Fucked up

635 43 5
                                    


Drama, drama and drama wkwk

2039

Sekilas tak ada yang aneh dari meja makan kediaman Abraham. Hanya ada beberapa anggotanya yang kini tengah menikmati sarapan diikuti adanya tempat kosong yang sudah tiga hari ini tak lagi ditempati. Pun hal tersebut mengundang sebuah helaan nafas dari si Tuan rumah. Selaras dengan pandangan yang sesekali menatap pilu kekosongan tersebut.

"Yaelah, Pi. Mami cuma ke luar negeri. Bukannya mati

Jeffrey tersentak, kepalanya menoleh cepat ke Jevan, pun malah makin terkejut mendengar umpatan lelaki itu selepas melihat tangan Jevon yang tanpa berdosa dan salah, menepuk bibir Jevan begitu kencangnya. Ia bahkan bisa merasakan sakitnya melihat Jevan lantas meringis kesakitan.

"UDAH GILA YA LO?!"

"Lo"

"YA LO AN—"

"Jev!"

Kedua lelaki tersebut sontak diam. Suara lantangnya itu berhasil menghentikan perseteruan, sebelum ada hal - hal yang makin parah "Papi ngga pernah ngajarin kamu kasar sama saudara kamu, Jevon" Ucap Jeffrey selagi menghela nafas. Melihat wajah datar jua dingin Jevon yang tak merasa bersalah "Papi tau kalau Jevan salah dengan omong kayak gitu. Tapi ngga perlu pake kekerasan juga"

Lelaki itu hanya diam. Abai akan peringatan darinya dengan memilih balik pada sarapannya. Tetapi Jeffrey tau, lelaki itu mendengarkan. Pun menelaah baik baik tiap kata yang dihantarnya "Kamu juga, Jevan. Tolong jaga omongan kamu. Papi tau kamu bercanda, tapi ini tadi udah kelewatan. Jangan ngomong kayak gitu lagi. Itu kata yang ngga pantes buat diucapin"

Berbeda dengan Jevon, Jevan lebih bisa mengungkap kata penyesalan "Iya, Pi. Maaf" Ucap lelaki itu begitu lirih, seolah tengah merenungkan dan juga menyesali perbuatannya. Membuat Jeffrey menghembus nafas berat kala menyaksikannya. Baru tiga hari dan kepala Jeffrey seakan pening merasakan kedua anak kembar mereka sendirian.

Atensi Jeffrey yang awalnya kembali pada nasi goreng buatan Maid yang rasanya sedikit hambar karena Ia bagai kehilangan matahari paginya yang mendadak beralih. Tampaknya beberapa hari ini kehidupan keluarganya akan sedikit lebih rincuh dibanding biasanya. Terbukti ketika melihat sosok gadis yang terburu - buru turun dari tangga bahkan derap langkahnya berbunyi keras menapaki tiap marmer rumahnya.

"Sarapan dulu, Kak!"

"UDAH TELAT!!!" Jawab Wonna, tanpa menoleh pada dirinya. Gadis itu tetap membawa badannya beranjak pergi. Pun Jeffrey tersentak mendengar pintu kembar rumahnya ditutup kasar, menyakinnya jikalau Wonna benar - benar terlambat.

"Guten morgen, Papi und Abang Jev"

Senyum manis Jeffrey terpatri apik mendapati sosok gadis lain yang mendekat. Pun mengambil tempatnya seperti biasa "Kok baru turun?? Perasaan, kamu udah bangun dari pagi deh papi tadi cek"

"Iya, Pi. Tapi tuh Wonny dari tadi benerin iket rambut dibantuin sama Maid. Bolak balik Wonny buat kayak yang biasanya Mami bikinin, tapi hasilnya selalu aja jelek. Makanya Wonny lepas pasang mulu. Akhirnya Wonny urai aja lah. Capek, ngga jadi - jadi"

"You still looks hundred percent pretty, Princess"

Senyum gadis itu tampak, setelah beberapa saat lalu mengerucut "Thank you so much, Papi" Jeffrey hanya membalas dengan senyum manis disertai lesung pipi andalan. Setidaknya meski Jeffrey tak bisa membantu, pujiannya bisa membuat Wonny menjadi baikan.

"Oiya Papi dapet imess dari Mami tadi pagi, kalau hari ini kalau kamu katanya ada special performance gitu katanya"

Kepala Wonny mengangguk "Iya bener. Tapi kalau Papi ngga bisa dateng, it's fine. Wonny ngerti kok kalo Papi emang ada kerjaan" senyum Jeffrey mendadak lantas berubah. Ada suatu perasaan tak enak ketika Wonny berkata seperti itu.

Blissحيث تعيش القصص. اكتشف الآن