Semua karena Boba

456 27 8
                                    

June, 2019

Sudut bibir Jeffrey serasa ditarik ke atas membentuk sebuah lengkungan ketika mobil yang Ia kendarai akhirnya memasuki pagar berwarna hitam dan kini tengah melaju menuju lobby sebuah rumah.

Bahkan ketika seseorang kini membuka pintu mobil dan masuk ke dalam kursi penumpang mobilnya, senyumannya itu tak juga luntur. Malah semakin mengembang lengkap dengan dua lubang di pipi lelaki itu.

"Maaf ya, lama pasti nungguin aku" Ucap Jeffrey dengan wajah yang menoleh untuk menatap seorang gadis yang tengah sibuk menggunakan safety belt tanpa menyapanya atau bahkan meliriknya terlebih dahulu.

"Sejam"

"SERIUS?!" Jeffrey tersentak kaget dengan bola mata yang terlapisi lensa kontak abu - abu melotot tajam bahkan terkesan hampir keluar menatap gadis yang akhirnya menatapnya sampai tak lama tawa gadis itu pecah.

"Bercanda, Jeffrey" Jeffrey berdecak dengan tangan yang membelai dadanya yang merasa begitu lega mengingat Ia beneran berasa bersalah banget karena membuat Kekasihnya itu menunggu selama itu.

"Aku tau kok tadi kalau bakalan macet banget dari rumah kamu ke rumah aku. Makanya aku baru mandi pas kamu bilang berangkat jadi ya. Pas kan? Kamu sampek sini, aku baru selesai" Jeffrey menganggukan kepalanya pada Rose yang kalau ngomong tanpa menatapnya tapi menatap ponsel.

Dimana setelahnya, kepala gadis itu sontak terangkat menatap ke depan "Terus ini nunggu apalagi? Ayo berangkat. Keburu makin macet di jalan terus makin siang sampek sananya" dan beralih menatapnya yang kini tengah menunjukkan senyuman menyeringainya.

"Kiss dulu baru berangkat"

Gadis itu berdecak sembari menghela nafas begitu berat yang hanya dibalaskannya dengan senyuman kemenangan di bibirnya yang kini hanya bisa terdiam, menunggu Rose untuk bergerak mendekatinya.

Dan tak lama pikirannya itu terbenarkan, gadis itu kini beranjak condong mendekati dirinya. Membuatnya sontak mendekatkan badannya itu juga menghampiri gadisnya sampai dimana Ia bisa merasakan hembusan nafas membelai wajahnya, sebelum salah satu belah bibir Rose menyelinap di antara kedua bibirnya.

Seperti biasa, bibir gadis itu memainkan bibir atasnya. Membiarkan bibirnya yang bawah juga bergerak, membalas perbuatan gadisnya. Melumatnya tak kalah lembut dengan sedikit pijatan lembut juga di sana.

Ntah mengapa, Ia selalu suka dengan cara Rose yang menciumnya. Apalagi saat tangan gadis itu membelai pipinya. Senyumannya itu bahkan akan selalu tersisip di kedua belah bibirnya, menikmati ciuman gadisnya sebelum gadis itu yang melepaskan.

Rose menarik sedikit wajahnya, bersamaan dengan kelopak matanya yang juga membuka, dan langsung bertemu dengan manik mata hitam yang sangat Ia rindukan "Udahkan? Cepet berangkat" Ucap gadis itu di sela sistem pernafasan mereka yang sampai kini belum juga mendekati kata normal.

Dengan senyumannya sebagai balasan, Ia kini kembali mendekatkan dirinya pada gadisnya. Mencuri satu ciuman singkat di bibir berlapiskan pewarna bibir berwarnakan merah muda yang nampak tak hancur akibat perbuatan mereka.

"Ck. Udah ayo berangkat"

Dan tawanya itu keluar begitu saja dari mulutnya saat merasakan pukulan di lengannya dan rengakan dari kekasihnya yang kini segera Ia turuti keinginannya sebelum gadis itu malah ngambek dan berakhir jadi mengenaskan.

Jeffrey melajukan mobilnya kembali membelah jalanan yang baru beberapa menit lalu Ia tinggal nampak tak ada yang berubah situasinya, hanya kali ini Ia tak sendirian lagi. Ada Rose yang sudah sibuk seperti biasa jadi operator yang memutar musik.

BlissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang