19. Mana Pak Aris?

96 6 0
                                    

"Sekalipun Pak Aris berkata demikian, itu takkan menyurutkan tujuan saya mencari petunjuk," kata Detektif Ichsan. "Saya yakin, masih ada petunjuk lain yang diketahui Pak Aris. Petunjuk yang hanya bisa ditemukan di sini dan saat ini, dan mungkin berkaitan dengan ingatan saya yang hilang,"

Menanggapi kesungguhan Detektif Ichsan, akhirnya Pak Aris berkata, "Semuanya benar, anak muda. Sekarang balikkan badanmu. Menghadaplah ke arah kota. Tundukkan pandanganmu, mampukah kau menahannya agar tidak menengadah?"

Menuruti perintah Pak Aris, Detektif Ichsan balik badan menghadap Kota Bandung di malam hari.

"Kau harus siap dengan konsekuensinya," Pak Aris mundur menjauh dalam gelap.

Seketika itu ribuan lampu kota menyinari wajah Detektif Ichsan, menghunjam lurus ke lensa matanya. Lebih silau daripada percik bunga api tukang las, sehingga Ichsan menengadahkan pandangannya ke langit karena rasa sakit pada matanya.

"Argh!"

Gelap. Lama Ichsan tidak bisa melihat sesuatu pun. Perlahan, satu persatu bintang mulai bersinar. Berkedip, bertaburan di langit malam Kota Bandung.

Yang membuat heran Detektif Ichsan, sinar bintang-bintang itu seolah tidak memudar karena polusi cahaya kota yang dikelilingi gunung itu. Sebaliknya, justru kian terang.

"Argh!"

Sekali lagi rasa sakit menguasai mata Ichsan, tidak berkurang meskipun ia menutup matanya. Sekali lagi, semuanya gelap. Ichsan bisa merasakan badannya terhuyung bergoyang, lebih keras daripada ketika melewati portal dimensi.

Apakah Ichsan memasuki suatu portal? Tidak. Dengan sorotan cahaya yang begitu terang, tidak mungkin detektif SMA itu menggunakan kuasa portal.

Dalam kegelapan itu, seiring rasa sakit yang dialaminya berkurang, Detektif Ichsan mendengar suara nyanyian.

Tidak salah lagi, suara miliknya sendiri.

"Sekarang giliranmu, detektif," di Kabupaten Tangerang, Ali Rasidin menulis cepat.

Di hati yang ragu kucoba untuk percaya.

Kenyataan ini bahwa aku terperdaya.

Terjebak ruang waktu dan cahaya.

Tanpa tahu jalan keluarnya.

Ichsan terbangun dengan badan terlentang memandang langit. Kota Bandung bercahaya dengan lampunya seperti biasa, tapi Ichsan menyadari sesuatu.

Pak Aris dan motornya tidak ada.

Detektif Ichsan 6 : Detective's Hometown.Where stories live. Discover now