Bab 3

14K 1.8K 17
                                    

Barisan para pelayan berjajar memenuhi lorong menuju pintu utama Mansion, tampak beberapa raut wajah yang terlihat, datar, takut, dan gugup. Aku berdiri di hadapan mereka meneliti setiap inci pelayan-pelayan itu.

Berjalan perlahan, aku berhadapan dengan seorang pelayan yang usianya sepantaran denganku, tampak ekspresi gugup dan takut, seperti yang kuharapkan.

"kau, siapa namamu?"

"iya, s-saya?" pelayan itu bertanya kembali.

"tentu saja pelayan muda di depanku ini, siapa namamu?"

"nama saya Eris nona"

"maaf nona, dia pelayan baru, jika anda berkenan saya akan mecarikan seseorang yang lebih mampu" Seorang pelayan senior menginterupsi ucapanku.

"tidak apa-apa, Eris terlihat sebaya denganku. Aku ingin punya teman bicara saat perjalananku, aku bisa mengurus diriku sendiri, kau hanya perlu menemaniku saja, apa kau mau Eris?"

Eris tertegun, tidak menyangka nona muda di depannya akan bersikap ramah pada pelayan rendah sepertinya. Gadis itu meremas ujung pakaiannya, setelah beberapa saat akhirnya ia mengangguk.

"s-saya mau nona"

Aku menggenggam tangan Eris, tersenyum senang "syukurlah kau mau, kalau begitu sebaiknya kita segera pergi"

Beberapa persiapan telah dilakukan kini kami bersiap untuk pergi. Aku memaksa Reon dan Eris menaiki kereta kuda bersamaku, biasanya seorang ksatria akan duduk di bangku kusir dan juga hanya seorang pelayan formal yang bisa naik kereta kuda bangsawan. Pengecualian kubuat untuk mereka.

Kami saling terdiam, suasana canggung memenuhi kereta kuda yang berjalan. Sebenarnya, aku sedang mencoba membiasakan diri menaiki kereta kuda, disaat seperti ini aku merindukan dunia modern dan segala kepraktisannya. Aku mulai membuka topik pembicaraan.

"Aku ingin mengenal lebih dekat kalian berdua" aku menjeda "misalnya darimana kalian berasal?"

Mereka berdua saling pandang, Reon yang sikapnya sedikit lebih cuek menjawab.

"saya adalah mantan budak dari negri yang runtuh Chreis. Tidak banyak yang bisa saya ingat karena memori saya kabur akibat kontrak budak, Komandan Bastille menyelamatkan saya dari tempat lelang hingga saya menjadi ksatria pasukan serigala perak"

Eris segera melanjutkan, walaupun ada kegugupan di sana.

"kalau saya berasal dari daerah tengah wilayah ini, di sana banyak orang tua dan anak-anak yang kebanyakan bekerja sebagai petani, dulu ibu juga bekerja sebagai petani"

Aku menaikkan salah satu alisku "Dulu?"

Pelayan di depanku ini diam lagi, aku bisa menebak ia masih takut padaku.

Sepertinya aku sedikit berlebihan "tidak masalah jika kau tidak ingin menceritakannya, kau pasti merasa aneh bangsawan sepertiku menanyakan hal seperti ini" aku harus sedikit mengulur tali yang kujerat padanya.

"ti-tdak sama sekali nona, saya merasa tersanjung nona ingin mengetahui tentang saya. Sebenarnya ibu saya sedang sakit, ayah saya pergi tanpa pernah kembali meninggalkan saya dan dua adik saya, jadi saya bekerja sebagai ma-"

"no-nona!?" Eris kelihatan panik saat aku menteskan air mata begitu pula Reon tangannya tanpa sadar berusaha menggapaiku.

"ah, maaf aku jadi menangis, setelah mendengar cerita kalian aku jadi meneteskan air mata, aku jadi cengeng ya?"

"nona tidak perlu sampai menangis demi saya" ucap Eris bersungguh sungguh dan terdengar tulus.

Aku menggelengkan kepalaku "tidak, aku turut sedih untuk keluargamu dan juga Reon. Jadi, ayo kita beli hadiah untuk keluargamu dan untuk pasukan serigala perak"

Azure I (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang