Bab 88 (Revisi)

1.9K 219 41
                                    


"angkat kepalamu, kalau kau merasa bersalah jadilah lebih kuat." -Felix.

*************

Meskipun hutan terlarang selalu tertutupi kabut yang bisa membatasi jarak pandang namun pemandangan yang Reon lihat saat itu lebih jelas daripada apapun seumur hidupnya. Ia seolah terlempar dalam ilusi, semua terasa seperti tidak nyata. 

Hingga ia meneriakkan suaranya dengan lantang.

"KOMANDAN!"

Reon tidak bisa merasakan apapun di sekitarnya, telinganya berdenging dan matanya hanya tertuju pada satu arah.

Pada komandannya.

Pada orang yang telah menyelamatkannya dari neraka.

Memberinya harapan, tujuan, dan cita.

Komandannya berada 20 meter darinya, namun tangannya tampak sangat jauh menggapainya. Ia berada di sana, menggenggam pedang lebar dengan kedua tangannya yang hangat menusuk monster serigala putih tepat di jantungnya. Makhluk itu tidak akan bertahan lama sebelum kembali ke bentuk asalnya.

Begitupula Bastille.

Cakar panjang milik monster serigala itu menancap di perutnya, membuat sebuah lubang besar. Di belakangnya ada Dio, ksatria yang baru pertama kali mengikuti ekspedisi. Ia diam membeku melihat komandannya berdiri di depan menghalau serangan monster darinya.

Ksatria yang lain tidak menyadari tumbangnya komandan mereka, masih terfokus pada monster-monster yang berukuran lebih kecil sebelum akhirnya para makhluk itu kabur karena pemimpin mereka telah mati. Begitupula duo kembar yang telah tumbang oleh pasukan serigala perak.

Bastille jatuh, namun Dio berhasil memeganginya. Reon sampai disana, ksatria pemula itu menyerahkan tubuh Bastille pada seniornya.

"ughuk..." 

Darah segar keluar dari mulut Bastille, ia mencoba menahannya agar membuat keadaannya terlihat tidak semakin buruk namun gagal.

"haha, sepertinya aku tidak bisa mengembalikan kotak bekal Emily nanti." Bastille tertawa kecil.

Reon terdiam, namun matanya tampak berkaca-kaca, bibirnya berdarah karena digigit terlalu keras. Sebelum ia menarik napas beberapa kali mencoba menenangkan diri.

"aku pasti bisa menyelamatkan komandan."

Tangannya menjulur, mengalirkan kekuatan berkatnya pada Bastille.

"hentikan..." Bastille berbicara lirih, tangannya memegangi jari Reon "aku sudah tidak bisa diselamatkan."

Air mata akhirnya pecah, Reon tidak bisa membendungnya lebih lama. Sebuah tangan menepuk puncak kepalanya.

"menangislah untuk hari ini, tapi jangan menangis di depan makamku."

"hiks...hiks..."

Setelah beberapa saat Bastille kembali berbicara "Reon...bisa kau dengarkan aku untuk terakhir kali?"

Ksatria bersurai coklat itu terhenyak, menggelengkan kepalanya.

"aku tidak mau..."

"ha..." kini komandan pasukan serigala perak itu menatap ke atas "bagaimana dengan anda nona? apa anda bersedia mendengarnya?"

Alicia segera menyusul Reon setelah mengamankan Zora. Ia berdiri di belakang, memasang wajah rumit dan terdiam tidak bergerak. Gadis itu lalu mengangguk.

"Emily... gadis seumur nona, dia memiliki bakat menjadi ksatria. Aku berniat menjadikannya penerusku karena Reon menolaknya. Bisakah kalian melatihnya? tidak masalah jika hanya sebentar, dia pasti bisa mengembangkannya sendiri."

Azure I (END)Where stories live. Discover now