Prolog

38.9K 2.3K 71
                                    

Menghela napas, hanya itu yang bisa kulakukan selama hampir setengah jam. Kelas bahasa prancis dibatalkan, aku sempat melonjak senang mendengar hal itu tapi seketika itu juga perasaanku berubah menjadi kekesalan. Bagaimana tidak? mengetahui kelas dibatalkan, ibu dengan spontan menyuruhku pergi ke kelas sejarah. Aku bahkan tidak punya kesempatan membantah perintahnya.

Disinilah aku, bergelut dengan kemacetan kota yang menguji kesabaran. Cuaca sedang terik, udara terasa panas serta klakson seenaknya dari kendaraan lain menambah alasan moodku semakin buruk.

"Kayaknya kita bakal terlambat nona" Pak Andre, supir keluarga kami hanya bisa pasrah memajukan mobil perlahan.

Peduli setan dengan terlambat, tidakkah keadaanku lebih mengenaskan daripada jalanan padat merayap ini?

"saya kasih tau nyonya dulu kalo kena macet"

Seakan tidak peka, Pak Andre mengeluarkan ponsel, tangannya bergerak lincah di layar sambil tetap fokus menyetir. Aku menyerah, orang tua ini salah satu tangan ibu untuk mengendalikanku, memastikan aku melakukan semua hal yang ia inginkan.

Aku mengambil sebuah novel dari dalam tasku, satu-satunya novel yang pernah kubaca karena ibu melarangku memiliki novel, itu bacaan tidak berguna, sastra konyol yang bahkan tidak berdasar fakta dan ilmu eksak, hanya membuang waktu begitu katanya.

Berkat alasan mempelajari struktur sastra dalam sebuah karya untuk pemahaman mendalam pemikiran, aku berhasil meminjam novel ini dari salah satu pembantu di rumah. Buku ini hanya memiliki 300 halaman, ceritanya cukup klise menurutku. Berlatar ala kerajaan barat, Arabella Clenton seorang gadis dari kalangan biasa yang ternyata ayahnya adalah seorang bangsawan tingkat rendah. Saat pesta perayaan kedewasaan bertemu dengan tokoh utama laki-laki Richard Keittenberg yang merupakan putra kedua duke Keittenberg. Pada akhirnya, mereka jatuh cinta, tapi perbedaan status sosial menghalangi mereka ditambah konflik politik kerajaan. Setelah berbagai pertentangan, mereka berhasil bersatu.

Kisah cinta mereka tidak terlalu menarik, aku lebih suka tokoh-tokoh sampingan yang saling memperebutkan kekuasaan. Richard boleh saja punya wajah tampan dan lembut, tapi Duke muda Allendis Ravenell yang misterius selalu menarik perhatianku. Dan juga, Aku sedikit menyayangkan kematian tokoh Alicia, sampai diakhir hayatnya dia tak mengetahui siapa pembunuh ayahnya.

Aku sudah membacanya tiga kali, tapi sayang rasanya jika mengembalikan buku yang mati matian kudapatkan terlalu cepat. Aku akan membacanya sekali lagi sebelum mengembalikannya.

"nona..nona.."

"nona"

"Hah, iya apa Pak?" aku terlalu terhanyut dalam bacaanku sampai tak mendengar panggilan Pak Andre.

"nyonya bilang harus secepatnya antar nona ke tempat guru nona. Jadi saya sekarang mau ngebut"

"hmm, iya Pak"

************

Aku membuka mataku, reflek tubuhku membuatku langsung terduduk. Napasku masih memburu, apakah aku selamat? bahkan aku tidak berhasil keluar dari mobil sebelum terjadi ledakan susulan. Aku memeluk tubuhku, masih merinding mengingat kecelakaan yang sudah berlalu, Pak Andre mengebut dan dari arah berlawanan sebuah truk menabrak kami, aku sudah tidak bisa merasakan tubuhku setelah itu, saat itu aku sudah pasrah dengan apapun yang akan terjadi. Tunggu dulu, sejak kapan aku punya kulit sehalus ini, apa pengobatanku membuatku punya kulit sehalus ini?

Aku baru menyadari ruangan tempat aku berbaring memliki desain yang cukup aneh, kasur besar mewah dengan motif kuno, perabotan seperti kursi, meja, dan tempat rias berukiran dari kayu mahal. Mungkin saja memang ada rumah sakit yang punya ruangan berdesain seperti ini. Menghela napas, aku menyisir rambutku yang berwarna putih, warna putih? aku segera berjalan ke meja rias di sudut kamar dan berkaca.

Azure I (END)Where stories live. Discover now