98. Bukan Sembarang.

74 6 0
                                    

"Jam segini baru terjual 5 bungkus?" Ichsan melihat jam di hp nya. "Dengan pendapatan per satuan waktu yang sama, sampai sore nanti hanya bisa bawa balik 15 ribu,"

Sekali ini Ichsan baru tahu susahnya jadi pedagang asongan, ditambah lagi pesan ayah Fira kemarin soal pengacau harga pasar. Jangan dijual grosiran.

Saat ini Ichsan cari aman dulu, bayar iuran ke preman setempat - Rav. Sepuluh ribu, rapel sama kemarin. Berarti, Ichsan defisit lima ribu. Nasib, nasib.

"Rozak gimana kabar?" tanya Ichsan basa-basi. "Lama tak nampak,"

"Tugas di Cicadas," jawab Rav, datar.

Dari segi pendapatan, menurut Ichsan, mending jadi sopir angkutan. Tapi urusan mencari petunjuk dari orang sekitar hanya bisa dilakukan pengasong.

Sedikit peruntungan, Ichsan menawarkan jualannya pada sopir angkot yang sedang ngetem. Rupiah mulai terkumpul.

16.30 waktu Cicaheum.

"Sisa empat," Ichsan menghitung isi karung sembari duduk di bangku pinggir jalan. "Lumayan, sebelas ribu bisa makan malam,"

Padahal nasi Padang juga paling dapat setengah porsi.

"Beli mas," kata seseorang yang berdiri di belakang Ichsan.

"Berapa?" Ichsan menghadap orang itu, yang ternyata perempuan.

Tidak biasanya Ichsan bertanya begitu. Setiap orang yang beli langsung diberi sebungkus, Rupiah berpindah tangan.

"Empat," jawab perempuan itu.

Insting pengusaha yang belum lama terpasang di kepala Ichsan langsung bekerja, bab pengacau harga pasaran.

"Untuk dimakan sendiri atau dijual lagi?"

"Memangnya kenapa kalau dijual lagi ke sentra oleh-oleh?"

Dari tanya balik ini, Ichsan tahu perempuan di hadapannya punya pemahaman pasar yang tidak sedikit.

Ichsan tidak perlu menjelaskan, kan?

Maka Ichsan tidak menjawab.

Lembar Rupiah warna hijau tidak kunjung berpindah tangan.

"Buru," desak perempuan usia pertengahan kepala 2 itu. Rupiah pun berpindah tangan.

Ichsan mengosongkan karung lalu menghitung ulang labanya, Rp.15.000.

Perempuan itu tidak segera makan, tapi duduk di sebelah Ichsan.

Tentu saja! Duduk dulu, baru makan!

Satu bungkus habis.

Kata perempuan itu, "Kau bukan sembarang pedagang, anak muda,"

Detektif Ichsan 6 : Detective's Hometown.Where stories live. Discover now