Chapter 215 : Memikirkan Sebuah Jalan Keluar

270 46 1
                                    

Suara dari orang-orang semakin kuat dan hingga akhirnya, mereka semua menunjukkan tanda-tanda mengerti. Seorang pelayan dari Kediaman Wei yang ada di dalam kerumunan mendengar kabar itu dan mengatupkan bibirnya. Kemudian, ia membungkuk dan menggeliat keluar dari kerumunan, menuju ke Kediaman Wei dengan terburu-buru.

Semenjak kematian dua Nona Wei tanpa alasan dan sebab, Tuan Besar selalu mengerutkan alisnya. Ia tidak memedulikan bisnis keluarga, maupun menunjukkan perhatian pada masalah finansial. Jika ia tidak segera melewatinya, kami, para pelayan juga akan menderita.

Sementara beberapa anggota dari kerumunan pergi setelah para bangsawan menaiki teras untuk mengamati, yang lainnya tetap tinggal untuk menonton. Dari mereka yang tetap tinggal, tak di ragukan lagi, mereka semua menunggu agar malam tiba.

Kapal rumah tangga kekaisaran sangat mencolok, bahkan lebih mencolok lagi saat lentera di atasnya dinyalakan di malam hari. Banyak rakyat jelata yang akan membawa sebuah bangku ke sana dan makan kudapan sambil mendengarkan musik yang datang dari kapal.

Malam ini ditakdirkan menjadi malam yang meriah dan ramai.

***

Dibandingkan dengan dengungan yang perlahan-lahan senyap di sini, bahkan jauh lebih hening dan kosong lagi di dalam istana kekaisaran; terutama di istana peristirahatan Putri Pertama Kekaisaran. Lapisan demi lapisan pengawal kekaisaran menjaga istana itu, tampak sangat serius. Jauh berbeda dari atmofer hidup yang ada di perjamuan kerajaan.

Piao Xu sudah memberitahukan Ning An Lian semua yang ia lihat. Dalam kemarahannya, ia tidak lagi mencoba untuk membujuk Ning An Lian untuk bertindak secara hati-hati. "Putri Pertama, Su Xi-er sudah merebut semua perhatian dari Anda. Selama perjamuan kerajaan, Yang Mulia 'lah satu-satunya orang yang pantas bergaun merah. Tetapi, mempertimbangkan busana Su Xi-er, ia sama sekali tidak menghormati Anda."

Kilat kedengkian menyala di mata Ning An Lian. Aku kira, bahwa dengan matinya Ning Ru Lan, aku akan menjadi wanita yang berdiri di puncak Nan Zhao, atau bahkan seluruh dunia.

Tetapi, siapa yang tahu bahwa seorang Su Xi-er akan muncul entah darimana dan mencuri semua pusat perhatian milikku. Apa yang paling kubenci adalah orang yang mengambil apa yang menjadi hakku!

Belum lagi, orang yang melakukan ini semua hanyalah seorang dayang rendahan. Bagaimana mungkin aku tidak menggebu-gebu?!

(T/N : sumpah, saya mabok banget sama jalan pikiran ning an lian yang halunya uda ga ada obat.)

Oleh sebab itu, ia segera menanyai Piao Xu. "Jam berapa sekarang? Mengapa orang dari Dapur Kekaisaran masih belum kemari?"

"Jangan cemas, Putri Pertama, akan segera siang, dan mereka akan tiba tepat waktu. Yang lebih penting, apakah Yang Mulia memiliki cara untuk meninggalkan istana?"

Ning An Lian tersenyum. "Ketika dayang istana dari Dapur Kekaisaran masuk, segera buat ia pingsan. Putri ini akan berganti mengenakan pakaiannya dan pergi sebagai dirinya. Lalu, Putri ini akan menaiki kereta yang akan mengirimkan suplai dari Dapur Kekaisaran keluar setiap jam 12.10 setiap harinya. Semuanya akan baik-baik saja selama Putri ini menaiki kereta kuda itu."

"Putri Pertama, Piao Xu tidak bisa berada di sisi Anda. Yang Mulia ...."

Ning An Lian menghentikannya dengan satu lambaian dari tangannya. "Jangan khawatir, Putri ini sudah jelas punya rencanaku sendiri."

Piao Xu mengangguk dan mundur untuk mengambilkan bungkusan obat dari Biro Tabib Kekaisaran. "Putri Pertama, Anda sudah pasti akan banyak berjalan hari ini. Biarkan pelayan ini memasangkan bungkusan obat itu di pergelangan kaki Anda lagi."

Consort of A Thousand Faces 2 [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang