Sistematika Konflik Dalam Karya Tulis

161 9 0
                                    

Sebuah cerita akan terasa hambar jika memiliki alur tanpa konflik. Konflik merupakan gambaran ketidakstabilan situasi yang lebih mengarah pada permasalahan darurat yang nantinya akan memuncak pada klimaks permasalahan.

Permasalahan yang awalnya biasa saja akan semakin kompleks jika dibiarkan. Oleh karena itu, setiap konflik memiliki tahapan pengembangan yang harus dilewati agar cerita tersusun rapi dan tidak monoton.

Tahapan pengembangan konflik tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan atau pengantar.
2. Permunculan konflik.
3. Klimaks atau puncak masalah.

Dalam cerita yang kamu buat haruslah terdapat konflik di dalamnya.

* Konflik yang bagus dimulai dengan percikan kecil, kemudian membesar dan memuncak.

* Hindari konflik yang dipaksakan. Konflik yang dipaksakan akan merusak alur dan akhir cerita. Buatlah senatural mungkin.

* Jangan lupa siapkan juga ending yang tepat untuk mengakhiri cerita. Hindari ending yang klise, akan lebih baik jika ending juga dibuat senatural mungkin.

Contoh konflik ada 2, yaitu :
Konflik internal dan eksternal.

1. Konflik Internal
Konflik yang disebabkan oleh adanya perseteruan tokoh dengan dirinya sendiri. Perseteruan itu terjadi karena pertempuran batin atau ide terhadap suatu permasalahan pada diri tokoh itu sendiri.
Konflik internal disebut juga dengan konflik batin.

Contoh cerita yang memakai konflik internal:

Kini Finolah anak satu-satunya di keluarga kecil Ananta. Fino yang harus membantu Ibu nya menafkahi keluarga kecilnya, karena Ayah Fino sudah meninggal semenjak Fino berusia 12 tahun. Tetapi bagaimana caranya? Kalau ingin menggantikan peran Ayah mencari nafkah, Fino mungkin harus berhenti kuliah dan melanjutkan untuk bekerja saja.

Fino sempat berfikir sesuatu, “Tapi bagaimana dengan impianku untuk kuliah?” Fino memijit-mijit keningnya.

Pesan terakhir Ayah terus terngiang ditelinga Fino dan selalu ia ingat, “Fino, tolong jaga Ibumu dan berusahalah menjadi orang sukses melebihi Ayah, agar kehidupan keluarga kita nantinya bisa tercukupi. Tanpa Ayah pun, kamu bisa membantu Ibumu dan semoga kamu berhasil meraih apa yang kamu inginkan.”

Fino sungguh pusing memikirkan masalah keluarganya saat ini. Di mana dia hanya tinggal berdua dengan Ibunya yang semakin lama semakin bertambah usia, hingga Fino tak tega membiarkan Ibunya bersusah payah mencari nafkah tanpa Fino bantu.
Namun disisi lain, Fino ingin kuliah sepertu teman-temannya, dan disisi lain lagi, dia harus bekerja demi tercukupi kebutuhan hidup keluarganya kecilnya itu.

2. Konflik Eksternal
Konflik eksternal yaitu konflik yang terjadi karena adanya pengaruh dari pihak luar. Baik di lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan pendidikan/sekolah.

Konflik dalam lingkungan keluarga seperti: orang tua yang pilih kasih, peraturan yang tidak mendidik, tidak mendapat harta warisan, kesibukan orang tua diluar rumah.

Konflik eksternal sangatlah mudah dikenali. Misalnya seorang anak yang berdebat dengan ayahnya, atau perkelahian antar dua kelompok dalam satu ruang lingkup, itu adalah contoh konflik eksternal.

Konflik eksternal juga berasal dari luar diri sendiri (luar diri si tokoh utama).
Seperti contohnya, pertikaian/perkelahian/pertentangan antara 2 tokoh atau lebih. Itu secara simplenya.

Agar lebih mudah dipahami tentang perbedaan pembuatan konflik dalam cerita :

Konflik internal (dalam): konflik batin (hanya dalam satu orang) konflik batin dengan dirinya sendiri (dengan cara membatin).

Konflik eksternal (luar) : adanya pemasalahan yang menjadi sebuah konflik dari pihak luar terhadap si tokoh utama. (Selalu dipakai untuk 2 orang/lebih).

Sumber: Adelia Puspita Rani

Celengan Pengetahuanजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें