Pentingnya Spiritual Saving Bagi Millennial

26 2 0
                                    

Special di malam minggu ini yang tentunya tidak menjadi kelabu, kita berkumpul untuk menyimak & mencari ilmu bersama di Seminar Motivasi Online dengan tema "Pentingnya Menyadarkan Milenial Tentang Spiritual Saving".

Tak dapat dipungkiri bahwa hidup di dunia harus dibarengi dengan harta untuk bertahan hidup dan juga pasangan sebagai pendamping dalam menjalani kehidupan. Namun demikian, kita semua sadar bahwa kehidupan dunia bukanlah satu-satunya kehidupan. Di sana masih ada kehidupan akhirat yang kekal, sebuah kehidupan pembalasan tanpa ada amalan dan kewajiban. Hal ini sangat bertolak belakang dengan kehidupan dunia yang dipenuhi dengan kewajiban, larangan, himbauan, dan amalan. Oleh karenanya, dalam menjalani kehidupan ini selain berbekal harta dan didampingi oleh pasangan kita harus berbekal akhlaq yang mulia, yang mana akhlak merupakan bekal paling urgent karena ia memilki pengaruh besar pada kehidupan akhirat.

Akhlaq merupakan kata yang sangat luas cakupannya, ia mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, diri sendiri, orang tua, kerabat, teman, dan masyarakat pada umumnya. Maka tak heran bila Allah memberi predikat kepada orang-orang yang menjaga akhlaqnya sebagai orang yang sempurna imannya.

Sehebat apapun seseorang (baik dalam hal harta, jabatan, maupun keilmuan) bila tidak dibarengi dengan akhlak yang baik, maka semua tidak ada gunanya.

Ada sebuah cerita terkenal tentang gadis penjual susu di masa kekhilafahan Umar Bin Khattab. Waktu itu Umar melarang masyarakat untuk menjual susu yang sudah dicampur air, jika ingin menjual susu, maka susu tersebut harus murni. Pada suatu malam Umar berjalan keliling kota, sebagaimana kebiasaannya semenjak menjabat sebagai Khalifah, lalu mendengar percakapan antara seorang ibu dan putrinya.

Ibu : Nak, tambahkan air ke dalam susu ini!
Putri: Bu, bukankah Umar telah melarang untuk menjual susu yang telah dicampur dengan air!?
Ibu : Santai saja, Umar tidak melihat kita.
Putri: Jika Umar tidak melihat kita, maka Tuhan Umar melihat kita Bu.

Tertegunlah ibu tersebut mendengar jawaban putrinya. Begitu pula Umar yang mendengarkan perbincangan itu dari luar rumah. Kemudian Umar menandai rumah tersebut dan berlalu. Keesokan harinya ia kembali ke rumah itu bersama anaknya 'Ashim untuk melamar putri yang shalihah itu.

Cerita di atas menggambarkan bagaimana seorang gadis biasa menjadi keluarga yang sangat terhormat, menjadi menantu Khalifah. Dari sini dapat kita ambil pelajaran bahwa akhlak adalah tolak ukur seseorang, bukan harta maupun jabatan. Hal ini telah Allah tekankan dalam kitab-Nya:

"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling bertaqwa" (Q.S. Al-Hujurat: 13).

Akhlak adalah aplikasi nyata dari sebuah ketaqwaan.

Terus, bagaimana kita seharusnya berakhlak?

Yuk ikuti ulasannya!

Sebagaimana yang telah disampaikan di awal bahwa akhlak sangat luas cakupannya. Adapun rangkumannya adalah sebagai berikut:

Pertama: Adab Kepada Tuhan
Bila kepada manusia saja ada adabnya, maka Tuhan lebih berhak dalam hal ini. Diantara adab-adab kepada Sang Pencipta adalah sebagai berikut:

1. Yakin bahwa Dia adalah Pencipta kita dan alam semesta beserta seluruh isinya yang sangat menakjubkan. Dia yang mengatur semuanya agar tetap seimbang, baik itu langit, matahari, bulan, bintang-bintang, bumi, lapisan tanah dan kandungnnya, pegunungan, tanaman, hewan-hewan, pantai, lautan, ikan-ikan, tumbuh karang, udara, awan, dan semua yang ada di alam semesta ini. Bahkan setiap daun yang jatuh dari pohonnya sudah diatur oleh Allah. Maka sudah seharusnya kita bersyukur dan beribadah kepada Allah atas semua nikmat dan karunia-Nya kepada kita.

2. Setelah itu kita juga harus yakin bahwa Dia-lah satu-satunya Dzat yang berhak disembah dan dipatuhi segala perintah dan larangan-Nya. Adapun bagi muslim, bentuk contoh perintah dan larangan adalh sebagai berikut:

Celengan PengetahuanWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu