Bad day

442 38 18
                                    

February, 2016


Belain pelan di pipi putihnya semakin begitu terasa nyata terus menerus mengganggu tidurnya, mengundang lenguhan serta gumaman keluar dari bibir mungilnya, sebelum matanya membuka secara perlahan.

"Good morning, Princess" Rose mengerjapkan matanya, tak acuh dengan lelaki yang kini tengah menyambutnya dengan senyum manis disertai lesung pipi di sana "Sorry, to wake you up. But we must to attend our class now, Princess"

"Jam berapa emang sekarang?"

"Jam tujuh lebih tiga puluh delapan menit" Jawab Jeffrey dengan senyumannya dan hanya dapat anggukkan kepala darinya seolah tidak menyadari apa yang dimaksud Jeffrey "Dan kita kelas jam delapan, jadi dua puluh dua menit lagi kita masuk"

Rose melototkan tajam matanya, jiwanya terasa dipaksa masuk tubuhnya yang sontak terduduk bahkan langsung berdiri dari tempat tidurnya "KENAPA NGGA BANGUNIN DARI TADI SIH, JEFF?!" Teriaknya frustasi dengan mengambil jepit di mejanya yang dipasang di rambutnya dan kaki yang berjalan turun dari tempat tidurnya.

"Aku udah bangunin kamu dari lima belas menit yang lalu tapi kamu ngga bangun - bangun"

"YA KALAU KAMU BANGUNINNYA PAKE ELUS - ELUS PIPI DOANG MANA AKU BISA BANGUN!"

BLAM

Jeffrey tersentak saat Rose membanting pintu lemari, seolah tidak peduli jika pintu itu dapat rusak jika diperlakukan seperti itu "Ya terus gimana lagi bangunin kamu? Masak aku tampar? kan ngga mungkin" Ucapnya dengan polos sebelum kembali terjengkat kaget kala Rose kembali membanting pintu kamar mandi.

Tangan Jeffrey sontak ke atas membelai dadanya, memastikan jantungnya masih aman dan masih terletak di tempat yang sama. Sebelum kakinya itu melangkah ke depan, memilih menunggu gadis itu di sofa depan.

Baru juga Jeffrey merasakan namanya ketenangan menghampiri, Ia sudah kembali dikagetkan dengan suara grasak - grusuk dari kamar Rose serta umpatan - umpatan yang membuat Jeffrey cuma bisa menyimak.

Bahkan ketika Rose udah mondar - mandir sendiri muterin apartemen, Jeffrey juga bisa diam sambil mengamati tanpa mau ikut bersuara karena takut nanti kena sentak lagi kayak tadi. Jadi, lebih baik Ia begini.

Sampai dirasa Rose sudah selesai, Jeffrey segera berdiri "Ayo, Jeff. cepet" Ia cuma mengangguk, bergerak mengikuti Rose keluar dari sana "Jam berapa sekarang?" Tanya gadis itu dengan rambut yang masih pake roll, dan membawa satu tas kecil di tangan serta totebag di lengan dengan sepatu yang belom beres dipake.

"Tujuh lebih—"

"—Thanks" Ucap gadis itu ketika dengan sigap tangannya menangkap Rose yang akan jatuh karena sepatunya "Pake dulu yang bener sepatunya, tas kamu aku bawain. Ngga usah buru - buru. Masih ada delapan belas menit lagi buat sampek sana"

Rose mengangguk, dengan tangan yang berpegang pada tangan kirinya, membenarkan sneaker adidas putih gadis itu "Kenapa ngga pake yang flatshoes aja? Kan lebih gampang. Ngga ribet" Tanya Jeffrey sembari mengikatkan tali sepatu Rose setelah mengembalikan barang gadis itu.

"Cause we have to run" Ucap Rose yang selaras dengan kelakuan gadis yang sudah mulai berlari ketika pintu lift terbuka, dan mau tak mau harus Ia ikuti dengan berlari juga menuju mobil yang kini tak jauh dari mereka.

"Biar aku yang nyetir"

"But—"

"I'll drive as fast as I can"

Rose mengangguk dan segera kembali berlari masuk ke dalam mobilnya. Dengan tergesa, Ia segera melajukan mobilnya itu keluar dari apartemennya "Kenapa tadi belom bangun? Biasanya kamu selalu bangun lebih dulu dibanding aku? Bahkan udah siap duluan. Kamu lupa kalau kita hari ini masuk kuliah ya?"

BlissWhere stories live. Discover now