84. Prioritas.

80 6 0
                                    

Ichsan tahu, sekarang sudah tidak ada gunanya bicara dengan Ayu.

"Detektif Akad Ichsan," Ayu memanggil anak berseragam SMA yang akan balik badan itu. "Untuk urusan apa kau selidiki dua orang itu?"

Tahu lah apa yang harus diceritakan Ichsan.

"Aku dan Nurul termasuk murid beladiri silat Pak Aris," tambah Ichsan. "Kau juga kan, Yu?"

Ayu menghela nafas. "Baiklah, sudah semestinya murid seperguruan saling membantu. Jika Nurul menanyakan siapa yang memberinya gulungan itu, setahuku yang membuatnya adalah Rav. Gulungan yang sempat hilang, tapi dia katakan gulungan itu akan kembali ke tangannya,"

"Itu sudah terjadi, Ayu Margahayu," Ichsan merasa teman seperguruannya ketinggalan kabar. "Dengan beberapa petunjuk yang berhasil kupecahkan,"

"Tak semuanya lengkap, kan?" Ayu yakin kemampuan kakaknya menyimpan rahasia masih mumpuni.

"Ya," Ichsan mengaku. "Seorang perempuan bernama Ran,"

Cukup lama Ayu berusaha mengingat, tapi - sekali lagi - gagal. "Sekretaris dua tidak diketahui, kan? Tanyakan sekretaris satu, Rei Komaru. Alamatnya di Cicaheum kalau tidak salah,"

"Ya sudah. Duluan, Yu!" Ichsan bepergian lagi dengan sepeda gunung.

Dengan perut setengah kosong, sepeda pun hanya sampai setengah jalan. Di rumah makan Padang dekat SMA Negeri, Ichsan terpaksa istirahat makan siang. Pukul 2.30.

3.00, jam bubaran sekolah. Pas-pasan sekali Ichsan selesai makan siang - terlambat.

"Nurul?" sapa Ichsan di tengah bubaran sekolah. "Siapa teman kau?"

"Fira," yang punya nama maju selangkah. "Seragam SMA tanpa identitas, tidak salah lagi kau Detektif Ichsan,"

"Ya, ada yang bisa dibantu?" tanya Ichsan.

"Jangan pura-pura tidak tahu, detektif, sekarang kau yang butuh bantuan," tegur Fira. "Kasus dari Nurul saja belum selesai,"

"Jadi-" Nurul mengalah, Fira lebih faham apa yang harus dijelaskan.

"Kau perlu ketemu ayahku," Fira tidak bicara langsung ke intinya. "Ini alamatnya,"

Ichsan menerima secarik kertas dari Fira, sementara Nurul dan temannya yang anak pengusaha kicimpring itu keburu naik angkot Kalapa-Caheum.

"Kacau," Ichsan mengira-ngira apa maksud Fira. "Mesti menyusun prioritas,"

Detektif Ichsan 6 : Detective's Hometown.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang