125. Jangan Sebut.

65 5 0
                                    

"Kalau sudah saatnya semua orang akan tahu," kata Ichsan.

Savage!

"Masa?" Jufri tidak percaya.

"Dunia preman sudah banyak berubah sejak perang besar," Ichsan mengingatkan. "Monopoli Keluarga Komaru tinggal masa lalu. Sekarang, di sekeliling mereka banyak pengusaha lain yang bersedia mengulurkan tangan membentuk perserikatan,"

"Lagi, kau jadi pemain sejarah, Detektif Ichsan," kata Jufri. "Lihat saja nanti, bagus tidak hasil akhirnya kau yang tanggung jawab, oke?"

"Aku siap dengan segala resiko," Ichsan menyerang tower utama lawan dengan hero marksman jarak jauh mengikut saran dari Sidin.

Victory!

"Dari tadi kau mulu yang MVP!" Jufri tidak terima hasil akhir permainan. "Kali-kali yang lain napa?"

"Mau tukeran hp? Hayu," Ichsan memberi penawaran. "Tapi pangkat mythic ku jangan sampe turun,"

"Yaudah," Jufri tidak keberatan.

Permainan baru dimulai.

Smash them!

"Hei semuanya," sapa bekas pimpinan hulu kubu preman baru.

Raven Chaser.

"Ada apa?" Bowo yang tengah asyik membuat desain sablon baru mendongak.

"Tahu kenapa saya balik mendadak?" Rav yang tahu di warung kopi ada Ichsan sudah menyangka, detektif itu sekalipun tidak bisa jawab, angkat bahu.

"Woy! Yang lagi nge push AFK dulu woy!" sahut Rav, tandanya ini masalah penting.

Lebih penting daripada pangkat mythic melayang. Atau tergeser dari top global.

"Paan Rav?" Ichsan AFK.

"Beritahu aku kalau ada perempuan yang berkeras ingin bergabung dengan preman," kata Rav perlahan, nadanya dingin. "Apalagi kalau namanya-"

"Aku sudah tahu, Rav," tukas Ichsan. "Ada rencana lain terkait kepolisian?"

Semua preman tercengang. Detektif muda itu lumayan juga nyalinya di samping berotak encer. Terlebih Ichsan bisa menebak jalan pikiran Rav.

Rav menghela nafas. "Dua hal penting terkait kepolisian. Satu, usahakan lindungi bocah intel detektif ini. Dia aset berharga, jangan sampai jatuh ke tangan yang salah. Dua, aku ada urusan dengan kepolisian ibu kota mencari seseorang yang hilang,"

"Siapa tepatnya?" Jufri penasaran.

"Jangan sebut," larang Ichsan. "Cukup tahu, dulu dia bagian dari kita,"

Detektif Ichsan 6 : Detective's Hometown.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang