78. Baru Saja Dimulai.

80 5 0
                                    

"Secepat ini kau bilang tahu saat yang tepat untuk membuka rahasia?" Jufri tidak yakin.

"Keputusanku, tidak pernah meleset, kan?" Rav bertanya, retoris.

"Benar juga," otak Jufri baru nyambung. "Jadi adikmu itu, siapapun itu, adalah cermin daripada Fira anak pengusaha kicimpring alias tangan kanan pertama,"

"Paham?" tegas Rav. "Tidak terbayangkan bagaimana beratnya tugas tangan kanan pertama itu menghadapi perang besar. Apalagi ayahku yang masih berada di barisan menengah bawah,"

"Kau tahu bagaimana cara tangan kanan pertama menghadapi perang besar?" giliran Jufri bercerita. "Mengeluarkan orang-orang terdekatnya dari dunia preman dengan mencari penghidupan baru. Aku, diarahkan jadi pengusaha sepatu. Bowo, pengusaha sablon. Jon salah satu bawahanku disuruh kembali ke pekerjaannya semula, sekuriti,"

"Nyatanya dia masih betah di dunia preman," komentar Rav.

Jufri tertawa hambar. "Memang tidak semua orang mau keluar dari dunia preman yang sifatnya abu-abu ini. Tapi yang terpenting adalah bagaimana kau mengambil pesan moralnya,"

"Tidak ada keuntungan dari perang. Menang jadi abu kalah jadi arang," Rav bermain pribahasa. "Termasuk perang dingin yang sekarang mendekati puncaknya sebelum pecah perang terbuka, di mana kudengar preman lama ingin menguasai tempat baru, yaitu stasiun,"

"Meskipun itu hanya siasat ecek-ecek preman lama," kata Jufri. "Peta terakhir perang dingin sudah jelas. Pecahnya perang terbuka ditandai dengan perebutan dua kubu untuk menguasai dunia transportasi darat dengan tingkatan tertinggi,"

"Rel kereta api," timpal Rav, pasti.

"Jika perang dingin dibiarkan berlarut-larut," lanjut Jufri. "Sejarah gelap itu akan terulang lagi,"

"Aku tidak ingin itu terjadi" Rav membuka titik terang. "Perang dingin mesti diakhiri,"

"Kehadiran Detektif Ichsan pertandanya," ujar Jufri. "Dua kubu harus bekerja sama,"

"Di lingkup kerja masing-masing," Rav dan Jufri mengambil hp bersamaan, mengontak anak buah masing-masing.

"Tugas hari ini pulang cepat, ada rapat di bawah Jembatan Layang Pasupati!"

Detektif Ichsan menurunkan teropong, mengucek-ucek matanya yang berair.

"Penyelidikan sebenarnya baru saja dimulai," katanya.

Detektif Ichsan 6 : Detective's Hometown.Where stories live. Discover now