Queensland

353 13 0
                                    


2019

Sebenarnya jika menurut Jeffrey, mengerti cewek itu susah - susah gampang. Para gadis yang tidak ingin berterus terang itu, tidak sesulit itu untuk diketahui maksudnya. Kunci paling penting terdapat pada raut parasnya. Setidaknya, kini Jeffrey dapat berkira - kira ekspresi apa yang telah digeluti pacarnya kali ini.

Jeffrey—sosok yang tidak pintar untuk mengeluarkan ekspresinya—sedikit demi sedikit bisa belajar. Bahkan kini tak jarang meniru mimik yang tengah dipamerkan gadisnya. Lengkung bibir yang tampaknya dulu susah dilukisnya kini justru paling mudah dicetaknya. Begitu juga otot pipi yang tertarik memunculkan lubang mini turut memeriahkannya.

Padahal keduanya telah hampir setengah hari ada di jalanan. Rencana yang awalnya hendak menggunakan pesawat jet, mendadak berubah kala Rosenya berkata ingin menguji sport car mereka. Dan teringat Jeffrey melakukan semua ini semata - mata hanya untuk kekasihnya, cowok itu mengabulkan segala pinta sang gadis cuma - cuma.

Bahkan Rose hanya tertidur beberapa jam setelah semalam menggantikan dirinya mengemudi. Namun, kala kedua mata gadis itu membuka dan mengetahui jika keduanya telah berada di tujuan tiada perasaan lain yang dapat menandingi suatu euforia di sekeliling gadisnya. Tak sia - sia Jeffrey semalam mengalahkan egonya.

Pun Jeffrey juga tak bisa berbohong kalau sebenarnya menyembunyikan rasa takutnya. Kecepatan lebih dari semestinya–kendati Jeffrey percaya sekalipun kepada gadisnya–namun akal sehatnya tetap berkata hal itu membahayakan nyawanya. Untung sekali ganjarannya setidaknya setimpal. Semua stres yang menghantui si gadis, tak terdeteksi lagi adanya.

Sayangnya kesenangan si Jeffrey justru tak bertahan lama. Seulas senyum itu, mendadak jadi sebuah garis linier disaat bola mata Jeffrey terjatuh pada ruang "Two bedroom?" Dahi Jeffrey mengernyit, menyadari keberadaan dua pintu di dalam ruangan mereka. Pun belum jelas, tapi Jeffrey yakin akan analisa sel saraf otaknya benar adanya.

Terbukti ketika deheman Rose menyahutinya. Ia kian tak habis pikir, dan hanya terdiam menunggu Rose memberinya petunjuk akan kebingungannya "Soalnya tuh yang viewnya bagus ngadep ke laut cuma dua kamar sama suite. Awalnya bahkan aku mau pesen suite. Tapi ya.. cuma kita berdua kan, buat apa banyak - banyak"

Seketika semangat Jeffrey hilang entah kemana. Pun tak diutarakan, tapi paras datarnya kembali. Seakan - akan menunjukkan hal tak disukanya itu. Dan disaat Rose memberikan tambahan alasan, Jeffrey masih tak kunjung menunjukkan adanya perubahan "Kamar dua juga not bad tho. Biar aku ngga ke-distract, terus bisa fokus Ntar pas aku belajar kamu bisa di kamar lainnya

Sekalipun perkataan pacarnya masuk akal, tapi Jeffrey tetap tak menyembunyikan perasaannya. Dan tak ada satu halpun yang Jeffrey juga dapat lakukan selain menurut, serta membiarkan ceweknya itu lagi - lagi menjajah egonya.



🥀🥀🥀




"Sayang, ti—"

Kata - kata Jeffrey seakan ditelan malam. Kedua netra kristal itu terjebak pada panorama istimewa bagi laki - laki itu. Sebagaimana senyum Jeffrey merekah, juga langkah Jeffrey yang kian mendekat, Jeffrey masih tak mampu menyingkirkan hal indah tersebut menguasai dirinya.

Bagaimana Jeffrey tega tuk mengusir paras ayu damai sosok itu. Bahkan anak rambut yang menghalangi kini dengan hati - hati Jeffrey kembalikan pada tempatnya. Ntah sudah berapa kalinya Jeffrey meneriakan betapa cantiknya sang gadis, Jeffrey enggan untuk berhenti. Membiarkan sihir Rose berkehendak terhadap semua tindak tanduknya.

BlissWhere stories live. Discover now