17. No Turning Back.

92 8 0
                                    

"Jangan lihat arah kota,"

"Apa maksudnya, pak?" Ichsan belum faham. Perasaannya tidak enak.

"Lihat apa di hadapanmu," perintah Pak Aris sekali lagi.

"Kuburan?" Ichsan menjawab, bingung.

"Tidak semestinya jawabanmu demikian," kata Pak Aris persis tadi sore. "Kau detektif, tapi kenapa masih merasa bingung, masih merasa ragu?"

Ichsan angkat bahu, tidak tahu.

"Sudahkah kau siap menghadapi alam di bawah sana?" tanya Pak Aris.

Ichsan gelengkan kepala. Ingatannya belum juga pulih, kasusnya belum juga selesai. Serikat Jaringan belum dibereskan.

Sret!

Suara sekelebatan kain menandakan Pak Aris bergerak sangat cepat. Setelah itu, Ichsan mendengar suara Pak Aris tepat dari atas kepalanya.

"Ada kalanya kau dipaksa menjawab ya, detektif," Pak Aris melompat turun dari atas. Entah dari dahan pohon, tiang listrik, atau kabel listrik, Ichsan tidak bisa mengira-ngira. Tapi ketika Pak Aris mendarat mulus tepat di hadapan Ichsan, tangan kanannya telah menghunus sebilah belati. Bilahnya berkilau putih di kegelapan malam, memantulkan sinar rembulan.

Refleks Ichsan memasang kuda-kuda dasar silat, masih dengan bekal jurus yang sama dan seadanya. Pukulan depan, tendangan sabit, tangkisan, dan elakan wajib. Sorot mata Ichsan siaga mengawasi orang yang mendadak berubah menjadi lawannya.

"Sekarang kebenaran jawabanmu tadi akan dibuktikan. Malam selarut ini, puncak Bukit Cikutra jauh dari tanda kehidupan selain kita. Setetes darah menyentuh bumi, satu orang nyawa melayang, takkan satupun warga mengetahui," ujar Pak Aris tanpa mengubah posisi berdirinya sejak barusan mendarat. "Mulai sekarang, sejauh apapun kau pergi, hanya langit Bandung yang bisa menaungi. Kuasa di matamu tiada gunanya karena oleh penduduk Bandung dibenci,"

Sedetik lengang, sekelebat kain melesat bersama desing logam. Ichsan membaca garis putih kemilau bilah belati.

Sying!

Ichsan mengelak.

Sying!

Ichsan menangkis.

Sying!

Ichsan menahan serangan Pak Aris dengan dua tangan, ujung belati mengarah pada tengkuknya. Detektif SMA itu tidak bisa mundur lagi, pijakannya sudah berada di pinggir lereng curam Bukit Cikutra.

No turning back.

Detektif Ichsan 6 : Detective's Hometown.Where stories live. Discover now