Bye Richard!

2.9K 130 32
                                    

Agustus, 2014

Kediaman keluarga Orlando

Stefano, Minerva, Rose dan Richard berkumpul di meja makan pada pagi hari ini. Melakukan sarapan sebelum mengantarkan Richard ke bandara. Hari ini merupakan hari dimana Richard di tugaskan Stefano ke Amerika untuk mengurus cabang perusahaan yang berada di sana.

"Semua udah siap, Chard?" Tanya Minerva kepada Richard yang tengah berada dihadapannya dan sedang memakan makanannya yang kemudian menganggukan kepalanya untuk menjawab pertanyaan darinya

"Sudah, Ma"

"Kerja yang bener disana, Chard. Jangan dugem mulu. Buktiin kamu bisa nerusin perusahaan Papa." Ucap Stefano menasehati Richard yang mengetahui tabiat dari Putra sulungnya yang suka sekali keluar masuk diskotik hampir setiap malam.

"Iya Pa. Tenang aja" Jawab Richard dengan santai. Lagipula, ini sudah waktunya untuk bertobat. Tidak mungkin juga Ia selalu clubbing disaat dirinya sudah lulus kuliah dan harus memikirkan masa depannya untuk hari esok

"Makin sepi aja ini rumah ntar, Gue bakal kangen banget sama lo" Ucap Rose sembari menampakan wajah sedih kepada Kakaknya. Richard yang mendengarnya hanya memutar bola matanya dan mendengus kesal.

"Sepi karena ngga ada yang lo ajak berantem dan lo kangen karena ngga bakal ada yang jajanin lo lagi?" Jawab Richard membalas perkataan Adiknya yang tabiatnya memang suka mengajak dirinya untuk perang dunia ketiga.

"Nah, Pinter sekali Abang gue. Seratus buat Lo" Ucap Rose tersenyum dengan menampilkan deretan giginya dan mengangkat kedua jempolnya. Lalu melanjutkan makananya dengan mood yang sedang bagus.

"Ngga puas lo seminggu kemaren udah meres gue?"

Pasalnya selama seminggu kemarin Rose tidak hanya memintanya tidur bersama dengannya tetapi juga minta di belikan barang – barang dengan alasan barang tersebut akan digunakan untuk mengobati rasa rindunya pada Richard. Richard tau itu hanya alasan tetapi jika ditolak Rose malah menangis dan mengadukan pada kedua orang tuanya dan membuatnya kena omelan.

Richard hanya bisa pasrah dan mengalah, jika Rose sudah menangis. Meskipun akhirnya dompetnya yang akan menangis. Pasalnya Barang – barang yang di minta merupakan barang – barang. Semacam Versace, Gucci dan lainnya. Selain barang – barang, Rose juga sering sekali meminta dibelikan makanan dengan alasan seminggu tersebut akan menjadi hari terakhir dia dibelikan makanan oleh Richard dan Richard hanya pasrah menuruti permintaan adiknya tersebut.

"Hmm gimana ya? Belom nih" Ucap Rose yang membuat Richard melotot tajam tidak percaya yang dikatakan adikknya. Tolong itu dompetnya sudah menangis gegara membelikan salah satu jam bermerk Patek yang harganya membuat Richard ikut menangis melihatnya.

"Ngga usah ngajak berantem ya lo pagi – pagi" Ucap Richard sembari sudah mengangkat sendok ke atas dan siap akan dilemparkan kepada Adiknya, tetapi tidak jadi karena Mamanya kini sudah menatap tajam dirinya.

"Berantem mulu kalian berdua. Ngga capek?" Ucap Stefano yang sedari tadi menyimak percakapan kedua anaknya yang ketika bertemu kerjaannya saling melempar kata – kata hinaan sampai terkadang juga melemparkan barang – barang dirumah mereka.

"Rose duluan ya, Pa yang mulai" Ucap Richard membela dirinya kemudian menoleh menatap tajam Rose dan dihadiahi tatapan mengejek Rose.

"Lo nya aja yang emosian" Ucap Rose tenang sembari tetap menikmati hidangannya. Ia pasti akan rindu rasanya mengoda Kakaknya tersebut. Jadi Ia tetap menikmati mengoda dan mengejek Kakaknya sebelum Kakaknya tersebut pergi yang menyebabkan Ia menjadi Putri tunggal keluarganya.

BlissWhere stories live. Discover now