Senam Jantung

923 50 21
                                    

It little bit mature!

September 2020

Ada hal tak biasa ketika Jeffrey melangkahkan kakinya masuk ke rumah selain langkahnya yang terlihat lemas, lelaki itu juga menghela nafas berkali - kali disaat biasanya lelaki itu akan selalu bergembira ketika jam pulang kerja.

Rumahnya tampak berbeda dari biasanya, tidak ada lagi yang menyambutnya seperti biasa kala Ia sampai di rumahnya. Nyaris seminggu ini rumahnya mendadak sepi, sunyi, hanya Ia sendiri tanpa ada kehangatan lagi yang menemani.

Memang benar apa yang dikatakan oleh pepatah. Apa yang menjadikan rumah bukan hanya tempat dimana kamu tinggal namun juga dengan sosok yang ada di dalamnya. Sosok yang dapat membuatmu merasa tak ada hal lebih menyenangkan selain pulang ke rumah. Menunggu kita untuk bertukar cerita, bercengkrama semalaman ataupun hanya sekedar saling berpelukan menyalurkan rasa nyaman pada satu sama lainnya. Merencanakan tentang apa yang bisa dilakukan di kemudian hari.

Terlebih lagi ini hari ini adalah hari jum'at dan Jeffrey malah semakin sedih kala memikirkan hal itu dimana sosok itu tak ada di sisinya detik ini. Meninggalkannya berbaring sendiri di luasnya tempat tidur yang kini terasa begitu asing dan tak sama lagi.

"I miss you, Baby" Jeffrey menghela nafas, menghirup aroma wanitanya yang semakin memudar di bantal dalam pelukannya. Satu tangannya sontak masuk ke dalam saku jasnya tanpa bisa Ia cegah. Mengambil benda pipih yang kini digenggamnya erat.

Dibukanya dengan segera ponselnya, lantas menuju aplikasi pesan lalu membuka salah satu jendela pesan teratas. Diketiknya beberapa patah kata sebelum Ia mengirimkannya dimana matanya itu tak juga beralih. Masih mengamati kolom pesan, yang membuatnya mendadak mengernyitkan dahi kala melihat warna bar pesannya berganti hijau.

"Ngga aktif?" Gumamnya pelan dengan tangan yang bergerak lincah di atas layar ponselnya lagi. Mencoba menghubungi nomor yang ternyata juga tidak dapat dihubungi "Baterainya habis? Apa lagi rapat?"

"Tumbenan banget lagi rapat dimatiin hpnya" Ucapnya lirih dengan menghela nafasnya pelan. Tak sadar tangannya itu terkulai lemas, mengamati setiap langit - langit kamarnya penuh sendu dengan kehampaan hatinya.

Lama tak berbuat apa - apa, Jeffrey seketika bangkit dari posisi tidurannya. Duduk termenung di tepi pinggiran tempat tidur dengan hembusan nafas berat keluar terus menerus sebelum dengan tiba - tiba kakinya itu melangkah.

Gerakan lunglai dari kakinya itu menyusuri setiap sudut kamarnya, beralih ke walk–in–closetnya. Dilepaskannya setiap pakaian yang menempel di tubuhnya sebelum kembali memakai pakaian asal yang dicomotnya.

Selepasnya kakinya kembali melangkah, masuk ke dalam kamar mandi. Membersihkan area rongga mulutnya sekaligus membasuh mukanya. Tanpa melirik shower room, badannya berbalik arah ke tempat tidurnya.

Sekali lagi Ia hanya bisa melemparkan tubuhnya ke sana, mengambil ponselnya dan sontak saja Ia menghela nafasnya kala tak mendapatkan balasan pesan dari ponselnya "Jam berapa sih sekarang? Kok masih rapat aja"

"Udah hampir jam enam, Sayang. Kamu ini kerja lembur apa gimana? Kok ngga selesai - selesai perasaan" Dumelnya sendiri menghadap layar ponsel yang masih menampilkan kolom chat tadi "I fucking miss you really bad"

"And how dare you do this to me!" Jeffrey berdecak, matanya masih tak kenal lelah meratapi layar ponselnya. Beralih dari kolom chat ke arah galerinya dan satu senyuman tersungging seketika di wajahnya.

Ribuan foto terpampang di sana mampu melunturkan kekesalan Jeffrey. Dibaliknya dengan cepat posisi berbaringnya, matanya itu bergerak mengamati foto - foto itu dari atas. Mengenang masa lalunya.

BlissWhere stories live. Discover now