Chapter 201 : Merobek Teratai Putih

337 57 0
                                    

(T/N : Teratai putih, sebutan yang lumayan terkenal dalam pernovelan Tiongkok untuk seseorang yang berhati suci, murni, super baik deh intinya. Tetapi, seiring berjalannya dunia pernovelan Tiongkok, sebutan teratai putih cenderung bermakna menyindir orang dan berkonotasi negatif—biasanya sih cewe ya, yang di depan sok-sok baik dan serba polos, padahal dalemnya macem nangka busuk gitu deh.)

Su Xi-er tidak memberikan Ning An Lian kesempatan untuk bicara, memandang fokus orang lainnya dengan tatapan ganas selagi ia menghampirinya. Tatapannya gelap dan tidak berujung, menanamkan rasa takut yang tak tergambarkan ke dalam mereka yang menyaksikannya.

Dayang istana itu sudah mundur ke samping karena takut oleh aura Su Xi-er, kakinya gemetaran sementara ia mencoba menopang dirinya sendiri. Mengapa wanita ini menatap Putri Pertama dengan gaya semacam ini? Apakah ia memiliki dendam terhadapnya?

Su Xi-er memasang roman muka yang tersenyum, sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman, dan matanya melengkung seperti bulan sabit. "Putri Pertama, apa Anda merasa sangat marah? Anda bilang kalau aku sengaja merencanakan untuk mengambil tempatmu dalam tarian itu, tetapi ingat ini: satu-satunya alasan aku ada di sini adalah karena Pangeran Yun memohon padaku. Biarpun demikian, Anda memanggilku seorang wanita penggoda, bukannya berterima kasih."

Sesudah mengatakan itu, tiba-tiba saja Su Xi-er mengangkat tangannya dan menggenggam tangan Ning An Lian. Orang itu mulai meronta bahkan sebelum Su Xi-er mengerahkan tenaga. "Apa yang sedang kau lakukan? Beraninya seorang dayang rendahan mencoba bersikap arogan di depan bangsawan seperti Putri ini!"

"Bukankah Anda memanggilku seorang penggoda? Aku akan perlihatkan pada Andad, apa itu penggoda yang sesungguhnya." Su Xi-er tersenyum, tetapi tatapannya dingin dan kejam. Dayang istana di samping begitu terguncang hingga ia lupa untuk maju menyelamatkan Ning An Lian, hanya menyaksikannya ditaklukkan oleh Su Xi-er.

Kedengkian tampak jelas di mata Ning An Lian. Jika pergelangan kakiku tidak cedera, aku tidak akan ditaklukkan semudah itu. "Kau, lepaskan Putri ini!"

"Aku sudah sering mendengar pernyataan ini. Aku akan melepaskan Anda sebentar lagi." Senyuman licik tampak di wajah Su Xi-er, dan ia memutar pergelangan tangannya sementara mengerahkan tenaga.

Krek. Ning An Lian pun menjerit melengking.

Di saat ini, perayaan di atriumnya sudah memasuki klimaks lainnya, dengan suara instrumen dari alat musik gesek dan kayu yang mengalir memasuki telinga para tamu. Gema membanjir dari musik ini berlaku sebagai latar belakang dari pekikan Ning An Lian.

Ning An Lian hanya bisa merasa bahwa tangannya tak bertenaga, dan bahwa pergelangan tangannya mendadak sakit sekali hingga ia hanya bisa meringkuk di tanah saat Su Xi-er melepaskannya.

Tindakan berlutut ini kebetulan menambah tekanan di pergelangan kakinya, mengirimkan rasa sakit lainnya di kakinya sementara ia menarik napas tajam, keringat dingin mendadak menutupi keningnya.

"Ini baru pantas disebut sebagai seorang penggoda, tidakkah Anda pikir begitu, Putri Pertama?" Su Xi-er berjongkok, matanya menatap lurus ke arah Ning An Lian selagi ia mengucapkan kata-katanya dengan tenang.

"Kau .... Putri ini tidak akan melepaskanmu." Ning An Lian menahan rasa sakitnya dan bersumpah melalui gertakan giginya.

"Anda ingin memberiku pelajaran? Mari bicarakan soal itu setelah pergelangan tangan dan kaki Anda sembuh." Setelah mengatakan itu, tiba-tiba saja Su Xi-er mencondongkan diri mendekati telinga Ning An Lian dan membisikkan beberapa kata.

Ekspresi Ning An Lian berubah beberapa kali, dari keheranan, ngeri, kemudian kebingungan yang tak terbayangkan.

Bagaimana, bagaimana bisa ia mengetahuinya! Hanya aku, Yun Ruo Feng, dan Tabib Kekaisaran Fang yang mengetahui ini .... Tidak. Masih ada orang lain, dan itu mungkin Ning Lian Chen.

Consort of A Thousand Faces 2 [Terjemahan Indonesia]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu