101. Sekali Lagi. Deg!

70 6 0
                                    

Deg!

"Kau ngelamun, detektif?" tegur Rei.

"Woy," lamunan Ichsan buyar. "Lanjut, Rei,"

Sejak saat itu ingatanku tentang kakakku Rian berangsur hilang, tapi tidak dengan Ran. Ran ingat lebih banyak dari yang tersisa dalam ingatanku.

"Rei, sejujurnya sebelum terhisap pusaran itu Rian pernah bilang begini padaku,"

"Aku pernah bermimpi. Dalam mimpi itu kau ditikam belati dari belakang oleh siluet orang berambut lurus landak. Aku terdiam seolah ada tangan tak kasat menahanku. Sejak saat itu aku tidak bisa merasa tenang, Ran. Baik ada kau didekatku, maupun saat kau jauh,"

Ran beritahu aku, ia berusaha menenangkan Rian. "Percayalah, Rian. Itu hanya mimpi,"

Memang, itu mimpi buruk.

"Sabtu pagi sebelum kejadian itu" Ran berkata padaku. "Rian minta aku ikut dengannya ke puncak Bukit Cikutra nanti malam minggu,"

"Beritahu aku apa yang terjadi malam itu," sebagai seorang adik, penting untuk tahu kabar tentang kakaknya.

Malam itu, Rian memberitahu Ran bahwa ia telah mendapat sebuah kuasa. Kesempatan untuk menumbangkan orang itu, yang dalam mimpinya mencoba untuk membunuh Ran.

Lalu apa yang terjadi terjadilah.

"Sekian," Rei menutup ceritanya.

Lama Ichsan diam. Banyak keping petunjuk yang dia temukan mulai terangkai.

Pertama, Ran.

Itu petunjuk terakhir dari gulungan karton kepengurusan kelas. Tidak salah lagi dia itu orangnya, tapi Ran siapa lengkapnya?

Masih misteri.

Kedua, Rian.

Misteri itu sudah terpecahkan bahkan sebelum ditemukan bahan kimia yang sesuai dengan gulungan karton di tangan Rav? Yang benar saja.

Di suatu tempat sekitaran Cicadas.

"Jak," seseorang memanggil Rozak.

"Rav?" Rozak kenal pemilik suara itu.

"Ini penting," Rav mengajak Rozak masuk markas besar preman baru.

"Paan?" Rozak bertanya setibanya di sana.

"Detektif itu sudah menemukan salah satu petunjukku," kata Rav.

"Bagaimana bisa?" Rozak tidak percaya.

"Padahal itu bukan sembarang petunjuk," lanjut Rav. "Bahkan tidak ada di gulungan karton kepengurusan kelas,"

"Buru jelaskan!" Rozak tidak sabaran.

"Sekretaris satu bocorkan identitas sekretaris dua,"

Sekali lagi.

Deg!

Detektif Ichsan 6 : Detective's Hometown.Where stories live. Discover now