One Fine Day

510 29 10
                                    

Mei, 2016

Brak

Suara nyaring terdengar menggelegar ketika sebuah pintu dibuka begitu kencang, dengan sosok gadis yang terlihat nampak begitu lelah ada di sana "Finally! Home sweet home" Langkah kakinya itu bergerak lunglai masuk ke dalam apartemennya.

"Ah iya, ini bukan rumah"

"Apart sweet apart" Teriaknya dengan sisa suaranya dan derap langkah kaki yang masih menapak setiap lantai di apartemennya dengan sepatu yang Ia tinggalkan begitu saja di sana sebelum Ia tiba di ruang tengahnya.

"Oh! God! Punggung gue rasanya" Akhirnya gadis itu berhasil membaringkan tubuhnya di sofa beige ruang tengahnya dengan posisi telungkup dan tasnya yang sudah Ia geletakkan dengan asal entah dimana.

"This is Friday" Gumamnya pelan "But why doesn't it feel like Friday?!? Why?!? When every single person in this world says Thank God, it's Friday. I'll be the one and only person in this world that says GODDAMNIT THIS IS SUCKS FRIDAY!!"

"OH, GOD!! WHY DO YOU HAVE TO MAKE MY PEACE FRIDAY TO BE FREAKY FRIDAY IN MY LIFE!?! WHY?!"

kepalanya itu kembali menunduk, terbenam di bantal sofanya "Ini gue baru semester dua aja kek gini! Apalagi semester lima? Gantung diri kali gue" Helaan nafas terdengar begitu panjang dari hidungnya.

"Kenapa sih?! Realitanya kuliah tuh ngga seindah ekspektasinya?! Kalau di drama drama atau di film tuh kayaknya enak banget gitu! Kuliah, nongkrong, terus have fun ke mall, main. Ini? Gue mau manicure sama pedicure aja susah!"

Rose membenamkan kepalanya kembali di bantal sofanya, mengubur semua jeritan kekesalannya di sana dengan menghentakan kedua kakinya di sofa. Menumpahkan segala perasaannya di sana sampai pikiran, dan hatinya itu bisa tenang.

Stress.

Satu kata yang mendefinisikan kondisi dari gadis itu saat ini. Pikiran Rose beneran sudah keruh banget bahkan terkesan butek, jenuh, keruh dan berbagai kosakata lainnya selaras dengan suasana hatinya.

Apartemennya kini mendadak menjadi sunyi, sepi dan hanya terdengar suara dari arah pantry. Situasi yang mendukung dirinya—yang kini kondisinya mulai sedikit membaik—mendudukkan diri dulu sebelum bangkit dari sofanya. 

Langkah kakinya itu kembali berjalan, menuju sudut ruangan yang sedari tadi menimbulkan suara dengan seseorang yang nampak diam saja. Seakan sosok itu tak memperdulikan segala hal kecuali apa yang Ia kerjakan.

Mengundang tubuhnya itu untuk menyandar di sana, menghirup aroma parfum yang begitu akrab dengannya, dan tanpa sadar tangannya itu melingkar di pinggang lelaki yang hanya terdiam saat merasakan kelakuannya.

"Masak apa?"

"Chicken cordon bleu" Kepalanya yang bersandar itu sontak mengangguk perlahan "Duduk aja. Ini udah mau jadi kok. Katanya tadi capek banget, nanti kalau kayak gini malah capeknya ngga ilang - ilang"

Rose menggeleng, menolak usulan lelaki itu "Your scent got me into this" hidungnya seketika menghirup dengan begitu rakus, seakan itu adalah obat penenangnya "So, intoxicating...... but— also relaxing"

Kekehan terdengar masuk ke dalam telinganya, mampu menarik sudut bibirnya itu ke atas setelah beberapa saat yang lalu hanya ditekuk ke bawah "Masakannya udah jadi, tinggal nata di piring sama naruh nasi"

Rose berdeham "Aku nasinya di mangkok ya, Jeff. Mangkok kecil aja. Tapi dipadetin, jadi biar bisa banyak makannya. Perut aku udah laper banget" Kekehan kembali terdengar, kali ini lebih kencang dari yang sebelumnya.

BlissWhere stories live. Discover now