Usaha

6.8K 357 11
                                    

Farzan berjalan mengambil kotak obat dan duduk dihadapan Zakiyah, Farzan menarik tangan Zakiyah dengan pelan agar Zakiyah tidak kesakitan. Awalnya Zakiyah menarik tangannya saat Farzan memegangnya dan ingin mengobatinya, namun Zakiyah hanya bisa pasrah setelah melihat tatapan tajam Farzan.

Farzan mengoleskan dengan pelan obat luka ke pergelangan tangan Zakiyah, sesekali Farzan melirik Zakiyah untuk melihat apakah gadis itu merasa kesakitan saat diobati. Namun, Zakiyah dapat menahan nya dan tidak mengatakan sakit sedikit pun, entah karena memang dia kuat menahan nya atau karena takut melihat Farzan.

"Kenapa tidak memberikan nya padaku?" Tanya Farzan sambil membereskan kotak obat.

"Hmm?" Ucap Zakiyah kebingungan.

"Sup buah nya, kenapa tidak memberikan nya padaku?" Tanya Farzan sambil menatap Zakiyah.

"Aah, aku hanya merasa tidak enak kalau membawanya kepadamu disaat Khansa juga membawa sup buah untukmu. Karena itu, aku pikir lebih baik kamu memakan sup buah dari Khansa." Jawab Zakiyah.

"Dia hanya membelinya dan kamu membuatnya, seharusnya dia yang merasa tidak enak dengan mu yang sudah berusaha. Aku tidak tahu bagiamana jalan pikiranmu." Ucap Farzan kesal kemudian berjalan menuju lemari obat untuk meletakkan kembali kotak obat.

Zakiyah merasa tidak enak dan tahu kesalahan nya, karena itu Zakiyah hanya diam dan tidak mengatakan apapun lagi untuk membela dirinya.

Disaat Zakiyah sedang duduk diatas kasur, Farzan berjalan menaiki kasur dan berbaring disamping Zakiyah. Zakiyah merasa tidak enak dan perlahan turun dari kasur, Farzan tidak melakukan gerakan apapun dan hanya tertidur diatas kasur.

Zakiyah turun dari kamar dan berjalan menuju dapur untuk melihat apakah masih ada bahan bahan yang bisa digunakan untuk membuat sup buah. Untungnya persediaan nya masih banyak dan Zakiyah berusaha keras untuk menbuat kembali sup buah untuk Farzan walaupun harus menahan sakit di pergelangan tangan nya.

Ibu yang baru keluar dari kamar langsung berlari menghampiri Zakiyah saat melihat gadis itu bermain dengan pisau.

"Apa yang kamu lakukan? Kamu sedang terluka, tidak usah melakukan pekerjaan apapun." Ucap Ibu.

"Tidak Bu, aku tidak apa apa. Aku hanya ingin membuat sup buah untuk Farzan, tidak masalah karena tidak terlalu berat." Jawab Zakiyah.

"Ibu akan minta Bibi Vardah untuk membantumu."

"Tidak Bu, Bibi Vardah baru saja keluar untuk membeli perlengkapan dapur. Sudahlah Bu aku tidak apa apa, jika terasa sangat sakit aku akan berhenti kok, Ibu jangan khawatir." Ucap Zakiyah.

"Kalau begitu Ibu saja yang membantumu."

"Ibu... " Rengek Zakiyah.

Ibu tidak bisa memaksa Zakiyah dan akhirnya pergi meninggalkan gadis itu sendirian.

***

Setelah selesai dengan urusan dikampus dan sudah membuat janji dengan Zabdan, Aqlan dan Ayesha sudah menunggu disebuah cafe yang ada di pinggir kota. Ayesha terlihat bersemangat dan tidak sabar untuk menunggu kedatangan Zabdan. Aqlan terus memperhatikan gadis yang ada di hadapan nya itu dan hanya bisa tersenyum diam diam.

Saat mereka sedang menikmati jus di cafe, tiba tiba Aydan datang ke cafe untuk bersantai. Tentunya, setelah melihat Aqlan, Aydan langsung berjalan menghampiri adik sahabatnya itu. Aydan menarik kursi yang ada disamping Aqlan dan menatap gadis yang ada di hadapan Aqlan itu.

"Apa dia pacarmu?" Tanya Aydan.

Aqlan spontan langsung mengggeleng.

"Kami hanya berteman, kebetulan kami berteman karena Aqlan dan Zabdan saling kenal." Sahut Ayesha.

"Ooh, Zabdan adik Zakiyah?" Tanya Aydan.

"Benar." Jawab Ayesha sambil tersenyum.

Aydan kemudian mendekat ke arah Aqlan dan mulai membisikkan sesuatu.

"Dia gadis kecil yang cantik dan manis, aku yakin Ibumu akan setuju jika kamu dengan nya." Bisik Aydan di telinga Aqlan.

"Pergilah!! " Ucap Aqlan sambil mendorong Aydan untuk menjauh.

Aydan kemudian pergi duduk di kursi yang ada di tepi cafe, tempat yang sangat disukai Aydan karena dia bisa menikmati langsung udara segar dari pepohonan yang ada disekitar cafe.

Tidak lama menunggu, akhirnya Zabdan tiba ke cafe. Ayesha sudah tersenyum dengan sangat manis saat melihat Zabdan datang, namun senyum itu akhirnya pudar setelah melihat gadis yang datang bersama Zabdan. Zabdan terlihat bahagia dan terus berbincang dengan gadis itu disepanjang perjalanan, gadis itu adalah gadis yang menemui Zabdan di ruangan tadi ketika mereka melihatnya.

"Hei, maaf aku terlambat." Ucap Zabdan.

"Tidak apa apa, duduklah." Jawab Ayesha.

Zabdan kemudian menarik kursi yang ada di samping Ayesha untuk gadis itu dan Zabdan duduk di samping Aqlan. Dari kejauhan, Aydan dapat memperhatikan apa yang dilakukan Aqlan, namun Aqlan tidak memperdulikan Aydan dan bahkan tidak meliriknya sedikit pun.

"Perkenalkan, dia Kaysha manager tim basket kami." Ucap Zabdan.

"Halo, aku Kaysha, aku harap kita bisa saling mengenal." Ucap Kaysha.

"Tentu, kamu berada di jurusan apa dan semester berapa? " Tanya Ayesha.

"Aku mengambil jurusan managemen dan sekarang berada di semester 3." Jawab Kaysha.

"Kita berada di tahun yang sama ternyata." Ucap Ayesha sambil tersenyum.

Zabdan terlihat sangat memperhatikan Kaysha tidak seperti kepada wanita lainnya, Zabdan bahkan tidak memperdulikan Ayesha yang ada disana. Padahal, sebelum dekat dengan Kaysha, Zabdan sangat peduli dengan Ayesha dan akan memberikan makanan apapun yang dimilikinya untuk Ayesha. Namun sekarang berbeda, Ayesha hanya bisa melirik dan menyaksikan apa yang dilakukan Zabdan kepada gadis itu dengan hati yang pedih. Sementara Aqlan terus memperhatikan Ayesha dan tahu kalau gadis yang ada dihadapan nya itu sedang menahan luka di hatinya.

"Apa kalian berpacaran?" Tanya Aqlan tiba tiba kepada Zabdan.

"Haha apa yang kamu katakan, kamu sangat jarang berbicara dan sekali berbicara kamu langsung mengatakan hal yang berbahaya." Jawab Zabdan.

Sementara Kaysha terlihat tersenyum malu malu setelah mendengar ucapan Aqlan, hal itu tentu membuat Aqlan menjadi semakin muak.

"Katakan saja, jika kalian berpacaran. Aku hanya ingin mengetahui nya, karena sepertinya sedari tadi kalian saling memperhatikan dan peduli satu sama lain." Ucap Aqlan.

"Ayolah Aqlan, jangan begitu. Kami hanya berteman, kamu bisa membuat Kaysha tidak enak, benarkan Kaysha?" Ucap Zabdan.

"Tidak masalah, Aqlan terlihat sangat manis walaupun dia pendiam, aku yakin banyak wanita menyukai pria sepertinya." Jawab Kaysha.

"Benarkah? Lalu bagaimana denganmu? Apa kamu juga menyukaiku?" Ucap Aqlan tanpa ekspresi.

Semuanya kemudian menatap Aqlan dengan terkejut, terutama Kaysha yang menjadi sasaran Aqlan.

"Apa begini caramu merayunya? Haha, aku rasa cara itu terlalu murahan, cobalah untuk belajar menggoda lelaki dengan lebih baik. Ah, satu lagi, berhenti tersenyum genit kepada Zabdan, aku membenci wanita yang seperti itu." Ucap Aqlan kemudian menarik tas nya yang ada diatas meja dan pergi dari cafe.

"Aqlan? Aqlan!! " Teriak Ayesha untuk menghentikan Aqlan.

"Aku akan mengejarnya, tunggu disini." Ucap Zabdan kemudian berlari mengejar Aqlan yang sudah pergi dari cafe.

Traces Of Marriage(END)Where stories live. Discover now