Night owl

366 15 0
                                    




July, 2018


Gadis itu terbaring nyaman di sofanya, menatap layar kaca di hadapannya dengan segala macam kripik dan minuman kaleng berserakan di meja sekaligus selimut fleece abu - abu bergaris yang menutupi sebagian badannya ntah sudah beberapa jam lamanya. Namun kenyamanan itu mendadak sirnah ketika drama yang ditontonnya menunjukan bagian akhir yang membuat Rose lega sekaligus menghela nafas karena Ia bingung harus melakukan apalagi di tengah malam tenangnya kali ini.

Nyatanya liburan semester yang ditunggu oleh semua orang—tidak hanya bagi dirinya—mampu membuatnya duduk termenung, lantas berpikir alot harus berbuat apa saat sudah hampir sebulan lamanya Ia seperti ini. Seolah - olah aktivitas yang harus gadis itu kerjakan di wishlistnya sudah terpenuhi semua.

Menimang semua hal, gadis itu memilih bangkit dari zona nyamannya. Merapikan semua barangnya lebih dahulu—teringat Rose yang akan selalu tak suka kalau mendapati kondisi suatu hal yang tak pada tempatnya dan kacau seperti ini, bahkan Jeffrey berulang kali jadi target akibat terlalu malas membersihkan. Pun kali ini membuatnya jadi menemukan ide.

Gitar yang ada di pojok ruangan, kini diambilnya. Rose lantas saja mencobanya "I like your eyes when you pretend to care" Gumam pelan, disertai melodi yang turut timbul kala Rose memetik senarnya. Yang lantas dikencangkan agar mendapat nada yang pas

"I get it" senyuman menawan itu terlihat, ketika Rose berhasil tuk membenahinya "Wait, I don't even know what's the title of that song" buru - buru Rose beralih membawa macbook yang diletakkannya tepat di atas mejanya. Melupakan kehadiran sang gitar yang tengah dipeluknya. Atensi Rose beralih ke benda berapa inci itu.

Jemarinya menari, pun euforianya tampak beriringan dengan pancaran mata. Yang kian jelas saat gadis itu menemukanya "Got—Aw" bahkan gadis itu sekedar tuk meringis pelan, sebelum mengambil alih gitarnya kembali. Seolah tak peduli, pun merasa tak terhalangi, Rose mengeluarkan nada serta vokal emasnya yang terekam sempurna dalam ponselnya.

Termasuk untuk malam ini, video coverannya sukses terekam dan tinggal menunggu diunggah pada sosial media seperti biasa. Menyapa para pengikutnya yang mungkin rindu akan suaranya. Pun semakin merindu, karna Rose justru bertolak belakang membuka pesan, dan mendadak mengirimnya pada salah satu kontak.  

Yang sayangnya sudah hampir setengah jam gadis itu menunggu, pesannya hanya berstatus dibaca tanpa adanya satupun balasan "What do you expect, Rose? Wake up" Helaan nafas keluar dari hidung, pun tidak menyangkal kalau Rose kecewa. Sungguh, sepertinya Rose memang tengah mencari perhatian. Sosok yang selama ini sering mengganggunya, mendadak sering meninggalkan. Pun dengan alasan yang jelas, namun apakah sosok itu tak tahu jika Rose juga masih butuh tuk diperhatikan?

Perlahan layar ponselnya meredup dan dengan malas, Ia melemparkan benda itu ke sofa sebelum badannya bangkit, meninggalkan sofanya kembali. Berjalan ke daerah walk—in—closet, bersiap mengganti pakaian menjadi pakaian tidur mengingat tak ada lagi kegiatan Rose selain pergi ke alam mimpi yang belum tentu Ia dapatkan itu.

Sebenarnya di malam Ia kesepian seperti ini, Ia akan lebih memilih untuk keluar balapan sebagai tempat pelampiasannya mengingat sudah beberapa lama Ia tak pernah bertemu dan memacu adrenalinnya lagi di tempat itu. Tapi kabar dari Nathan—jika seminggu ini tidak ada balapan—membuat dirinya harus menelan pil kecewa dan harus berakhir mengenaskan di rumah dengan baju tidurnya yang kini terpasang apik pada badan rampingnya itu.

Tok tok

Langkah kaki yang hendak beralih ke tempat tidurnya mendadak harus beralih ke arah pintu kamar miliknya yang diketuk oleh seseorang, menimbulkan kerutan di dahinya tercetak jelas "Tumben Maid ngetokin kamar gue jam segini"

BlissWhere stories live. Discover now