Pembawa Sial

460 33 25
                                    


Don't you miss me? hoho


September 2016


"Thank you"

Rose cuma berdeham, beralih menuju sofa beige yang bak memanggilnya lepas memberikan salah satu gelas di tangannya pada lelaki yang tengah terduduk di marmer beralaskan karpet senada sofa yang didudukinya "It isn't looks like milk"

"Caramel Macchiato"

Kepala lelaki itu yang awalnya sekilas meliriknya, kini sontak teralihkan dari macbook kembali dan lantas menatapnya nanar bagai tengah tak percaya hingga membutuhkan sebuah kepastian. Dahi lelakinya itu terkerut, menunjukkan wajah kebingungan yang khas terlukis jelas di parasnya "Tumben?"

Berbeda hal dengan Jeffrey, Rose memang ngga maniak terhadap kopi. Lelakinya tersebut bahkan mengerti sekali gimana proses dari biji kopi menjadi pohon kemudian berakhir jadi bubuk kopi yang bisa dinikmati. Bahkan usut punya usut, Abraham punya produk kopi dengan lahan milik sendiri, yang kini katanya sudah dilimpahkan ke Jeffrey karena lelaki itu lebih paham.

Rose sendiri yang awalnya memang ngga tahu, lama kelamaan menyadarinya. Terlebih ketika dahulu lelaki itu mengajaknya beli coffee maker, karena katanya ngga terlalu suka sama kopi instan. Dan Rose itu percaya karena lidah Jeffrey memang susah buat dipuaskan. Jadi Jeffrey lebih suka pake biji yang import dari ladangnya dia sendiri—dengan catatan kalau Jeffrey lagi ngga mager dan sempat, karena nyaris tiap pagi lelaki itu harus minum kopi dulu. Berbeda sama Rose yang milih minum susu.

"Aku udah minum susu dua kali hari ini, makanya ganti"

"Ntar ngga bisa tidur"

"Seperempat shot ngga bakal ngaruh. Lagian aku ngga bisa tidur bukan karena kopi, karena emang insom"

Selain karena Rose bukan penyuka kopi, Rose juga bukan Jeffrey yang bisa minum pikes place drip coffee—yang pas Rose minum kayaknya bakalan bisa melek dua hari, tapi sayangnya ngga ngaruh ke Jeffrey yang tetep bisa tidur kalau nempel bantal—karena kesehatan lambungnya yang harus Ia jaga dengan baik - baik. Makanya kalau ngga pengen banget kayak gini, Rose bakalan lebih memilih susu mengingat untungnya Ia juga bukan penderita lactose intolerant.

"Ngerjain apa sih? Tugas kamu banyak banget emang?" Tanyanya mengingat lelaki itu kembali sibuk dengan macbook, serta pena hitam, kertas - kertas putih bernoda tinta pulpen maupun dari mesin pencetak dengan kacamata yang nyaris melorot ke bawah dan tak sempat lelaki itu perbaiki saking sibuknya.

"Ah ngga, cuma nyalin catetan yang tadi" Mulut Rose sedikit terbuka kala mendengarnya dengan anggukan kepala menyertai.

Rose dulu sering bertanya - tanya mengapa Ia ngga bisa sekalipun menggeser posisi pertama di Harrison. Kini Tuhan seolah menjawabnya secara tak langsung, gimana caranya Ia bisa mengambil alih posisi bookworm yang taunya itu cuma buku sama belajar? Bahkan sepertinya jam kerja otak Jeffrey emang lebih lama–Kendati sudah jam sepuluh malam, masih tak menunjukkan kelelahannya—dibandingkan jam kerja otaknya. Buktinya kini Ia tengah duduk berselonjor ngabisin minumannya sambil nontonin televisi setelah selesai ngerjain tugas.

"Aku balik ya, Jeff"

Tanpa menoleh lelaki itu menjawab "Ngapain?"

"Aku mau nonton drama soalnya. Ntar ganggu kamu kalau di sini"

"Aku ngga pernah merasa keganggu" Rose tahu, konsentrasi Jeffrey emang ngga bakal bisa terusik oleh apapun. Ngga sama Rose yang harus pindah apartemen Jeffrey buat ngerjain tugas dan Ia tak terhasut oleh berbagai macam hal.

BlissWhere stories live. Discover now