Mengalah

6.4K 376 4
                                    

Ibu Fayza langsung menarik tangan Zakiyah dan membiarkan nya duduk di sampingnya. awalnya Ibu Fayza meminta Zakiyah untuk duduk di samping Farzan, namun karena keduanya menolak Ibu Fayza hanya bisa membiarkan Zakiyah duduk disampingnya dengan aman. Kedua keluarga itu kemudian berbincang bincang tentang banyak hal, terlihat dari raut wajah Zakiyah, dia sudah mulai merasa bosan dan ingin sekali pergi dari tempat itu. Sementara Farzan yang duduk di hadapan nya terus memperhatikan gerak gerik Zakiyah dan terus menatap gadis itu tanpa gadis itu sadari.

Hingga saat nya tiba tiba mereka membicarakan kembali tentang pernikahan Zakiyah dan Farzan yang membuat raut wajah keduanya menjadi berubah menjadi tidak suka.

"Lalu kapan kita akan menetapkan pertunangan mereka?" Tanya Ibu Fayza.

"Itu tergantung kepada anak anak saja." Jawab Paman Hanif.

Dalam hati, ingin sekali Zakiyah menangis saat mendengar jawaban Paman nya itu. Andai memang tergantung kepada anak anak, maka Zakiyah akan lebih memilih untuk tidak menikah dengan pria yang sangat dibenci nya itu.

"Bagaimana? Kalian ingin mengadakan nya kapan?" Tanya Ibu Fayza kepada Zakiyah dan Farzan.

Namun keduanya tetap diam tanpa menjawab sepatah kata pun. Akhirnya Ibu Fayza menarik tangan Farzan untuk keluar dari rumah itu dan berbicara di belakang rumah. Sementara Zakiyah juga ditarik oleh Bibi Afrah dan dibawa berbicara di dalam kamar Zakiyah.

"Tidak bisakah kamu berfikir jernih? Ini sebuah pernikahan yang sudah dijanjikan, sekali pun bukan karena tuntutan perusahaan, kamu juga harus tetap menikah dengan nya suatu saat nanti." Ucap Ibu Fayza.

"Ibu, aku bisa menikah dengan yang lain tapi tidak dengan dia." Jawab Farzan.

"Kenapa? Apa masalah nya dengan dia? Dia cantik dan lucu, dilihat dari fisik dia sudah dangat pas dengan mu, bahkan kecantikan nya mengalahkan kecantikan Khansa yang selama ini mengejarmu itu."

"Ibu dia masih kecil dan polos, dia tidak pantas untukkumaku tidak ingin menikahi anak kecil." Jawab Farzan.

Mendengar itu, Ibu Fayza langsung memukul kepala Farzan sampai membuat Farzan kesakitan.

"Masih kecil kamu bilang? Ibu lihat otakmu bahkan lebih dangkal dari nya. Ibu tidak mau terima, jika kamu tidak menikah dengan nya jangan pernah kembali kerumah lagi dan jangan panggil aku ini Ibumu." Ucap Ibu Fayza sambil berjalan pergi pergi meninggalkan Farzan.

"Bu, ini namnya pemaksaan. Ibu, Ibu.... " Ucap Farzan yang kemudian mengacak rambutnya karena pusing melihat tingkah Ibunya.

Sementara didalam kamar, Bibi Afrah memegang tangan Zakiyah dengan wajah yang memelas.

"Bi, kumohon jangan membuat wajah seperti itu. Itu tidak akan mempan untuk merayuku." Ucap Zakiyah.

"Bibi tidak tau harus mengatakan bagaimana lagi denganmu, tapi Bibi mohon menikahlah dengan nya. Bibi hanya ingin mewujudkan amanah terkahir orang tuamu, tidak bisakah kamu membantu Bibi untuk membayar hutang Bibi?" Ucap Bibi.

"Bi, tapi ini pernikahan. Ini awal dari kehidupan baru yang akan aku tempuh, ini bukan seperti pacaran. Aku juga tidak mempercayai pria lagi, mereka hanya akan melakukan semuanya sesuka hati mereka." Jawab Zakiyah.

"Kenapa? Kenapa kamu menyamakan Farzan dengan Akhtar? Jangan pikir Bibi tidak tau ya, Bibi sudah mendengar semua nya dari Erina kalau dia bertunangan dengan gadis kaya. Huh, mana yang dulu katanya akan membangun kehidupan baru dengan mu." Ucap Bibi.

"Aah bocah tengil itu benar benar tidak bisa dipercaya, dia mengatakan kalau dia akan menutup mulutnya dan ternyata mengadukan semua ini." Gumam Zakiyah.

"Kiyah, kamu tau bukan kehidupan kita sulit dulu. Apa kamu tau siapa yang membiayai kuliahmu? Kamu pikir dimana Bibi dan Paman mu bisa mendapatkan uang untuk memasukkan mu ke Universitas Bagus sedangkan saat itu Zabdan juga masuk SMP. Semua itu dilakukan oleh orang tua Farzan. dia mengirim uang kepada Bibi dan meminta kami untuk tutup mulut, dia sudah lama memperhatikan mu, namun dia memang tidak pernah bertemu dengan mu dan hanya mengetahui namamu saja. dia sudah seperti orang tuamu yang sudah membiayai mu selama ini." Ucap Bibi.

Mendengar itu benar benar membuat Zakiyah terkejut dan tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Kenapa Bibi menerimanya? Seharusnya Bibi menolaknya saja dan aku tidak akan menikah dengan pria itu dan kita tidak akan memiliki hutang budi seperti ini. Apa Bibi tau bagaimana pria itu? Dia sombong, keras, kasar, pemain wanita, dan yang terpenting, dia akan menghancurkan siapa pun yang mengganggunya. Aku bahkan pernah mendengar bahwa dia menghancurkan kehidupan seorang pengusaha yang tadi nya sukses menjadi tidak memiliki pekerjaan apapun, dia menarik semua harta benda nya dan membiarkan keluarga itu melarat sampai sekarang menjadi gelandangan." Ucap Zakiyah yang sudah menangis.

"Bagaimana Bibi tidak menerima nya saat melihat kamu yang terus berhiat siang malam untuk masuk Universitas dan menceritakan banyak hal tentang keinginan mu. Bibi merelakan semuanya untuk kebahagian kamu dan Zabdan. Kamu hanya perlu menikah dengan nya, Bibi yakin keluarganya akan menyayangi mu. Jika nanti Farzan memperlakukan kamu dengan buruk, kamu bisa memberitahu Bibi. Bibi akan mengumpulkan uang dan membayar kembali uang yang diberikan orang tuanya, sampai Bibi bisa mengumpulkan uang itu, Bibi mohon kepadamu bertahanlah. Kamu bisa pergi dari nya setelah kita membayar hutang ini." Ucap Bibi.

Mendengar itu Zakiyah menangis dengan sejadi jadinya dan akhirnya memeluk Bibi nya.

"Aku akan mencari pekerjaan dan mengumpulkan uang untuk membayarnya kembali. Jadi Bibi jangan memikirkan hal ini dan fokus saja pada kesehatan Bibi, Bibi harus membeli apapun yang Bibi inginkan." Ucap Zakiyah sambil menangis.

"Iya sayang, jangan menangis." Jawab Bibi yang sudah ikut menangis sambil memeluk Zakiyah.

Mereka kemudian kembali berkumpul di ruang tamu dan menikmati makan siang. Karena Zakiyah dan Farzan yang sekarang duduk berdampingan terlihat sudah tidak memiliki perlawanan, mereka mulai membicarakan kepastian tanggan pertunangan mereka.

"Jadi kapan kita akan mengadakan pertunangan nya?" Tanya Ayah Rafan.

"Lebih cepat lebih baik." Jawab Bibi.

"Bagaimana dengan sebulan lagi? Aku rasa waktu sebulan itu sudah cukup bagi anak anak untuk mempersiapkan diri." Ucap Ayah Rafan.

"Tentu, setelah mereka menikah nanti Zakiyah bisa tinggal dirumah kami." Ucap Ibu Fayza dengan semangat.

"Ah tidak bisakah aku tinggal di Apartemen ku? Karena aku juga harus mengurus Zabdan." Ucap Zakiyah sambil tersenyum terpaksa.

"Apa maksudmu? Zabdan tentu akan ikut tinggal dirumah kita. Zabdan akan pergi kuliah bersama dengan Aqlan nanti." Ucap Ibu Fayza.

Kemudian mereka sibuk membicarakan tentang hal hal yang perlu disiapkan untuk pesta pertunangan itu. Disaat keadaan seperti itu, Farzan mendekat ke arah Zakiyah dan berbisik.

"Kupikir kamu akan menolak pernikahan ini sampai mati matian, tapi tidak disangka kamu juga ikut memikirkan tempat tinggal setelah pernikahan." Bisik Farzan.

"Tidak bisakah kamu diam? Aku sudah sangat membenci mu." Jawab Zakiyah yang ikut berbisik.

Traces Of Marriage(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang