As if it's the last

295 22 2
                                    



2018


Rose nyaris terkena serangan jantung kala membuka pintu sebuah apartemen. Dikala harusnya apartemen itu sepi, sunyi dan gelap gulita. Sekarang ini, terdapat berbagai suara yang keluar dari layar kaca sekaligus dengan cahaya disana.

Tak hanya itu, di sana terdapat seorang makhluk yang entah itu apa. Kini dengan perasaan campur aduk dan berbekal bantal yang sedari tadi dipeluknya, Rose mulai melangkahkan kakinya itu mendekat ke sana dengan matanya yang juga memejam.

"Wait, wait a minute!"

Kendati makhluk tersebut hanya terdiam, menatap aneh dirinya. Ia masih patut memwaspadai apa yang ada di depannya kini. Peduli setan kalau dibilang gila, yang penting Rose selamat dunia akhirat "Kalau lo beneran Jeffrey. Please, sebutin satu isi kitab, seayat sama pasalnya sekalian"

"Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu. Amsal pasal 16 ayat 3" Badan Rose yang semula menegang itu mendadak bisa bernafas lega. Bahkan Ia kini merasa setan dalam dirinya ikut hilang entah kemana.

Kini Rose bisa dengan santainya itu melenggang lebih mendekat pada lelaki itu. Duduk di sebelahnya, dan mendaratkan kepalanya dengan seenak jidat di atas paha Jeffrey. Menghadap ke arah layar kaca yang kini menampilkan acara sepak bola.

"Kenapa sih? Kok sampek suruh aku sebutin isi kitab, sekaligus ayat sama pasalnya? Emangnya kamu ngerti itu isinya bener apa ngga?"

Rose dengan santai menggeleng "Ngga. Aku cuma takut kalau kamu setan. Makanya aku tanyain. Kalau kamu setan kan ngga mungkin bisa nyebutin isi kitab, sekaligus ayat sama pasalnya kan?" Rose tersenyum bangga, kendati Jeffrey tidak bisa melihatnya. Bahkan sepertinya lelaki itu juga tampak biasa sama tingkah ajaibnya.

"Terus ngapain kesini? Insomnia kamu kumat lagi?"

Rose mengangguk "Aku bingung mau ngapain di apart makanya aku pindah kesini. Niatnya aku kesini mau gangguin kamu tidur. Lah orangnya ternyata sama aja" Badan Rose bangkit seketika, beralih menatap Jeffrey di belakangnya.

Kedua tangannya itu mengulur. Menangkup pipi putih Jeffrey yang menatapnya kebingungan "Wah, Jeffrey fucking Gevandra Abraham. I never knew kamu bisa melek sampek jam segini, Sayang. What's wrong with you?"

"Ngga mungkin kan kamu bangun jam dua pagi cuma buat nonton sepak bola? It isn't like you, Baby" Ucap Rose dengan menekukan bibir, menatap melas Jeffrey

Sontak lelaki itu terkekeh pelan. Tanpa menyingkirkan kedua tangannya, Jeffrey malah mengusak rambutnya pelan "Kayaknya gara - gara kebanyakan tidur pas tadi siang. Sekarang aku jadi ngga bisa tidur. Makanya nih aku nonton bola"

"Mampus" Rose mengeluarkan senyum mengejeknya pada Jeffrey sejalan dengan tangan yang langsung aja Ia tarik dari pipi lelaki itu "Salah sendiri kan? Dari tadi molor mulu isinya. Baru juga bangun, udah tidur lagi"

"Mentang - mentang ngga ada tugas. Jadi milih molor seharian. Ati - ati pipi kamu ntar makin bengkak kalau molor mulu" Jari telunjuk Rose kini sontak menusuk - nusuk pipi putih Jeffrey "Liat aja nih udah mirip kayak bakpao"

"Ya kan tidur enak"

"Tumben ngga milih pacaran sama buku?"

"Kalau pacaran sama buku, ngga bisa pacaran sama kamu"

"Ya kalau lo-nya tidur, gimana cara gue pacarannya? Kocak"

"Kan aku tidurnya sambil meluk kamu" Ucap Jeffrey dengan nada ngga sukanya "Jangan pernah pake lo gue. Kamu tau sendiri kalau aku nggak pernah suka denger kamu bilang kayak gitu tadi ke aku"

BlissWhere stories live. Discover now