Side Story : Rubeus Angius (part III)

476 75 1
                                    

Allendis selalu berpikir bahwa ia akan hidup dalam bayang-bayang seumur hidupnya. Tinggal di istana terbengkalai, sendirian tanpa siapapun yang memihak padanya. Ia menerima takdir itu, sebagai seorang monster yang ditakuti orang-orang.

Namun, ia tidak lagi yakin sanggup untuk melakukan itu. Anak laki-laki itu mulai terbiasa dengan kegiatan barunya.

Setiap tiga kali seminggu, Allendis akan menerima sebuah surat di dekat jendela kamarnya. Tidak banyak yang tertulis disana, hanya sebaris kalimat.

Di tempat biasa, pukul 10.00.
-Kakek

Itu adalah pesan pertemuan mereka, Allendis akan memakai kacamata dan bergegas menuju gerbang belakang yang telah menua dan berkarat.

"kau datang lebih cepat, tidak sabar bertemu denganku?"

Vincent muncul dari balik pohon megejutkan Allendis, anak laki-laki itu tidak menjawab pertanyaan kakeknya. Hingga pria tua itu kembali berbicara.

"aku punya seseorang yang ingin kuperkenalkan padamu."

"siapa?"

Pria itu tersenyum misterius "kau akan segera tahu."

Tempat yang mereka tuju adalah lapangan latihan biasa bagi pasukan ksatria macan hitam. Para ksatria menyapa komandan yang datang, tak lupa dengan kehadiran Allendis. 

"Selamat pagi Komandan dan tuan muda."

Allendis tersenyum "selamat pagi."

"apa bocah yang kemarin datang kemari hari ini?" tanya Vincent.

 Redius, ksatria senior di pasukan macan hitam menjawab "dia sedang berada di barak mengambil peralatan."

Beberapa saat kemudian para ksatria kain muncul dari barak, namun ada sosok mungil diantara mereka.

"hei Fred! kemarilah sebentar." Vincent melambai pada anak bersurai hijau itu yang memasang ekspresi masam saat berjalan mendekat.

"ada apa komandan? jangan bilang anda mau menyuruh saya mengangkat beban lagi? atau berburu? atau meninggalkan saya di tengah hutan terlarang ibukota?" anak laki-laki bernama Fred itu menunjukkan protes tanpa henti.

Allendis sedikit terkejut, anak laki-laki yang tingginya tak jauh berbeda dengannya dengan berani berbicara pada Duke Ravenell. 

"dasar bocah tak tahu diri, itu adalah latihan untukmu dan kau menganggapku sebagai orang jahat?" Vincent merespon dengan memiting tangan Fred, tidak cukup kuat untuk bisa merasakan sakit hanya mengunci pergerakan.

"ugh sial, lepaskan aku!" 

Grit

"ugh."

Fred yang tidak bisa melepaskan diri pada akhirnya melakukan serangan radikal dengan menggigit lengan Komandan pasukan ksatria macan hitam.

Redius langsung menyela dan mengamankan bocah itu "Fred! apa yang kau lakukan!?"

"hentikan Redius, dia hanya melakukan pertahanan diri. Aku yang memulai duluan." Vincent memberi penjelasan pada ksatrianya sebelum beralih kembali pada anak laki-laki itu "kau sudah semakin kuat, itu hal yang bagus. Ah, ngomong-ngomong aku membawa seseorang."

Duke Ravenell melihat pada anak kecil yang sejak tadi terdiam.

"dia adalah cucuku, Allendis. Kalian hanya berbeda 3 tahun jadi bertemanlah yang akrab."

Netra hijau Fred melihat ke arah Allendis, mereka saling bertatapan cukup lama.

"kenapa dia memakai kacamata jelek seperti itu?" komentar Fred.

Azure I (END)Where stories live. Discover now