The spring hasn't done yet

268 18 4
                                    

Ah iya! Kemarin salah time stamps!! Harusnya 2017 huhuhu


2017


Senyum manis yang terpampang itu mendadak luntur kala membekuk lelaki dalam kamarnya. Tak lama Rose seketika mengambil alih kakinya, bergerak mendekat pada sang Adam. Nyatanya telapak kaki telanjangnya itu tak menimbulkan suara sedikitpun, hingga badan kekar tersebut tersentak kala bertabrakan dengannya.

"Jangan marah" Nada memelas Rose teredam, kepala kecilnya bersembunyi sembari mengumpulkan aroma woody tersebut;antisipasi jika Jeffrey benar tersadar, dan lantas meninggalkan dirinya. Atau lelaki itu justru marah besar karena mendapati vapor mod pada meja kecil samping tempat tidurnya.

Seluruh tuduhannya salah besar. Lelaki itu kini lantas berbalik, membawa dagunya ke atas. Sehingga yang Ia bisa dengan jelas lihat adalah bagaimana senyum dari seorang Jeffrey untuknya. Hangatnya telapak tangan Jeffrey berlarian pada parasnya membuktikan Jeffrey betah bersamanya. Kendati ada tersisip kekecewaan lewat bungkamnya bibir lelaki itu enggan membalas katanya.

"Tidur ya. Aku ambilin lilin aromatherapy dulu" Rose mengangguk, dan Jeffrey lantas melepaskan sabukan kedua tangannya pada pinggang lelaki itu. Berat hati, Rose memilih menurut. Memposisikan diri menunggu sang pujaan hati.

Bibir Rose mengulas senyum kembali. Pandangannya tidak beranjak dari Jeffrey, bagaimana lelaki itu tidak sama sekali kesulitan menemukan benda itu pertanda Jeffrey masih mengingatnya jelas. Terlebih kala lelaki itu tanpa malu menempati kasur yang sama dengan dirinya, Rose lantas bersyukur Tuhan memberikannya kesempatan atas kebahagian dalam hidupnya.

Keheningan kembali merayap, namun sekon ini terasa berbeda. Tiap jalinan tatap yang Rose bangun dengan lelakinya, menimbulkan perasaan hangat membuncah di hati. Benar kata orang. Musim semi adalah ciptaan Tuhan paling indah, kehangatan layaknya candu, tidak hanya membuat mekar bunga, namun senyum indah kekasihnya.

Mungkin di belahan bumi lain, kali ini tengah musim gugur. Musim kebalikan yang dimiliki kota Melbourne mungkin perlu diapresiasinya, setidaknya Rose dapat mengubah perasaan benci menjadi cinta. Seperti hal yang Rose bisa sampaikan pada lelakinya. Thanks for representing spring to my fall. Kendati musim gugur mendera kota Melbourne, yang Rose akan selalu rasa adalah cinta pada musim semi; Terlebih saat bersama Jeffrey.

"You cut the throne"

Tangan Jeffrey yang menyentuh tiap helai surai pirang sebahunya dengan lamat "You don't like it" Bukannya Rose sengaja melakukan ini agar menghindari Jeffrey, teringat lelaki itu tak suka dengan model rambutnya. Namun yang Rose inginkan hanyalah membuang tiap luka yang pernah ditorehnya, menyambut awal mula hidup baru yang akan dijalaninya; yang tidak pernah membahagiakan jika Rose tak dengan lelakinya.

"I don't like it. The only one I like is my baby"

Semburat senyuman malu tampak, begitu juga ruam - ruam kemerahan. Dibalik paras putih pucatnya, Jeffrey setidaknya bersyukur, gadis itu masih menampakkan ekspresi hidupnya. Setelah sekian lama hati lelaki itu miris mendapati kekasihnya. Nyatanya setiap senyum bahagia yang dihantarkannya ada senyum penyesalan di baliknya. Pun saat mata Jeffrey menjelajah, Jeffrey mengumpati batinnya yang tak becus merawat gadis kesayangannya.

"Don't you feel cold?"

Rose menggeleng "Your hug will cover it up" seketika gadis itu merapatkan badannya lebih dekat bagaikan menerjemahkan katanya. Jeffrey tertawa kecil ketika mengenali gelagatnya, pun Jeffrey tidak menolaknya. Tangan di pinggang Rose kini berpindah, mengusap lembut punggung gadisnya. Lelaki itu ingat kebiasaan kecil gadisnya, Rose menyukai perlakuannya. Sekalian Jeffrey dapat melindungi tubuh ringkih itu dari mala yang jahatnya menyerang gadisnya.

BlissWhere stories live. Discover now