Chapter 258 : Menunggu

259 45 0
                                    

Pei Qian Hao duduk di bangku utama di rumah pos dengan seteko teh di atas meja. Tadinya, ia ingin minum anggur, tetapi tiba-tiba saja teringat kata-kata Su Xi-er. "Pangeran Hao, jangan minum terlalu banyak."

Sebagai hasilnya, ia pun terjebak dalam minum teh. Su Xi-er akan kembali pukul lima sore hari ini, batas waktu yang kuberikan padanya.

Menyadari aura membekukan di sekeliling Pangeran Hao, para pengawal pun undur diri dari aula utama, tidak berani membuat suara sedikit pun; tiba-tiba saja, rumah posnya jadi sangat senyap.

Pei Qian Hao tetap di tempat duduknya, mengutak-atik cangkir tehnya dan mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja. Lebih dari apa pun, ia sedang memerhatikan pintu masuk aula utama.

Tetapi, biarpun ketika pengawal datang untuk mengantarkan makanannya pukul lima sore, Su Xi-er masih belum menunjukkan dirinya.

Wanita ini benar-benar lancang sekali, terlambat. Mungkin, ia menjalani kehidupan yang santai di luar sana hingga ia telah melupakan tentang diriku.

Tepat saat ini, seorang pengawal berjalan masuk ke aula utama bersama sepucuk surat dan membungkuk dengan hormat. "Pangeran Hao, surat merpati pos Komandan Wu."

Pei Qian Hao mengambil surat itu dan membacanya sepintas. Wu Ling menyebutkan bahwa Tuan Pei dan Ibu Suri telah menghalangi percobaannya untuk menangkap Pei Yong. Ia berharap agar Pangeran Hao akan cepat-cepat kembali ke Bei Min demi mengatasi situasi ini.

Pei Qian Hao melipat surat itu dan menginstruksikan si pengawal yang berdiri di sisinya. "Bakar."

Pengawal itu mengambil suratnya dan bertanya dengan hati-hati, "Pangeran Hao, dengan berakhirnya perjamuan kerajaan Nan Zhao, apakah kita kembali ke Bei Min hari ini?"

Suara Pei Qian Hao tenang. "Su Xi-er belum kembali." Ia melirik ke pintu masuk aula utama. Aku akan berikan tambahan waktu satu jam. Jika ia masih belum kembali saat itu, ia siap untuk dipukuli!

Si pengawal mengamati ekspresi Pangeran Hao dengan cermat sebelum merenungi kata-katanya. Kami masih belum bisa kembali ke Bei Min karena Su Xi-er belum kembali. Berani sekali dia, dari semua orang, membuat Pangeran Hao menunggunya. Kemana perginya dia?

Tidak berani menyuarakan ini dengan lantang, si pengawal pun buru-buru membawa surat itu dan keluar dari aula, bersiap untuk membakar surat itu seperti yang diperintahkan. Tepat saat ia melangkah ke luar, ia melihat salah satu rekannya sedang masuk dengan jejak yang mendesak di sekelilingnya.

Setelah pengawal lainnya masuk, ia pun membungkuk dan melaporkan, "Pangeran Hao, Putri Pertama Kekaisaran tidak sadarkan diri. Berdasarkan diagnosis tabib kekaisaran, entah ia jadi gila atau akan menjadi mayat hidup. Komandan Wei Nan Zhao juga meninggal secara misterius kemarin."

Tadinya, Pei Qian Hao tidak peduli, tetapi mengerutkan alisnya mendengarkan kabar yang kedua. "Kapan Komandan Wei meninggal? Dimana jasadnya ditemukan?"

Pengawal itu menjawab dengan hormat. "Aku dengar kalau ia meninggal semalam di dalam sebuah gang yang tak terpakai di ibu kota. Sementara untuk waktu spesifik kematiannya, bawahan ini tidak mengetahuinya."

Kilat yang kasar melintas di mata Pei Qian Hao. Saat para sastrawan dari Asosiasi Sastra melakukan celaan pada Pangeran Yun, Su Xi-er berada di dalam kerumunan warga. Apakah Yun Ruo Feng salah paham, mengira ia merupakan bagian dari kerusuhan itu dan mengutus Wei Mo Hai untuk membunuhnya? Tetapi, yang berakhir mati malah adalah Wei Mo Hai sendiri.

Pei Qian Hao mengikuti rentetan pemikiran ini sebentar lagi sebelum menghilangkannya. Setelah merefleksikan situasinya sedikit lagi, ia berhasil menata pemikirannya. Kematian Su Xi-er akan sama dengan kesepakatan yang dibatalkan. Putri Pertama Kekaisaran Nan Zhao tidak perlu pergi ke Makam Kekaisaran.

Consort of A Thousand Faces 2 [Terjemahan Indonesia]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora