Perfect Sundae

336 15 4
                                    



2018

Tidak tahu seberapa banyak kakinya melangkah, juga enggan peduli pada luka di bibir bawah akibat giginya sendiri, Rose tampak tak tenang. Terlihat jelas dari air muka gadis itu pancarkan, serta kelakuan yang tiada bisa Ia hentikan. Seolah - olah Rose kini lagi melakoni hobi barunya.

Gadis itu baru bisa tersadarkan disaat dua telinganya bekerja normal. Bunyi pintu terbuka, membuat kedua kaki Rose buru - buru berputar balik ke arah sumber suara. Pun nyatanya Rose semakin gelisah mendapati salah satu sosok yang keluar dari sana. Meski senyum lelaki itu terpancar, namun gadis itu tak terima jika tak menerima langsung konfirmasinya.

"Gimana? Sukses kan? Lancar kan?? Ngga kenapa - kenapa kan?" Berondong tanyanya keluar begitu saja saat berhadapan dengan subjeknya "Tapi harusnya sih lancar ya.. seorang Jeffrey mah apa yang gak bisa. Iya kalau gue perlu dipertanyakan"

"It's easy, Babe. Nothing worried"

Bibir Rose berdecak. Seakan - akan tingkahnya berapa saat lalu tiada artinya. Harusnya memang Rose tidak perlu mengkhawatirkan berlebihan. Selain karena hal itu tak baik, Jeffrey jua terlalu jenius tuk Rose pikirkan nasib skripsinya "Ain't nothing can't einstein do, don't ya"

Tawa berat lelaki itu langsung menyembur begitu saja. Sebagaimana bibirnya yang reflek mendekat memberi berbagai kecupan di pipi tembam gadisnya. Sebelum mendadak, gadis itu menghindar. Belum sempat bagi Jeffrey menyatakan pertanyaannya, gadis itu memberi kode lewat tatapannya.

Badan Jeffrey bergerak, bermaksud melihat apa yang dimaksud gadisnya. Sosok lelaki yang tak terlalu jauh menatap keduanya merubah raut kebingungan Jeffrey menjadi sedikit hangat kala mengenalinya "Oh. Hi, Don"

"Ah yeah Jeff. Sorry for bothering both of you" Jeffrey tampak mengulas senyumnya, sedetik ketika lelaki itu menangkap perasaan tidak enak hati dari sang lawan "Gue kesini cuma mau ngasih congrats ke lo.Congrats for your final text, and thanks for everything that you have done for me. Ini dari gue, ngga seberapa emang cuma seenggaknya bisa buat nebus hutang budi gue"

"You owe me nothing, Don. Just grateful to your own hard work"

"Tapi kalau ngga karena lo yang ngenalin gue ke Mr. Daffin. Gue ngga bakal kayak ini, gue bahkan habis ini dipanggil buat interview resmi di perusahaan segede Abraham. Thanks, kalau bukan karena lo gue mungkin bakal di D.O dari sini, and I don't know what's going to me next"

Tak ada yang mau Jeffrey elak. Pun bagaimana juga Ia akhirnya menerima bingkisan untuknya "Thank you, Don" ucapnya tulus, salah satu cara menghargai lelaki di hadapannya tersebut.

Yang tak terlewati oleh Rose. Hatinya itu menghangat seketika, lelakinya memang tampak seperti malaikat Tuhan yang hilang dari khayangan. Bukan hanya karna wajah, pun sifat seutuhnya. Rose bahkan sering sangsi tentang kemanusian sang kekasih "Oh iya, this's my girlfriend"

Rose yang awalnya hanya diam, mendadak teralihkan. Sontak gadis itu memperkenalkan dirinya "Rose"

"Doni" Balas dari lelaki itu, selagi mengambil uluran tangannya sejenak "Kayaknya gue balik duluan ya. Gue harus ngejar pesawat. Pesawat gue dua jam lagi take off"  Mata Doni menatap kedua pasangan tersebut setelah sempat melirik jam tangannya.

"Sure. Safe flight"

"Thanks. Bye, Jeff. Rose, Nice to meet you"

"Nice to meet you too, Don"

Lelaki itu lantas berbalik, dengan langkah yang lantas terburu - buru seakan benar mengejar penerbangan. Menyisakan kedua insan yang betah menatap tubuh tegap yang tak lama ditelan besarnya beton dinding kampus mereka "Dia kating yang pas itu kamu ceritain ke aku kan? Yang kamu masukin ke Abraham. I think he doesn't know who you are"

BlissWhere stories live. Discover now