69. Harapan Sudah Sirna.

80 4 0
                                    

Semuanya berlangsung cepat. Subang meringkus tukang cilok, Jajang menelefon polisi. Otak copet ditangkap sementara Ichsan menjalankan tugas seperti tidak terjadi apa-apa. Kereta melintas tepat jam dua siang sesuai kata Reiko.

Udik mengembalikan hp Ichsan. "Cerdas juga siasat kau,"

"Rav yang menyusun," Ichsan merendah.

"Mencoba menaikkan reputasi, ya?" Rav menerka maksud tersembunyi Detektif Ichsan. "Bekerja dengan cara preman lama di preman baru. Jangan bilang berita di koran pagi itu kau bekerja dengan cara preman baru di preman lama,"

Ichsan mengangguk sekali. "Tidak ada yang disembunyikan, Rav. Tujuanku sebenarnya tetap sama, mengakhiri perang dingin. Tapi komplotan copet harus disingkirkan supaya situasi setelah perang dingin stabil,"

"Ini bocah berbobot juga omongannya," Udik berkomentar.

"Jadi besok siapa yang pergi mengawal?" Subang bertanya.

"Tak usah banyak tanya Bang, biar Rav yang memutuskan," Jajang menegur Subang.

"Saya," Rav memerintahkan anak buahnya agar bertugas seperti biasanya. "Ichsan, tugasmu sudah selesai hari ini. Kau boleh pulang kalau mau. Penyelidikan bisa diteruskan tanpa gulungan karton, kan?"

"Isi gulungan karton itu sudah ada dalam catatan saya," Ichsan meraih stang sepeda. "Beritahu aku jika ada perkembangan di dunia preman Kota Bandung!"

Yang pertama dicari Detektif Ichsan jelaslah nasi Padang, rumah makan Padang terdekat dengan Stasiun Kiaracondong. Mengingat letaknya yang strategis, harganya juga strategis. "Seporsi Rp 20.000,"

"Setengah porsi saja," duit Ichsan hanya ada sepuluh ribu Rupiah.

Padahal Ichsan terlambat makan siang, sekarang pukul tiga sore.

Selepas makan siang - makan sore tepatnya - bisa ditebak Ichsan hendak menemui Reiko. Penjaga loket itu tinggal menyuruh asistennya ganti jaga supaya bisa bicara dengan Ichsan.

"Ada perkembangan?" tanya Reiko.

Ichsan mengangguk sekali lalu menggeleng. "Perang dingin preman lama-preman baru akan berakhir besok pagi. Tapi, meskipun gulungan katon itu sudah ada di tangan Rav, sikap pimpinan hulu preman baru itu tidak berubah,"

"Sudah kusangka,"Reiko tersenyum simpul. "Kuncinya ada padaku. Hanya saja, harapan sudah sirna,"

Detektif Ichsan 6 : Detective's Hometown.Where stories live. Discover now