Bab 12

9.2K 1.2K 16
                                    

"orang yang mempertaruhkan segalanya akan selalu memiliki celah untuk meraih kemenangan" -Alicia (Azure Bab 12)

*********************

Cahaya bulan menelisik masuk melalui celah ventilasi di ruangan itu, cahaya lampu berpendar menerangi salah satu sisi. Di depan meja rias Alicia duduk, ia mengikuti instruksi dari Hilda dan seorang wanita dari rumah bordil dengan patuh.

"nona, tolong pejamkan mata anda"

"nona, tolong jangan banyak bergerak, agar saya mudah menata rambut anda"

Alicia memejamkan mata tanpa protes, ia merasakan kelopak matanya dipulas kuas. Wanita lain tampak merapikan rambut palsu yang tengah dikenakan Alicia, ia menggulung, dan menata sedemikian rupa agar terlihat apik. Setelah beberapa saat yang membosankan, mereka mempersilahkan Alicia untuk berdiri.

"ya ampun, tidakkah nona terlihat sangat cantik? Jika nona bekerja di tempat saya, pasti nona akan langsung menarik perhatian semua pria disini" komentar Madam Red.

Ia seorang wanita paruh baya bersurai semerah darah, iris matanya coklat gelap. Walaupun sudah berumur, terlihat jelas ia masih memiliki kecantikan di dirinya. Manajer Rumah bordil 'Scarlet Bloom' yang dikelola Carlos.

"tidak akan pernah!" itu bukan Alicia, melainkan Hilda. Tatapannya sengit ke arah Madam Red, ia tidak terima nona yang dilayaninya direndahkan sebagai wanita penghibur.

"oh ayolah, jangan terlalu kaku, jaman sekarang bahkan seorang bangsawan pun ada yang bekerja sebagai kupu-kupu malam, kau tahu?"

"kau! bisa-bisanya menyamakan nona dengan wanita rendahan?!"

"sudahlah Hilda, Madam Red hanya bercanda, mengerti? dan Madam Red, saya berharap anda berhenti menggoda pelayan saya"

Madam Red terkekeh "baiklah, baiklah aku mengerti. Tampaknya nona Eleven bahkan lebih dewasa daripada pelayan tua yang melayaninya ya"

Sebelum Hilda hendak membalas ucapan Madam Red seseorang mengetuk pintu. Hilda segera membuka pintu saat tahu itu suara Carlos. Pedagang ulung itu masuk, dan pandangannya jatuh ke arah Eleven.

"woah, Eleven, aku tahu kau adalah wanita yang cantik, tapi melihatmu sekarang, benar-benar terasa berbeda"

"aku anggap itu sebagai pujian, terimakasih pada Madam Red dan Hilda yang telah mendandaniku"

Madam Red melenggang keluar, ia sempat menepuk pundak Eleven "tidak masalah, sayang. Penawaranku masih berlaku kapanpun untukmu, nona Eleven"

Hilda menggeram kesal, sepertinya hubungan mereka tidak akan akur sampai kapanpun.

"Nah, Eleven apa kau sudah siap?"

"kapanpun kau siap, Bos"

Jalan Rakasha, salah satu dari empat jalan utama kota Osbolt. Terletak di sisi barat ibukota, berdekatan dengan hutan terlarang. Meskipun bersebelahan dengan tempat yang ditakuti orang-orang, jalan ini jauh dari kata menyeramkan.

Hotel-hotel mewah, restoran bintang lima, hingga toko pakaian kelas atas berjejer rapi di sepanjang jalan. Bebatuan berharga tinggi, kristal sebagai lampu penerangan di jalanan ini terasa remeh. Hanya orang-orang tertentu yang bisa memasuki bangunan-bangunan serba megah ini, kecuali satu tempat di ujung jalan Rakasha.

"kita sudah sampai Eleven, jangan lupa kenakan topengmu"

Carlos turun dari kereta kuda terlebih dulu, sebagai formalitas ia mengulurkan tangannya. Eleven menerimanya dan ikut turun dari kereta.

"terimakasih, Bos"

Mereka berjalan beriringan, cukup dekat hingga kulit mereka saling bersentuhan. Eleven mengedarkan pandangannya, banyak orang berlalu lalang. Pria bersetelan jas karya desainer ternama, lelaki tua dengan pakaian yang sudah ketinggalan jaman, dan masih banyak lagi.

Azure I (END)Where stories live. Discover now