Datang

6.3K 368 5
                                    

Melihat pandangan yang tidak enak antara Zakiyah dan Farzan membuat Bibi bingung.

"Kiyah, kamu tidak boleh mengatakan hal seperti itu. Dia itu pelanggan Bibi dan sering menginap disini." Ucap Bibi.

"Bi, bisakah Bibi tidak menerima lelaki ini? Aku terlalu membencinya." Jawab Zakiyah.

Mendengar itu benar benar membuat Farzan emosi dan berdiri untuk menghampiri Zakiyah. Farzan menarik tangan Zakiyah dan membawanya keluar dari ruangan itu. Farzan tidak memperdulikan Bibi yang terlihat ingin melarang nya membawa Zakiyah. Zabdan yang masih berdiri diluar ruangan kebingungan melihat Kakaknya dibawa oleh pria itu.

Farzan menarik tangan Zakiyah dan membawanya ke belakang restoran.

"Apa kamu tidak bisa menjaga mulutmu? Kamu pikir aku menyukaimu? Aku sudah membenci mu dari awal bertemu dan jangan bertingkah seolah olah hanya kamu yang tidak menyukaiku." Ucap Farzan.

"Benarkah? Lalu bagaimana kamu akan menjelaskan tentang orang tuamu yang menjodohkan kita?" Ucap Zakiyah dengan mimik wajah yang tidak suka.

"Bukankah mereka sudah mengatakan kalau itu perjanjian antara orang tua kita?" Jawab Farzan.

"Kamu harus menghentikan nya, aku tidak perduli ini perjanjian atau bukan, aku hanya tidak menikah dengan lelaki seperti mu." Ucap Zakiyah yang mulai panik.

"Hah, berkacalah! Aku juga tidak sudi menikah denganmu. Cari cara untuk membatalkan ini semua." Ucap Farzan kemudian berjalan pergi meninggalkan Zakiyah.

Zakiyah benar benar marah mendengar ucapan Farzan dan menendang kaki nya kesembarang arah untuk melampiaskan emosi nya.

Farzan kembali masuk ke dalam ruangan dan terlihat masih ada Bibi disana.

"Apa kalian saling mengenal?" Tanya Bibi.

"Ah tidak, kami hanya kebetulan bertemu karena sesuatu yang tidak diinginkan." Jawab Farzan sambil meminum segelas teh dihadapannya.

"Ah begitukah, dia adalah keponakan yang Bibi ceritakan, gadis yang ingin sekali kamu nikahi." Ucap Bibi sambil tersenyum.

Mendengar itu Farzan langsung menyemburkan air teh yang ada di dalam mulutnya.

Bibi langsung membantu Farzan dan membersihkan pakaian Farzan yang terkena puncratan air teh.

"Apa kamu tidak apa apa? Kamu harus berhati hati." Ucap Bibi sambil membantu Farzan membersihkan pakaian nya.

"Sial, kenapa aku harus mengatakan hal seperti itu dulu tanpa mengetahui siapa orangnya."
Gumam Farzan dalam hati.

Setelah selesai makan siang dan berbincang bincang dengan Bibi, Farzan meminta izin untuk kembali kekota. Farzan sengaja pergi disaat Zakiyah sedang tidak ada di restoran karena dia benar benar tidak ingin melihat gadis itu.

Tapi, siapa yang mengira disaat Farzan baru saja berjalan mendekati mobilnya, kedua orang tua dan adik nya sudah berada di hadapan nya.

"Farzan? Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Ayah.

"Apa mungkin kamu sudah mengenal Bibi Afrah? Ibu tidak menyangka kalau kamu bisa sangat sopat begini kepada keluarga calon istrimu." Ucap Ibu.

"Dia mungkin membujuk keluarga calon Istrinya, agar sifat buruknya tidak kelihatan." Ucap Aqlan.

Farzan langsung menendang Aqlan setelah mendengar ucapan yang keluar dari mulut Adiknya itu.

Ibu langsung menarik tangan Farzan dan membawanya masuk ke dalam rumah Bibi Afrah.

"Bu, aku sudah menginap disini, aku akan kembali saja ya." Ucap Farzan.

"Kamu menginap? Kenapa kamu tidak memberitahu Ibu? Dengan begitu kita bisa menginap bersama." Jawab Ibu kemudian menarik paksa tangan Farzan untuk masuk ke dalam rumah Bibi Afrah.

Tentunya Bibi Afrah kebingungan saat melihat Farzan kembali masuk.

"Fayza, kenapa tidak memberitahu ku kalau kamu akan datang hari ini?" Tanya Bibi Afrah.

"Ah aku tidak sempat memberitahumu karena terlalu bersemangat ingin membicarakan pernikahan anak kita." Jawab Ibu.

"Dia putra kami, yang akan kami nikahkan dengan keponakan mu." Ucap Ayah.

"Farzan?" Tanya Bibi kebingungan.

Farzan hanya diam dan tidak ingin mengatakan apapun. Dia sudah sangat kesal dibuat orang tuanya setelah pemberitahuan tiba tiba semalam yang tanpa persetujuan darinya, dan sekarang orang tuanya datang untuk merundingkan pernikahan mereka.

"Kamu mengenalnya? " Tanya Ibu.

"Iya, dia sering menginap disini karena menyukai masakanku. Hampir setiap akhir bulan dia akan datang kesini." Jawab Bibi Afrah.

"Wah baguslah kalau begitu, Bagus sekali jika kalian sudah saling mengenal. Karena dengan begitu kita tidak perlu saling menyesuaikan diri lagi." Ucap Ayah.

Bibi Afrah mempersilahkan Ibu Fayza, Ayah Rafan, Farzan dan juga Aqlan untuk duduk. Kemudian Bibi kembali ke dapur untuk menyiapkan beberapa minuman dan makanan. Karena Zakiyah pergi ke pasar untuk membeli beberapa bahan dapur, Bibi meminta Zabdan untuk membantunya membawa makanan kepada tamu kehormatan nya itu.

"Dia adalah Adik Zakiyah, dia juga tinggal di kota bersama Zakiyah karena kuliah." Ucap Bibi.

"Benarkah? Dimana kamu berkuliah? Jurusan apa yang kamu ambil?" Tanya Ibu.

"Aku berkuliah di Universitas XXX dan mengambil jurusan arsitektur." Jawab Zabdan.

"Aah kamu anak yang cerdas. Si idiot ini juga berkuliah disana dan mengambil jurusan fotografi." Ucap Ibu sambil mendorong kepala Aqlan.

Aqlan tidak merespon, namun tatapan mata nya seakan bisa membunuh siapa pun yang menatapnya.

Tidak lama mereka berbincang bincang, Paman Hanif datang dengan membawa sebuah mobil truk. Bini segera keluar dan membantu suami nya itu membawa barang bawaan nya. Paman Hanif kemudian disambut hangat oleh orang tua Farzan, mereka benar benar terlihat akrab seperti keluarga.

Mereka kemudian berbincang bincang dan membicarakan hal mengenai pernikahan antara Farzan dan Zakiyah.

Melihat Farzan yang terus menerus diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun, membuat Aqlan berinisiatif untuk menggodanya.

"Tapi apa kak Zakiyah tidak masalah menikah dengan Kak Farzan?" Tanya Aqlan.

Semua orang terdiam mendengar ucapan itu dan menatap Aqlan dengan tatapan aneh. Tentunya tatapan Farzan yang paling mematikan dianatara mereka semua.

"Maksudku, karakter kakak ku sangat baik, kak Zakiyah pasti beruntung." Lanjut Aqlan setelah melihat tatapan Farzan kepadanya.

Tatapan Farzan itu membuat Aqlan mengurungkan niatnya yang ingin menggoda kakaknya itu.

Namun setelah berbincang mereka mulai menunggu kehadiran Zakiyah yang tidak kunjung datang.

"Bibi, aku akan meletakkan barangnya di dapur." Teriak Zakiyah dari luar rumah yang bisa terdengar sampai ke dalam rumah.

"Dia sudah pulang." Ucap Bibi kepada orang tua Farzan sambil berdiri dan ingin menghampiri Zakiyah.

Bibi Afrah berlari keluar rumah dan menarik tangan Zakiyah untuk masuk ke dalam rumah. Zakiyah yang kebingungan dan tidak tau apa apa hanya bisa mengikuti langkah Bibi nya itu dan masuk ke dalam rumah. Namun, baru saja sampai di ambang pintu, Zakiyah langsung memegang pinggiran pintu setelah melihat siapa yang ada di dalam rumah. Zakiyah seakan akan trauma saat melihat wajah kedua orang tua Farzan, dia sangat ketakutan sampai tidak ingin menemui mereka lagi. Zakiyah berusaha ingin lari dari rumah itu tapi Bibi dengan kuatnya menarik tangan Zakiyah dan melepaskan tangan nya dari pinggiran pintu.

Zakiyah benar benar ingin menangis saat berhadapan dengan orang tua Farzan, Zakiyah sampai mngerutkan kedua alisnya karena merasa takut. Melihat ekspresi wajah Zakiyah yang seperti itu membuat Farzan tersenyum miring tanpa disadarinya.

Traces Of Marriage(END)Where stories live. Discover now