Déjà vu

494 31 3
                                    

Still have any spoilers ⚠️

Desember, 2017

"Gue ngga mau!"

"Bodo amat! Bangun ngga lo sekarang?!"

"Dibilang ngga mau ya ngga mau! Kenapa lo maksa banget sih?!"

Richard menghela nafasnya menatap Rose yang kini masih berada di tempat tidur disaat jam dinding menunjukkan waktu hampir jam sepuluh–waktu yang disepakatinya dengan Jeffrey ketemu di bandara.

Tangannya mengurut keningnya, pusing merasakan tingkah adiknya itu. Kakinya hendak mendekat tapi sayangnya dicegah oleh Istrinya "Biar aku aja yang gantian bujuk" kepalanya sontak mengangguk.

"Rose" Rose masih terdiam dengan posisi telungkup di tempat tidur, tak acuh dengan Kakak iparnya yang kini tengah duduk di pinggiran tempat tidur sembari membelai rambut pirangnya "Lo beneran ngga mau berangkat?"

Rose menggeleng.

"Lo ngga sayang? Kemarin lo udah packing kan? Itu di sana koper lo kan?" Rose terdiam tidak memberikan jawabannya "Sia - sia dong usaha lo packing dari natal kemaren?" Ia masih terdiam bak patung di tempat tidur.

"Lo ngga kasihan sama si Jeffrey? Dia dari kemaren nungguin lo di rumah seharian. Pengen ketemu sama lo tapi lonya malah tiduran di tempat tidur" Ia masih terdiam, mengundang helaan nafas dari Wendy.

"Ngga mau baikan aja? Lo ngga capek begini terus?"

"Lo udah gede, mau sampek kapan childish kayak gini terus? Kalau ada masalah itu diselesain. Jangan lari. Lo bukan atlet lari!" Ucap Richard dengan lawakan garing khasnya "Heran. Kenapa suka banget lari"

"Siapa yang lari?"

"Ya elo!" Sentak Richard "Setiap ada masalah selalu ngumpet, selalu menghindar, ngga pernah diselesein baik - baik. Diomongin biar ketemu jalan keluarnya. Bukannya malah ngumpet di kamar sambil nangis"

"Ntar kalau Jeffrey udah capek, ninggalin lo. Nangis darah lagi lo kayak waktu itu"

Rose kembali terdiam seakan mengacuhkan mereka lagi, membuat kedua kakaknya itu makin stress menghadapinya "Bangun sekarang. Gue udah gedeg banget sama kelakuan lo dari kemaren. Dibiarin kok malah ngelunjak"

"Ngga—apasih?! Lepasin tangan gue! Sakit, Abang!"

"Babe, lepas. Jangan gitu ih! Kasian Rosenya kalau kamu gituin" Ucap Wendy sambil melepaskan paksa genggaman tangan Richard pada gadis di sebelahnya "Jangan pernah pake kekerasan! Dibilangin aja kan bisa"

"Ya tapi dia ngga udah ngga mempan dibilangin, Yang. Liat tuh, ada hasilnya emang kamu omongin daritadi? Ngga kan?"

"Ya tapi ngga harus kamu tarik juga tangannya. Nanti tangan adek kamu putus kamu yang nangis!" Richard menghela nafas panjang, frustasi menghadapi Rose yang kini masih setia diem di tempat tidur.

"Adek kamu belom mau bergerak juga?"

Kedua orang di sana jadi tersentak, dan sontak Richard menggelengkan kepala sembari menghela nafas frustasi, menatap Minerva yang kini tengah berjalan masuk ke dalam kamar Rose "Bangun sekarang"

Rose terdiam, seolah menulikan pendengarannya "Katanya yang ngajak kemaren Mamanya Jeffrey kan?" Gadis itu tak menjawab "Tepatin janji kamu dong kalau gitu. Ngga enak, masak kamu udah bilang iya, tapi ngga dateng cuma gara - gara ngambek sama Jeffrey"

"Mau ditaruh dimana muka Mama kalau tingkah kamu kayak gini terus, Rose?" Minerva menghela nafas "Kemarin Mama udah malu banget pas lihat Jeffrey yang nungguin kamu seharian. Jangan bikin Mama lebih malu lagi karena tingkah childish kamu ini"

BlissWhere stories live. Discover now