Dark Chocolate

331 25 5
                                    


September 2017

"What is it?"

Atensi Jeffrey dari bukunya langsung berhasil beralih pada benda yang ditunjukan Rose "Flyer?" Jawabnya enteng, sebelum berakhir tak acuh dengan Rosenya. Hingga dirinya tak mampu mengamati raut wajah dari Rose telah berubah padanya.

"I'm not that dumb, Jeff! You know what it means!" Ia kembali menoleh, mendapati raut Rosenya memerah bak tengah menahan kesal. Membuat pikiran Jeffrey melayang, tidak memahami hal yang mengakibatkan Rose marah padanya "Yoga told me before"

Kata dari Rose menyadarkan Jeffrey maksudnya. Pula dirinya masih tidak paham Rosenya mengapa marah. Bagi Jeffrey kertas biru dengan advertisement belajar di universitas ternama itu tidak berarti lagi, bahkan Ia bingung mengapa Rose dapat menemukannya. Lelaki itu ingat jika Jeffrey pernah membuangnya. Mungkin Ia ternyata berakhir melupakannya.

"It's nothing"

"Nothing???" Jeffrey hanya mengangguk. Tanpa tahu amarah Rose makin meninggi karenanya "Just done of your sacrifice! I'm sick of that!" Sentak Rose. Gadis itu melemparkan benda tersebut tepat di hadapannya.

Sebelum gadis itu melangkah pergi, Jeffrey segera tuk mengulurkan tangannya. Mencegah Rose untuk pergi darinya. Setidaknya Jeffrey harus meluruskan hal ini sebelum kian panjang. Tak seperti Rose, Jeffrey adalah sosok yang benci kala masalah menjadi berlarut larut. Oleh karenanya, Jeffrey mulai menatap Rose dengan tulusnya. Memberikan senyum guna melunturkan tiap amarah yang menguasai Rosenya "Kenapa sih?" Tutur Jeffrey lembut. Mencoba berbicara baik - baik dengan gadisnya. Meski Jeffrey tau Rose tidak bisa memenuhi harapnya. Bagaimana sikap Rose kini padanya, Jeffrey mengerti ini tak akan mudah baginya.

"Kenapa??!" Berang Rosenya. Iris mata gadis itu kini menonjol seolah akan keluar dari sarangnya "I already told you. Yoga told me everything!"

"Terus masalahnya dimana, Sayang? It's just the past. Forget it, okey??"

Nyatanya selembut mungkin perangai Jeffrey berikan, sepertinya hal tersebut tak berdampak pada gadisnya .Jemarinya yang menyentuh paras kesukaannya justru ditampik kasar Rose. Seolah Rose tidak ingin disentuh olehnya, dan jujur Jeffrey sedikit tersakiti karenanya "How can I be forget when you always being like this? You let through a good chance just because of me. You did it again, again and again! What the fuck with you!!"

Mungkin banyak menganggap Rose childish karena Ia sering terbakar api amarahnya. Rose akui jika dirinya bersumbu pendek. Tapi bukan berarti Rose tak pernah pakai otaknya. Rose selalu paham yang dilakukannya, begitu pula amarahnya. Rose selalu punya alasan jelas akan setiap tingkahnya. Dan kali ini Rose tak bisa lagi menahannya, Rose tak pernah terima apa yang lelaki itu padanya.

Dan Rose bersyukur, Tuhan memberi tahu yang sudah terjadi. Karena Rose tahu, jikalau bukan karena gadis itu menemukan kertas tersebut diantara selipan buku - buku Jeffrey, Rose yakin Rose tak akan pernah tahu jika dirinya merupakan sosok terjahat bagi lelakinya itu. Sosok yang menghambat Jeffrey tuk mengambil cita - citanya.

Di dunia ini ngga ada sama sekali orang yang bakalan menolak kesempatan emas tuk study exhange keluar negeri, khususnya universitas paling nomor satu yang ada di dunia selain cowok yang ada di depannya kali ini. Dan yang paling parahnya lagi adalah alasan yang ada dibalik Jeffrey melakukan semua ini merupakan dirinya.

Bagaimana Rose tak marah? Hatinya mendadak lantas kecewa setelah mendengar semua hal tersebut dari Yoga. Andai Yoga tak membuka mulut, Rose tak akan tau jikalau Rose telah menghancurkan lelaki tersebut keterlaluan. Cukup Jeffrey mengorbankan perasaan demi dirinya, dan mengapa sekarang Rose juga telah menghancurkan masa depan lelakinya.

BlissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang