65. Edisi Spesial.

88 7 0
                                    

Tergesa Ichsan duduk di bangku meja belajar, menyambar pena dan buku tulis. Sebelum bayang-bayang mimpinya pudar, Ichsan segera mencatat semuanya.

Tambahan : lagu bait pertama suara ayah. Bait kedua suara ibu. Bait ketiga suara anak.

"Apa maksudnya ini?" Ichsan bertanya tidak pada siapapun. "Sebuah petunjuk?"

Kami keluarga kecil yang hidup di perbatasan kota yang dikelilingi gunung. Kami hidup bahagia sampai suatu masa kota kami dilahap api. Ayahku tentara, ibuku petani, bersama mencoba bertahan.

"Perbatasan kota yang dikelilingi gunung," Ichsan mencirikan petunjuk utama.

Cisara.

Sadang Jayamukti.

"Meskipun demikian, petunjuk ini masih meragukan," kata Ichsan. "Kota kami dilahap api, benarkah itu peristiwa Bandung Lautan Api?"

Latar waktunya memang selisih jauh. 1946 dengan 1999 selisihnya 53 tahun.

Latar belakang keluarga bisa jadi benar, bisa jadi tidak. Tidak bisa dipastikan.

Ichsan melirik jam dinding. 5.30.

Ichsan berangkat ke markas utama preman lama, membawa gulungan karton yang diinginkan Rav.

Cicadas, 7.00.

Enam orang juga di ujung gang sempit, termasuk Ichsan. Rav pimpinan hulu, Rozak tangan kanan. Membawahi Subang, Udik, dan Kujang. Rapat bisa dipastikan berjalan lancar kalau saja tidak datang orang ketiga.

Siapapun itu yang jelas bukan polisi.

"Terusan Pasir Koja, bagaimana kabar?" Rav menagih laporan.

"Aman terkendali," jawab Subang.

"Terusan Buah Batu?"

"Aman terkendali," (Udik)

"Raya Cibiru-Ujungberung?"

"Aman terkendali," (Kujang)

"Bagus kalau begitu," lanjut Rozak. "Poros utama, Simpang Lima dan Lingkar Selatan, juga aman terkendali,"

"Ada masalah seputar iuran dari pedagang dan pengguna jalan?" tanya Rozak.

Subang, Udik, dan Kujang geleng kepala.

"Meskipun iuran terus mengalir," kata Rav. "Jika masih ada suara tidak puas terhadap preman lama, artinya masih ada masalah. Sekali lagi, ada masalah?"

Subang, Udik, dan Kujang menjawab bersamaan. "Sedikit,"

"Itu wajar," sela Ichsan. "Suara semua orang tidak mungkin sama,"

Semua anggota preman baru mengangguk setuju, tapi Ichsan belum tahu seberapa berat tugasnya hari ini.

Pintu diketuk.

"Pikiran Rakyat! Edisi spesial!"

Detektif Ichsan 6 : Detective's Hometown.Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz