorang keluar dari sana, seorang bagsawan berpakaian gaun bernuansa putih biru berjalan anggun.

"no-nona"

"nona Alicia"

Eris dan Reon langsung menyeruak, ke hadapan Alicia. Alicia sedikit terkejut, ia melihat kedua pelayannya itu satu persatu.

"urusanku disini sudah selesai, ayo kita pergi"

"tunggu nona, kenapa pita diujung rok nona bisa rusak seperti itu?"

"mungkin aku tidak sengaja menginjaknya tadi"

Alicia tidak mempedulikan tatapan ingin tahu Reon dan Eris. Ada banyak hal yang harus dilakukan setelah ini.

********************

Gereja cahaya berada di pusat kota Osbolt, gereja didominasi putih dan emas menggambarkan cahaya yang terang. Tempat ini bahkan bisa dilihat dari pinggir ibukota.

'gereja cahaya, gereja suci yang dibangun untuk memuja para dewa cahaya yang mengusir kegelapan'

Begitulah penjelasan yang tertulis di novel, gereja agung yang menggambarkan kejayaan yang menyelamatkan umat manusia. Meskipun begitu, aku tertawa saat membaca baris berikutnya.

'tempat para manusia yang haus akan kekuasaan berkumpul adalah gereja cahaya dan faksi-faksi bangsawan'

Konyol sekali, manusia kotor bukanlah para budak berkalung rantai yang lemah, melainkan orang-orang rakus yang terus mengambil demi dirinya sendiri. Walaupun, aku tak akan membantah jika ada yang mengatakan kalau aku seperti rubah licik.

"selamat datang, semoga dewa-dewi cahaya memberkatimu"

Seorang pendeta memberikan salam pemberkatan kepada orang yang datang ke gereja. Aku memberikan senyum profesionalku.

"terima kasih banyak pak pendeta"

Pendeta itu mengangguk "baiklah, jika ada yang bisa saya bantu anda bisa memanggil saya"

Setelah itu, aku berkeliling gereja, mengamati lukisan yang terpasang di sepanjang dinding. Lukisan yang menggambarkan pertarungan para dewa melawan kegelapan, dan para pahlawan yang memenangkan peperangan melawan kejahatan.

Aku berhenti di ruang berdoa, tempat jemaat menerima pemberkatan. Ruangannya cukup besar untuk menampung banyak orang, di depan terlihat altar imam gereja. Banyak orang yang mengantri untuk menerima berkat. Aku memutuskan untuk ikut mengantri, Eris dan Reon mengikuti di belakang.

Tidak ada yang berkata lagi diantara kami, hingga tiba giliranku. Imam gereja menatapku dengan pandangan menilai, sebelum membuka mulutnya.

"semoga dewa-dewi cahaya memberkatimu, nona"

Azure I (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang