Permintaan Ayah

7.3K 426 2
                                    

Dengan wajah murung dan langkah kaki lemah, Zakiyah memaksakan tubuhnya untuk bekerja. Erina seharian terus menatap sahabatnya itu bertanya tanya apa yang sebenarnya terjadi. Sampai akhirnya Erina menarik kursinya dan mendekati Zakiyah.

"Apa kamu tidak akan bercerita dengan ku?" Tanya Erina.

Zakiyah menatap Erina dengan tatapan murung dan kemudian memberanikan diri untuk membuka mulutnya.

"Apa yang kamu pikirkan jika Akhtar menikah dengan orang lain?" Tanya Zakiyah.

"Sial!!! " Teriak Erina yang kemudian langsung menutup mulutnya.

"Apa maksudmu menikah dengan orang lain? Itu tidak mungkin terjadi, Akhtar itu sudah Cinta mati dan tidak bisa lepas darimu." Bisik Erina.

"Tapi aku pikir kamu salah, aku rasa sesuatu yang selama ini aku takutkan akan benar benar terjadi. Aku mempertahankan seorang pria yang pada akhirnya tidak menjadi milikku." Jawab Zakiyah.

"Kiyah, kamu terlalu sering menonton drama. Hentikanlah menonton nya, lihatlah kamu bisa menjadi seperti ini." Ucap Erina.

"Sudahlah, aku benci membahas tentang ini. Ayo kita makan di restoran depan, aku akan mentraktir mu." Ucap Zakiyah.

"Yeahh!!! Aku menyukainya, aku berharap suasana hatimu terus seperti ini supaya aku bisa mendapatkan makan gratis terus." Jawab Erina.

"Ingin aku membunuhmu?" Ucap Zakiyah.

Mendengar itu Erina menutup mulutnya dan berjalan mengikuti Zakiyah keluar dari kantor.

Erina terus memeluk tangan Zakiyah dan menjahili Zakiyah untuk membuatnya tertawa dan terhibur. Setibanya di depan Apartemen mereka langsung mengentikan langkah kaki mereka saat melihat Akhtar dan Jihan yang berdiri didepan kantor. Jihan terlihat memeluk tangan Akhtar dan Akhtar berusaha menghindarinya agar tidak dilihat oleh orang orang, dan yang paling dikhawatirkan nya adalah dilihat oleh Zakiyah. Jihan meminta Akhtar menemani nya makan siang, dan Akhtar berani datang ke kantor Jihan karena biasanya Zakiyah akan makan di kantin kantor jika tidak pergi makan dengan Akhtar. Tapi, siapa sangka kalau Zakiyah hari ini akan keluar dan makan direstoran didepan kantor. Dengan cepat Erina menutup mata Zakiyah dengan tangan nya agar sahabatnya itu tidak melihatnya. Tapi Zakiyah menyingkirkan tangan Erina dan melangkahkan kakinya untuk tetap pergi ke restoran.

"Hei Zakiyah, Erina. Kemarilah." Teriak Jihan.

Melihat itu Akhtar langsung menghadap kearah lain agar Zakiyah tidak melihatnya, tapi sayangnya Zakiyah sudah tau itu semua. Dengan langkah berani, Zakiyah menarik tangan Erina dan berjalan menghampiri mereka.

"Aku akan mengenalkan kepada kalian tunangan ku, aku belum mengumumkannya secara resmi tapi aku akan memberitahu kalian dulu karena kalian sudah seperti teman  bagiku." Ucap Jihan.

Sementara itu Akhtar sudah terlihat menutupi wajahnya dengan tangan nya agar Zakiyah dan Erina tidak melihatnya. Tapi Jihan menarik tangan Akhtar dan memegang pipi Akhtar untuk menunjukkan wajah nya kepada Zakiyah dan Erina.

"Aku,, ak... "

"Ah begitukah? Selamat untuk kalian, aku berharap hubungan kalian lancar dan tidak ada yang disembunyikan satu sama lainnya. Karena hal yang paling menjijikan adalah berbohong hanya untuk mendapatkan keuntungan nya sendiri." Ucap Zakiyah memotong ucapan Akhtar.

"Tentu, ah benar. Ini kartu undangan pertunangan kami, pertunangan kami akan dilaksanakan minggu depan. Datanglah, aku sangat mengharapakan kehadiran kalian." Ucap Jihan.

Zakiyah hanya menatap kartu undangan itu dan tidak bereaksi sama sekali. Melihat Zakiyah yang seprti itu, Erina dengan cepat meraih dua kartu undangan dari tangan Jihan.

"Terima kasih Ibu, kami akan pergi dulu." Jawab Erina kemudian menarik tangan Zakiyah untuk pergi.

Setibanya di restoran, Erina memesan makanan untuknya dan untuk Zakiyah. Erina terus menatap Zakiyah yang terlihat sangat sedih dan kecewa. Sambil menunggu makanan tiba, Erina mencoba membawa Zakiyah berbicara namun hasilnya nihil. Tiba tiba Zakiyah mengambil Hp dari tasnya dan menelepon Zabdan.

"Halo, kenapa? Aku sedang di kelas." Jawab Zabdan dari balik teleponnya.

"Cepatlah kembali ke Apartemen dan bereskan semua barangmu. Pindahlah ke Apartemen kami dan aku akan berbicara kepada pemilik Apartemen untuk membiarkan mh tinggal di Apartemen ku menjelang aku mencarikan tempat tinggal baru untukmu." Ucap Zakiyah.

"Apa yang terjadi? Kenapa aku harus pindah? Apa kakak berantam dengan Akhtar?" Tanya Zabdan.

"Ikuti saja perkataanku bedebah!!! " Teriak Zakiyah kemudian menutup telepon nya.

Erina langsung menutup mulut Zakiyah untuk menghentikan nya. Zakiyah benar benar memiliki emosi yang buruk, dia akan menjerit dan melakukan hal yang diinginkan nya saat dia marah. Tiba tiba Zakiyah menangis dan darah mengalir dari hidungnya.

"Aaa, kamu mimisan." Ucap Erina sambil mengambilkan tisu dan membantu Zakiyah untuk menahan darah yang mengalir dari hidungnya.

"Sudah sudah jangan dipikirkan lagi, aku tau perasaan mu tapi kamu harus mementingkan kesehatan tubuhmu." Ucap Erina.

***

Setelah selesai menandatangani beberapa dokumen, Farzan kembali kerumah orang tuanya karena mendapat telepon dari Ibunya.

Seperti biasa, Farzan terlihat cuek dan melangkahkan kakinya masuk ke rumah orang tuanya. Ibu Fayza yang merupakan Ibu Farzan berlari saat melihat anak sulungnya itu tiba. Tante Fayza langsung membawa Farzan untuk duduk di ruang tamu dimana Ayahnya sudah menunggu disana. Setelah Farzan duduk, terlihat beberapa pelayan rumah sibuk berlarian untuk mempersiapkan makanan untuk Farzan.

"Kenapa memintaku pulang jam segini? Apa tidak bisa membicarakan nya saat aku pulang. " Ucap Farzan.

"Kamu itu terlalu sibuk bekerja dan sangat sulit menemuimu. Ayahmu ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu." Jawab Ibu.

"Farzan, Ayah beberapa hari yang lalu Ayah menghadiri sebuah pertemuan dengan beberapa kerabat dan sahabat Ayah. Kamu taukan mereka adalah orang orang penting yang juga bekerja sama dengan perusahaan kita, jadi apapun yang mereka katakan itu untuk kebaikan perusahaan." Ucap Ayah.

Farzan hanya diam dan menarik gelas berisikan jus jeruk yang ada dihadapan nya.

"Mereka mengatakan kamu benar benar seorang pengusaha yang hebat dan handal, kamu sangat membawa banyak keuntungan. Tapi, bagaimana pun usia akan terus bertambah dan tentunya stamina tubuh mu tidak akan terus seperti sekarang." Ucap Ayah.

"Lalu apa yang mereka inginkan." Tanya Farzan.

"Menikahlah." Ucap Ayah.

Dengan cepat Farzan langsung menatap Ayahnya setelah mendengar itu. Sedangkan Aqlan yang duduk disamping Ibunya langsung terbatuk setelah meminum jus mangga.

"Menikah? Dia? Ayah, kumohon jangan lakukan itu. Apa Ayah akan membiarkan seorang gadis menyianyiakan hidupnya untuk seorang prisa seprtinya? Dia benar benar berkarakter buruk, aku tidak yakin akan ada yang tahan dengan nya." Ucap Aqlan.

Mendengar itu Farzan langsung menatap tajam ke arah Aqlan dan itu tentunya membuat nyali Aqlan menciut.

"Usiamu sudah 28 tahun sudah waktunya bagimu memikirkan pernikahan. Bagaimana pun kamu membutuhkan seseorang untuk meneruskan perusahaan. Adikmu ini benar benar tidak bisa diandalkan, dia hanya mementingkan hoby nya dan tidak pernah tertarik dengan perusahaan." Ucap Ayah.

"Bagaimana jika aku tidak mau? Kenapa mereka harus mengatur kehidupan pribadi ku." Ucap Farzan.

Traces Of Marriage(END)Where stories live. Discover now